Selasa, 29 April 2008

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pendidikan agama Kristen bermula dari persekutuan umat Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Jadi, pada hakikatnya dasar-dasarnya sudah ada dalam sejarah suci purbakala. Pendidikan agama Kristen dimulai dengan terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan Pendidikan agama Kristen berpusat pada Allah sendiri, karena Allah yang menjadi Pendidik Agung bagi umatNya.
Pendidikan agama Kristen di era modern perlu didukung inovasi-inovasi baru seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Inovasi-inovasi baru tersebut erat kaitannya dengan kreativitas guru dalam memahami substansi agama yang permanen dan substansi informasi yang selalu berubah. Kedua hal tersebut saling terkait dan guru dituntut untuk mampu menjelaskan kepada siswa secara terpadu. Fasilitas yang dapat mendukung kearah itu perlu diupayakan, misalnya, komputer, kliping, artikel-artikel koran dan majalah yang topik-topiknya berkaitan dengan masalah agama dan kemoderenan.
Defenisi Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan agama Kristen adalah upaya yang diprakarsai pada lazimnya oleh para anggota persekutuan Kristen untuk menuntun dan turut berperan serta dalam perubahan- perubahan yang berlangsung dalam diri orang- orang dalam hubungannya dengan Allah, gereja, orang lain, dunia alam dan dengan dirinya sendiri. Sementara itu Homrighausen mengemukakan pandangannya sebagai berikut:
Inilah arti sedalam- dalamnya dari PAK, bahwa dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisab pula pada persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan Nama- Nya di segala waktu dan tempat.
Hakikat pendidikan agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.
Kesimpulannya pendidikan agama Kristen haruslah Alkitabiah, yaitu mendasarkan diri pada Alkitab sebagai firman Allah dan menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada hasilnya, yaitu mendewasakan murid.
Subyek Pendidikan Agama Kristen
Subyek pendidikan agama Kristen adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab mengajar. Pertama, keluarga. Kepala keluarga bertanggung jawab mengajar pendidikan agama Kristen kepada keluarganya. Hal ini dapat dilakukan melalui kebaktian keluarga atau retreat keluarga. Kedua, sekolah. Undang undang di Indonesia mewajibkan pendidikan agama di sekolah. Dalam pendidikan agama di sekolah, guru agama bertanggung jawab mengajar pendidikan agama Kristen di sekolah melalui pelajaran agama, acara-acara perayaan hari besar Kristen dan retreat sekolah. Guru agama harus mampu mengembangkan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan sekolah supaya sesuai dengan Alkitab dan berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Ketiga, gereja. Gereja lokal memegang peranan penting dalam mengajar pendidikan agama Kristen. Gembala sidang gereja lokal bertanggung jawab mendewasakan jemaat. Pengajaran PAK dapat diprogram melalui kebaktian umum, sekolah minggu, penelaahan Alkitab dan sebagainya.
Pendidikan agama Kristen di sekolah di Indonesia diselenggarakan dengan dasar hukum Undang-undang Dasar 1945, Bab XI, pasal 29 No. 2, UU No. 4 tahun 1950 jo No. 12 tahun 1954 Bab IX ayat 1, Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P& K tahun 1953, Instruksi No. 51/1967, Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama tahun 1985, GBHN 1983 serta 1993, dan UU No 20 2003 mengenai sistem pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Tujuan pendidikan agama Kristen adalah mendewasakan para murid Kristus seperti yang dituliskan Alkitab. ” Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Efesus 4: 11- 13). Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan mengajar adalah menjadikan murid dewasa dan bertumbuh sesuai dengan kepenuhan Kristus. Tujuan ini harus dicapai selama murid- murid Kristus masih hidup di dunia ini.
Mengenai hakikat dan tujuan pendidikan agama Kristen, dalam seminar PAK di Jakarta pada 22-25 Februari 1988 yang diselenggarakan oleh PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) dalam kerjasamanya dengan PERSETIA (Perhimpunan Sekolah-sekolah Tinggi Teologia di Indonesia), MPPK (Majelis Pusat Pendidikan Agama Kristen di Indonesia) dan BKPTKI (Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia) digariskan sebagai berikut:
PAK sebagai tugas panggilan gereja adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari- hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya.
Kesimpulannya pendidikan agama Kristen (PAK) dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion), yang disajikan dalam dua aspek, aspek Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus) dan karyaNya, dan aspek nilai-nilai Kristiani. Secara holistik, pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar PAK pada pendidikan dasar dan menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik.
IMLEK DALAM PANDANGAN KRISTIANI
Berdasarkan hasil penyelidikan para ahli, perayaan imlek setidaknya telah dilaksanakan sejak dinasti Sia, yaitu kurang lebih pada 2200 tahun sebelum Kristus. Meskipun, kemudian karena pergantian berbagai dinasti berubah pula tanggal perayaan imlek, tetapi antusias penduduk untuk merayakanya tak pernah surut. Barulah pada masa pemerintahan Han U Tie, sekitar tahun 104 sebelum Kristus tanggal tahun baru imlek ditetapkan dan terus diikuti hingga saat ini.
Pada awal penguasaan komunis di Tiongkok, tahun baru imlek dihapuskan untuk diganti dengan tahun baru masehi 1 Januari. Tetapi karena kebiasaan yang telah mengurat akar, dan telah begitu merakyatnya perayaan imlek, maka kebijakan pemerintah tersebut cenderung diabaikan masyarakat. Sehingga perayaan tahun baru imlek terasa lebih meriah dibandingkan tahun baru masehi.
Di Indonesia, masyarakat keturunan Tionghoa juga merayakan imlek sebagaimana lazimnya di tanah Tiongkok, tetapi selama pemerintahan orde baru, melalui inpres no. 14 tahun 1967, perayaan tersebut tidak diperbolehkan. Meskipun demikian, masih banyak warga keturunan Tionghoa yang secara diam-diam merayakannya. Dengan dihapuskannya larangan tersebut pada masa pemerintahan KH Abdurahman Wahid melalui Kepres no. 6 tahun 2000 yang diumumkan tanggal 18 Januari 2000, maka perayaan imlek di Indonesia menjadi semarak kembali.
Sebagai umat kristiani keturunan Tionghoa, apakah kita boleh merayakannya? Menurut saya, tidak ada salahnya bagi umat Kristen Tionghoa untuk turut serta dalam perayaan tahun baru imlek. Bahkan terdapat berbagai moment penting yang bisa kita manfaatkan sebagai sarana menyatakan bakti dan hormat kita kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Hal ini membuka peluang bagi kita untuk memperkenalkan kebenaran Injil kabar baik bagi sanak keluarga, bahkan orang tua kita yang belum mengenal Sang Juruselamat Sejati, TUHAN YESUS KRISTUS. Tetapi perlu kita ketahui ada beberapa kebiasaan atau kepercayaan yang tidak bisa dan tidak boleh kita ikuti sebagai orang Kristiani. Konkritnya, sebagai orang Kristen kita harus selektif dalam memilih acara atau kegiatan apa yang dapat kita lakukan(tidak bertentangan dengan Alkitab). Upacara yang tidak dapat kita ikuti, misalnya sembahyang dewa dapur(upacara penghantaran dewa dapur naik ke langit), biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum imlek. Amin
YESUS SEBAGAI LOGOS
Beberapa teolog Injili sepertinya telah membatasi diri untuk menganggap bahwa istilah logos yang digunakan Yohanes berasal dari Perjanjian Lama. Hal ini tampak jelas sebab data-data internal dari kitab Kejadian pasal satu tentang peranan logos begitu serasi dengan data-data dalam Injil Yohanes pasal satu. Kesinambungan pikiran tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Sebaliknya, para teolog aliran liberal menyatakan bahwa istilah logos memiliki latar belakang pemikiran Helenis(Yunani). Polarisasi dari kedua kubu berjalan selaran dengan alur fundamentalisme-konservatif dan modernis-liberal. Lantas apakah kita sebagai seorang Injili mesti memilih salah satu dari antara kedua kubu tersebut?
Jawabannya tentu saja tidak! Pada satu pihak kita perlu mempertahankan tradisi konservatif Injili yang bertumpu pada data-data Firman Allah(Alkitab), namun pada lain pihak kita perlu pula untuk menyelidiki wahyu yang tersebar dalam alam semesta, termasuk juga pemikiran-pemikiran Helenis. Artinya, wahyu Allah khusus dan umum sama-sama dapat dipertimbangkan walaupun Wahyu Allah yang sudah dimeteraikan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Barulah yang benar-benar tanpa salah.
Menurut pandangan Helenistis yang bertumpu pada ajaran gnostis, pribadi unik yang hakiki adalah Theos, yang terpisah dari segala sesuatu, tidak diciptakan dan tidak menciptakan apapun. Dialah suatu kemuliaan yang tak terjangkau yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada.
Demiurge adalah tuhan yang lebih rendah dari theos, yang tak sempurna, tak berpengetahuan, pencipta materi yang jahat, termasuk dunia dan isinya. Ia adalah bapak kegelapan, yang daripadanya dilahirkan hikmat(Sophia), ibu dari semua archon yang berjumlah 356 banyaknya.
Di antara theos dengan dunia terdapat banyak archon, seperti misalnya logos, nous, zoe, tophos, antrophos, kosmos, dan yang terendah sarkos, yang menyatu dengan materi yang dianggap jahat, unik tentunya apabila rasul Yohanes menampilkan Yesus Kristus sebagai logos yang berasal dari tingkat ke 3 lapisan makhluk-makhluk ilahi. Logos itu ada di kekekalan masa lampau, en arche(Yoh.1:1a), di tempat Theos. Ia bersama-sama, (pros), artinya berhadapan, artinya satu dengan theos dan Ia adalah theos sendiri(Yoh.1:1).
Ilmu ini memang unik dan memancing rasa ingin tahu manusia abad pertama yang dikuasai oleh ajaran Helenis ini. lebih mengejutkan lagi di kala logos itu dinyatakan sebagai pencipta kosmos(Yoh. 1:3), dan logos itu adalah zoe(hidup) tophos yang menerangi dunia. Akhirnya kehebatan ilmu kalam ini, membuat para ahli pikir saat itu kagum karena melihat Yohanes mendeklarasikan bahwa logos itu telah menjadi sarki/ daging atau mengambil daging sama dengan manusia(en carne).
Penampilan Yesus Kristus dalam konsep logos ini sebegitu mendalam namun unik membuat pikiran Helenis bangkit untuk menelusuri lebih dalam, namun bagi orang Yahudi dapat juga dipahami, meskipun ada pula yang menganggapnya sebagai suatu kebodohan. Data- data internal menampilkan tanpa ragu melalui supervise Roh Kudus bahwa Kristus itu unik, istimewa, dan tiada duanya dalam seluruh sejarah manusia, dulu, kini, sampai selama-lamanya. Amin

Senin, 28 April 2008

“SUNAT” DALAM PANDANGAN KRISTIANI(Galatia 5:1-12)
Dalam surat Paulus kepada jemaat Galatia(Galatia 5:1-12) jelas terlihat bahwa setiap orang Kristen(percaya Yesus) bebas dari hukum Taurat, termasuk sunat. Hal ini di dasari pada kenyataan bahwa saat itu dalam jemaat Galatia terdapat orang-orang yang berusaha memutarbalikkan kemerdekaan Kristen. Mereka tergoda untuk kembali mewajibkan pelaksanaan aturan-aturan dalam hukum taurat. Paulus menyatakan bahwa ajaran yang mencampuradukkan anugerah dengan pemaksaan hukum Taurat merupakan kesalahan(Gal.1:6-7). Paulus memberikan kepastian bahwa Kristus telah memerdekakan kita, orang yang percaya kepadaNya dari segalam kuk perhambaan dan oleh sebab itu kita harus tetap teguh berpaut kepada kebenaran Kristus(ay.1).
Sebagai salah satu bagian dari hukum Taurat, sunat termasuk yang di komentari oleh Paulus. Paulus sendiri menggunakan kata “sunat” sebanyak sebelas kali. Beberapa kali ia menggunakannya dalam konteks rohani, juga untuk menyerang ‘kesombongan’ orang Yahudi yang merasa sebagai bangsa pilihan. Mengapa ia berbicara keras tentang sunat, padahal ia sendiri orang yang bersunat?
Kejadian pasal 17 merupakan pedoman satu-satunya dalam Alkitab yang menceritakan awal mula tradisi sunat, sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham. Sunat dihisabkan dalam ajaran Musa terkait dengan paskah(Kel.12:44) dan agaknya diteruskan sepanjang zaman Perjanjian Lama(Yer.9:25,26). Kejadian 17 mengindikasikan sunat adalah wujud tanda rohani, kemudian memiliki arti kebangsaan. Sunat Israel merupakan pertanda kedudukan di hadirat Allah, dan bahwa kasih karunia Ilahi mendahului perbuatan manusia. Sunat menjelmakan, menerapkan janji, dan menghimbau orang untuk hidup dalam ketaatan sesuai perjanjian.
Lantas, apabila Paulus sendiri orang bersunat, mengapa ia begitu keras menolaknya? Alasannya adalah: beberapa orang Kristen Yahudi percaya bahwa di samping pekerjaan Allah di dalam Yesus Kristus, baik orang Kristen Yahudi maupun orang Kristen non Yahudi wajib menaati aturan-aturan dan hukum Taurat, yang secara khusus mencakup ketaatan pada tata cara dan pemujaan, seperti pemeliharaan hari-hari khusus, makanan yang halal dan haram, serta bersunat(Gal.3:1-7; 4:8-11, 17, 21-22). Orang-orang ini masih “diperhamba” di saat Kristus telah memerdekakan mereka. Ajaran tentang sunat di atas menjadikan perbuatan baik sebagai sesuatu yang penting dan berpengaruh terhadap keselamatan. Sunat menjadikan mereka hidup di luar kasih karunia(ay. 4) dan “Kristus tak akan berguna” sebab usaha untuk “dibenarkan oleh hukum Taurat” akan menimbulkan keterasingan dari Kristus. Hal inilah yang sangat ditentang rasul Paulus, sebab bagi orang percaya hanya iman yang bekerja oleh kasih sajalah yang berarti(ay. 6). Tanpa ketaatan, sunat hanyalah omong kosong(Roma 2:25-29), tanda lahiriah ini tak berarti apabila dibandingkan dengan menaati perintah-perintahAllah(1 Korintus 7:18-19), menjadi ciptaan barulah yang berarti bagi Allah(Gal. 6:15). Jadi penolakan tersebut dilatarbelakangi oleh aspek teologis serta situasi, kondisi, sosial, dan budaya jemaat Galatia.
Bagaimana dengan sunat pada masa kini? Konteks sosial, budaya dan teologi pada masa rasul Paulus menolak pelaksanaan sunat berbeda dengan konteks sosial, budaya dan teologi pada masa kini. Pada masa kini, orang melaksanakan sunat lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, sedangkan faktor-faktor lainnya tidak terlalu dominan berpengaruh. Demikian pula orang yang tidak bersunat, biasanya tidak dipengaruhi oleh faktor teologis tertentu, tetapi hanya soal kebiasaan dan budaya yang melatarbelakangi hidupnya. Menurut hemat penulis(anda bisa tak setuju) melaksanakan sunat adalah lebih baik dan sehat apabila dipandang dari aspek kesehatan. Di atas hal lahiriah tersebut, yang terpenting adalah hendaklah setiap orang bersunat hati(Roma 8:28,29). Amin
SUATU TINJAUAN TENTANG UNGKAPAN “AKU ADALAH”
DI DALAM KRISTOLOGI YOHANES

Pendahuluan
Sangat menarik kita dapat membahas tema yang menarik ini. Kita diperhadapkan pada pengakuan Yesus yang luar biasa tentang siapakah diriNya. Suatu pernyataan yang amat mengejutkan dan menimbukan kemarahan dari banyak pihak pada masaNya. Marilah kita menelaah ungkapan “Aku adalah Aku” ini.
Pembahasan
Dalam Injil Yohanes terdapat jauh lebih banyak penggunaan kata ganti orang(aku) apabila dibandingkan dengan Injil-injil sinoptik. Di dalam Injil Yohanes, istilah aku (ego) dipergunakan sebanyak 134 kali, sedangkan dalam Injil Matius dipergunakan 29 kali, dalam Injil Markus 17 kali, dan dalam Injil Lukas dipergunakan sebanyak 23 kali.
Pernyataan tegas dari Yesus Kristus, Aku adalah Aku(ego eimi) misalnya dalam Yoh. 8:58 merupakan pengungkapan dari keunikan diriNya yang tak terbatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Latar belakang ungkapan “Akulah” ini terutama dipergunakan secara absolute, tidak ditemukan dalam dunia Helenistik, tetapi dalam PL. Allah menyatakan diriNya kepada Musa dengan “Aku adalah Aku(Kel. 3:14)” dan dalam Kitab Yesaya, Allah dikenal sebagai “Aku(Yes. 21:4; 43:10; 46:4, dst)”. Hal ini inilah yang memberikan pengertian khusus Ilahi pada ungkapan “Aku adalah” tersebut.
Kesadaran Yesus akan ke-IlahianNya dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan tentang kesatuanNya dengan Allah Bapa, terutama dengan ungkapan “Akulah.” Hal ini muncul dalam dua bentuk, “Akulah” dengan predikat dan “Akulah” dalam bentuk absolut. Stauffer menegaskan bahwa ungkapan ini adalah penegasan yang paling autentik, paling berani, dan paling mendasar dari Yesus tentang siapakah Dia. Dengan idiom ini, Yesus mengangkat diriNya jauh lebih tinggi dari semua pengharapan Mesianik kontemporer dan mengklaim bahwa di dalam hidupNya terjadi sejarah penjelmaan Allah dengan kata lain Allah telah menjadi manusia, lebih manusia dari pada manusia sepanjang sejarah.
Yesus dalam beberapa pengertian memang terlihat menyamakan diriNya dengan Yahweh dalam Perjanjian Lama. Dalam uraian Yohanes, hal ini menjadi lengkap setelah kebangkitan Yesus melalui pengakuan rasul Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku”(Yoh. 20:28). Tujuh kali dalam Injil Yohanes, Yesus menggunakan bentuk “Aku adalah” untuk menggambarkan diriNya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemakaian kata kiasan yang amat luas, yaitu:
Akulah (Aku adalah) roti (Yohanes 6:35, 41,48)
Dalam nats ini, Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal apabila mau datang kepadaNya.
Akulah (Aku adalah) terang (Yohanes 8:12)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai terang dunia. Ini berarti Dia sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
Akulah (Aku adalah) pintu (Yohanes 10:7,9)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai pintu. Ini berarti hanya dalam Dia sajalah seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Sorga).
Akulah (Aku adalah) gembala (Yohanes 10:11, 14)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai gembala yang baik. Hal ini berarti hanya Tuhan Yesus saja yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
Akulah (Aku adalah) kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai kebangkitan dan hidup. Hal ini memiliki implikasi di dalam diriNya kematian telah ditaklukkan, dan kita akan menaklukkannya pula bila berada dalam lindungan Tuhan Yesus.
Akulah (Aku adalah) jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai jalan, kebenaran dan hidup. Hal ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah jalan satu-satunya adalah melalui Tuhan Yesus Kristus.
Akulah (Aku adalah) pokok anggur (Yohanes 15:1)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai pokok anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus Kristus.
Melalui perkatan “Aku adalah” Yesus membuat hal-hal yang masih abstrak dalam pendahuluan Alkitab menjadi nyata dalam pribadi. Hal ini menyangkut kebenaran, hidup, dan terang. Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus menyatakan diri sebagai perwujudan dari semua cita-cita tinggi yang pernah dicari manusia. Tetapi, pentingnya ucapan “Aku adalah” itu bisa saja dianggap sekedar pengenalan diri yang tegas, seandainya tidak ada ucapan yang menakjubkan dalam Yohanes 8:58, yang diterjemahkan LAI “Kata Yesus kepada mereka: “sebelum Abraham jadi, aku telah ada”.” ungkapan yang lebih kuat ada dalam bahasa Yunani, yaitu: “…sebelum Abraham dilahirkan(genesthai), aku ada(ego eimi).”
Dr. Chris Marantika menjelaskan hal ini sebagai berikut: ungkapan “kata Yesus kepada mereka” adalah cara mengajar yang yang memiliki kuasa, kepastian, dan ketegasan. Ungkapan “sebelum” menunjukkan kepada periode tertentu yaitu masa pra- eksistensi Abraham. Kata “jadi” merupakan kata kerja dengan keterangan waktu aorist, yang menerangkan sesuatu yang terjadi secara pasti di suatu saat di masa lampau, dalam hal ini eksistensi dari Abraham. Yang amat menarik perhatian adalah ungkapan “Aku ada”(kurang akurat diterjemahkan Aku telah ada). Yesus menggunakan waktu “present” di sini, ini berarti suatu kebiasaan selalu ada. Jadi, di sini Yesus Kristus dengan penuh kuasa, ketegasan dan kepastian beralaskan atas kebenaranNya, menandaskan Ia lebih kuat dari Bapak Abraham, sebab Yesus dulu ada, sekarang ada, selalu ada dan tidak pernah tidak ada. Ia sangat sempurna(tiada celah) dan kekal adanya, satu-satunya pribadi yang kekal adalah Tuhan Allah, kesimpulannya Yesus adalah Tuhan.
Kesimpualan
Ungkapan “Aku adalah” dalam kristologi Yohanes sangat berkaitan dengan pernyataan yang serupa dalam Perjanjian Lama, terutama di dalam Keluaran 3:14 (Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.") Hal ini memiliki akibat, yaitu Yesus dapat disamakan dengan YAHWEH dalam Perjanjian Lama. Identifikasi ini belumlah lengkap, sebab Yesus secara tetap membedakan diriNya dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Anak telah diutus oleh Bapa, Ia menaati perintah-perintah Bapa(Yohanes 15:10), Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri(Yohanes 14:20,24; 17:8), Bapa itu lebih besar daripada Anak(Yohanes 14:28).
Kesimpulannya, Yohanes memberitakan ke-Ilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang kekal dan sekaligus membedakan Anak dengan Bapa dengan lebih tegas dan bersungguh-sungguh daripada penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Inti kristologisnya adalah Yesus selalu ada di kekekalan masa lampau, Ia kini ada, dan Ia akan selalu ada sampai di kekekalan masa mendatang.
SIAPAKAH TUHAN KITA?
(Kisah Para Rasul 4:24)
Setelah anggota jemaat mendengar laporan rasul Petrus “berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dengan segala isinya.” Perhatikanlah bagaimana sehatinya jemaat dalam menaikkan doa di tengah-tengah ancaman dunia, dan dampaknya…luar biasa! Di Kanada pernah diadakan tes pengukuran kekuatan daya tarik kuda. Ternyata kekuatannya hapir 4,5 ton, kuda yang lainnya menarik 4 ton. Apabila keduanya dipersatukan tentunya kita menduga, mereka mampu menarik beban seberat 8,5 ton. Akan tetapi, ketika diujicoba keduanya mampu menarik hampir 15 ton, tiga kali lebih besar dari pada kekuatan masing-masing kuda tersebut. Kira-kira demikianlah yang terjadi ketika seluruh jemaat bersehati membawa dalam doa, kuasa Tuhan akan semakin nyata bekerja melalui setiap kita.
Tahukah mereka kepada siapa mereka berdoa? Ya, tentu mereka tahu. Mereka berkata “Ya TUHAN, Engkaulah yang menjadikan seluruh alam semesta.” Bisakah manusia mengukur luas dan besarnya alam semesta ini? Tidak akan pernah bisa. Dalam alam semesta ini, planet bumi hanyalah setitik debu, apalagi makhluk yang di dalamnya. Menakutkan sekali ketika kita membayangkan posisi kita di alam semesta yang maha luas ini. Siapakah yang akan memperdulikan kita?
Allah yang disapa oleh jemaat adalah Allah pencipta alam semesta. Allah yang lebih besar dari segala ciptaanNya, yaitu alam semesta. Allah yang sama yang berjanji untuk mau mendengar segenap doa dan seruan kita. Allah yang lebih besar dari segala masalah yang pernah di hadapi manusia. Pada saat kita datang kepadaNya dengan ucapan syukur, ada perasaan damai sejahtera yang menguasai kehidupan kita. Kita sekalian sama seperti jemaat Tuhan mula-mula akan mengerti betapa Allah yang Maha Dahsyat itu mau merendahkan diriNya apabila kita berseru dengan ucapan syukur di hadapanNya.
ROH ADALAH KUASA, KEKUATAN, DAN PENGARUH
Kisah Para Rasul 4:32-37
Apabila kita berbicara mengenai Roh, seringkali terbersit perasaan bahwa kita sedang membicarakan sesuatu yang abstrak, tak kelihatan, tak berbentuk. Lain halnya apabila Alkitab berbicara mengenai Roh, maka itu akan selalu berbentuk konkrit, dalam artian pekerjaan Roh itu nyata, sama sekali tidak abstrak.
Di dalam cerita pentakosta menurut Kisah Para Rasul 2:1 dan seterusnya, ROh itu turun dalam bentuk seperti angina kencang, menguasai para murid Tuhan Yesus, maka mereka berkata-kata menurut tuntunan Roh tersebut. Seluruh aspek kehidupan dari para murid Tuhan Yesus itu diperbaharui(KPR 2:44-47), mereka memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit(KPR 3:6-7), dan semuanya itu terjadi oleh karena pekerjaan Roh.
Jadi, hendaknya kita sadar: apabila kita berdoa memohonkan Roh Kudus maka kita memohonkan agar kuasa Allah yang dahsyat itu bekerja, memperbaharui, menyembuhkan dan mempengaruhi kehidupan pribadi kita maupun kehidupan dalam berjemaat. Hal-hal yang nyata di dalam kehidupan kita yang kita doakan supaya oleh kuasa Roh Kudus akan diperbaharui.
Marilah kita belajar dari doa Agustinus: Hembusi kami dengan nafasMu, ya Roh Kudus agar kami berpikir suci; Doronglah kami, ya Roh Kudus agar kami bertindak tulus; Tariklah kami, ya Roh Kudus, agar kasih bertumbuh subur; Kuatkan kami, ya Roh Kudus, agar kami teguh berjuang; Jagailah kami, ya Roh Kudus, agar kami tidak lengah hidup jujur.
JANGAN KUATIR
Kekuatiran sama dengan keragu-raguan, ketidakpercayaan, kehilangan pengharapan. Kekuatiran membuat hati kita keropos, seperti tulang terkena penyakit osteoporosis. Ketakutan sejak zaman dahulu menjadi candu dalam kehidupan masyarakat, sebab mereka melarikan diri dari kenyataan hidup, masalah, dan kebutuhan akan pertolongan dari Tuhan. Apakah ketakutan mampu membuat masalah yang kita hadapi menjadi selesai?
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” itulah jawaban Tuhan atas kekuatiran yang mungkin sedang kita rasakan. Ketakutan atau kekuatiran tidak akan memberikan pertolongan atau menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi. Lantas apakah yang harus kita lakukan?
Tidak ada jalan lain, kita harus melepaskan, menguliti, dan menanggalkan kulit kekuatiran yang kita pakai. Tidak ada gunanya itu. Coba pikirkan, kalau anda sekarang butuh pekerjaan dan lama tidak mendapatkannya, apakah dengan kuatir pekerjaan yang anda inginkan akan datang? TIDAK, itu tidak akan terjadi. Sebaliknya hati anda tidak sejahtera, kegelisahan melanda, sukacita terkuliti, intinya kekuatiran menghancurkan apa yang baik dalam hidup kita. Namun bila anda kembali kepada Tuhan, pasti Ia akan memberikan yang TERBAIK bagi kita. Apapun itu! Dia tahu apa kebutuhan kita, jadi JANGAN KUATIR!!! Berseru pada Yesus, berserah padaNya dan anda akan mendapatkan damai sejahtera yang pada waktunya akan membawa anda kepada keberhasilan. Amin

UJIAN NASIONAL DAN KRISIS KEJUJURAN
Tak berapa lama lagi para peserta didik dari tingkat SD hingga SMA akan menghadapi ujian nasional(UN). Ujian nasional dimaksudkan untuk mengukur dan mengevaluasi hasil dari proses belajar mengajar yang telah diikuti peserta didik. Pula, ujian nasional dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Meskipun berbagai keberatan maupun kecaman muncul, pemerintah tetap melenggang mulus. Kritikan dan komentar para ahli pendidikan diabaikan begitu saja. Memang masih dipertanyakan apakan UN efektif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan prestasi pendidikan di Indonesia.
UN juga memunculkan permasalahan baru, yaitu krisis kejujuran. Krisis tersebut muncul tatkala hasil UN menjadi acuan utama dalam kelulusan peserta didik. Peserta didik takut tak lulus, guru takut anak didiknya tak lulus, demikian pula aparat-aparat pendidikan di atasnya. Karena hal ini, maka dicarilah berbagai cara untuk meluluskan diri atau anak didiknya. Yang positif ya peserta didik mengikuti les, bimbingan belajar yang diadakan sekolah maupun yang di luar sekolah. Namun yang belakangan ditakutkan(dan itu nyata terjadi) adalah terjadi kebohongan sistemik dalam menghadapi UN. Sekolah menjual soal-soal kepada peserta didiknya!!! Kalau bukan sekolah yang oknumnya, misalnya kepala sekolah, guru, dll. apa sebabnya? Apalagi kalau bukan ketakutan apabila banyak dari peserta didik tak lulu.
Hal ini bukan isapan jempol semata, sebab penulis mengalami sendiri, tahun 2004 di SMA 1 Rambah, Pasir Pengarayan, Riau ada oknum guru secara sistemik dan terang-terangan memberikan jawaban ujian nasional. Yang paling mengejutkan dan hot adalah kabar dari Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara dimana kepala sekolah dibantu dengan belasan guru merubah jawaban peserta didik hanya karena kuatir anak didiknya tak lulus. Ditambah lagi berbagai pengaduan masyarakat atas ulah oknum pendidikan yang tak bertanggun jawab tersebut. Apakah perilaku seperti ini yang akan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
UN memang memberikan harapan bagi kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi beresiko besar dalam meningkatkan kebohongan dan ketidakjujuran yang sistemik. Apabila pemerintah masih mempercayai eksistensi UN, maka menjadi tugas kita untuk bertanggungjawab menjaga keterbukaan dan kejujuran UN. Yang penting adalah menanamkan sikap dalam diri kita masing-masing adalah lebih terhormat dan bersahaja apabila kita mampu bersikap jujur. Mengutip pernyataan Tuhan Yesus, apakah bedanya kita dengan orang lain bila kita tak mampu bersikap jujur? Maka, bagi para peserta UN bersikaplah jujur dan berbesar hati. Semoga
Percayalah adik-adikku peserta ujian nasional, bila kalian mau berusaha dan berserah pada Tuhan Yesus maka pasti ia akan memberikan yang terbaik bagi kalian!!! Pun bila kalian kelak tak lulus, itu bukanlah akhir dari perjuangan apalagi kehidupan! Itu hanya satu dari banyak pengalaman yang akan kalian alami. Percayalah! Tuhan memberikan masa depan cerah bagi kalian tidak perduli bagaimana keadaan kalian saat ini. Ora et labora. Tuhan Yesus Memberkati

Minggu, 13 April 2008

BERSYUKUR(BERTERIMA KASIH) PADA TUHAN
Dalam ibadah-ibadah kita sering mendengar bahwa kita harus mengucap syukur. Mengucap syukur adalah kegiatan yang mudah dibicarakan, namun sulit untuk dilakukan. Sebenarnya kesulitan sebenarnya bukan pada ketidakmauan kita mengucap syukur tetapi lebih kepada ketidaksabaran kita untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. Apabila kita sedang diberkati yah..dengan senang hati kita bersyukur tetapi masalahnya apa bedanya kita dengan orang yang ‘tidak percaya’bila ucapan syukur kita hanya disaat senang.
Mengucap syukur akan membuat kita belajar betapa kita tak bisa hidup sendiri betapa kita membutuhkan bantuan dari pihak diluar kita. Kita bukan makhluk serba bisa yang tak memerlukan bantuan orang lain. Apabila kita terbiasa bahkan dibiasakan untuk berterima kasih setelah menerima bantuan dari orang lain, betapa kita harus biasa dan dibiasakan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan anugerahNya. Ucapan syukur serupa dengan ucapan terima kasih, jadi apabila merasa kurang pas dengan istilah mengucap syukurlah kepada Tuhan, ya diganti saja dengan berterima kasihlah kepada Tuhan.
Mengucap syukur juga tidak identik dengan materi pemberian persembahan, perpuluhan, membantu anak yatim, membangun gereja, namun itu semua merupakan beberapa bentuk atau wujud dari ucapan terima kasih (syukur) kita kepada Sang Pencipta. Mengucap syukur dapat dilakukan dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun. Misalnya anda terkunci di toilet umum kemudian anda berdoa kepada TUHAN dan ada seseorang yang dengan tidak sengaja membukakan pintu tersebut, ya anda pantas berterima kasih kepada orang itu atas jasa baik, namun juga berterima kasih pada Tuhan karena telah mengirimnya untuk menolong anda.
Belajar dari Rasul Paulus, dalam segala keadaan kita harus berterima kasih(bersyukur). Bacalah surat-surat Paulus, tak pernah sekalipun ia menulis surat dalam keadaan nyaman, tenang, bercanda tawa dengan kemewahan, atau saat menjadi tamu istimewa di suatu istana. Setiap surat Paulus ditulis di bawah linangan airmata penderitaan. Ia dipenjara, disesah, mengalami kapal karam, berjalan kaki, kelaparan, tetapi satu hal yang patut kita teladani, ia merasa bahagia dan sukacita akan hidupnya. Ia mengucap syukur atas segala hal yang dialaminya. Kenapa karena ia percaya bahwa ia adalah warga negara Kerajaan Sorga, karena ia percaya dengan jalan inilah ia menjadi berkat besar bagi bangsa-bangsa. Oleh sebab itu saya menyeru agar setiap kita belajar mengucap syukur dalam segala keadaan, susah maupun senang, sehat maupun sakit. Amin
BERKAT TUHAN
Dalam banyak gereja kita mendapati bahwa ada penyamaan antara berkat TUHAN dengan kekayaan, kesenangan, kemewahan, dan hal-hal duniawi lainnya. Rupanya ada kesalahan persepsi tentang konsep berkat Tuhan bagi jemaatNya. Berkat tidak melulu berbicara tentang materi, berkat berbicara dalam banyak aspek. Materi hanyalah salah satu dan bukan yang terbesar dari berbagai berkat Tuhan. Berkat terbesar adalah penebusan Kristus bagi setiap manusia yang mau mempercayi Dia sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi.
Apabila kita mengidentifikasi berkat Tuhan sebagai berkat materi semata, kita akan terjebak dan menjadi seorang materialistis dengan pakaian rohani. Ini menyesatkan. Kita akan menutup mata atas keteladanan dari para hamba Tuhan yang rela melayani dalam kondisi berkekurangan. Kita akan menafikan kebajikan dan perkenanan TUHAN atas jemaat yang ada di kolong jembatan. Adakah Tuhan hanya menjadi Tuhan atas orang kaya, berduit, punya mobil, perusahaan? Tentu tidak. Oleh karena itu adalah SALAH bila kita mengidentifikasikan berkat dengan kekayaan.
Berkat Tuhan dalam hidup kita tercermin dari sikap dan perilaku kita. berkat Tuhan terbesar adalah keselamatan dalam Yesus. Kalau anda masih bisa duduk tanpa dan membaca artikel ini, jelas itu sudah mencerminkan berkat Tuhan. kalau anda hari ini bisa makan itu juga sudah merupakan berkat Tuhan. kalau anda hari ini masih bisa tersenyum, jangan lupa itu juga berkat Tuhan. apabila kita berharap bahwa berkat berarti kekayaan,mobil mewah, rumah mewah apakah kita tak pernah membaca bahwa Tuhan Yesus saja tak punya rumah untuk meletakkan kepalaNya, tak punya kendaraan untuk perjalananNya. Semua kendaraanNya hanya pinjaman bukan? Alangkah naifnya kita bila membatasi berkat hanya sebatas kekayaan materi. Amin
SEKOLAH KRISTEN DI INDONESIA
Pendidikan merupakan aspek kunci dalam proses pembangunan bangsa. Pendidikan yang baik akan menghasilkan pribadi yang memiliki kompetensi profesional. Menelusur pendidikan di Indonesia, dilaporkan bahwa tahun ini kita ada di urutan 107 dari 177 negara. Cukup memprihatinkan memang, tetapi yang penting adalah bagaimana tindakan kita selanjutnya untuk menyelamatkan dunia pendidikan di Indonesia. Artikel ini mengkritisi peranan umat Kristiani dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan yang diselenggarakan lembaga/ zending Kristen mulai berkembang ketika penjajah Belanda mulai menjalankan politik etis, yaitu sikap membalas jasa atas pengorbanan rakyat Indonesia bagi kerajaan Belanda. Peranan sekolah Kristen semakin nyata setelah kemerdekaan. Banyak diantaranya yang menjadi sekolah favorit dan terkenal sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah Kristen. Namun, mari kita lihat fenomena yang terjadi dewasa ini pada sekolah-sekolah Kristen.
Tanpa mengurangi penghormatan atas jasa sekolah-sekolah Kristen masa kini bagi peningkatan kualitas pendidikan, saya merasa sekolah Kristen cenderung berubah ke arah kapitalisme dan keuntungan bisnis semata. Apa sebab, untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah yang berlabel Kristen orang tua harus merelakan uangnya keluar hingga jutaan rupiah. Apakah ini yang dinamakan mengejewantahkan kasih Kristus dalam perbuatan?ini adalah pembunuhan atas karakter kasih. Seharusnya sekolah berlabel Kristen berani memberikan kualitas yang di atas rata-rata dengan biaya yang dibawah rata-rata. Sekolah kristen telah menjadi menjadi ladang bisnis yang sangat menguntungkan dewasa ini tanpa melihat tanggung jawabnya sebagai pewarta kasih dan damai sejahtera.
Lihatlah berapa banyak sekolah Kristen yang mempertahankan kekristenan sebagai dasar dalam melangkah. Saat ini pelajaran pendidikan agama Kristen semakin ditinggalkan. Sekolah menggantinya dengan religiusitas. Mau kemana jalannya sekolah-sekolah macam ini? Apakah masih layak mereka menyandang label Kristen? Sekolah Kristen seyogyanya mempertahankan keunikannya, yaitu menjadikan Alkitab sebagai dasar atas segala kebijakan dan keputusan.
Sebagai pewarta kasih, maka sudah sepantasnya apabila sekolah-sekolah Kristen kembali kepada fitrahnya, yaitu menyediakan akses pendidikan murah namun berkualitas dengan tetap mempertahankan keistimewaannya yaitu berdasarkan pada kebenaran Alkitab untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas dan beriman tanpa memandang status ekonomi, suku, agama maupun ras. Semoga.
SEKOLAH TEOLOGIA YANG MENJAMUR
Jamur adalah jenis mahkluk hidup yang memiliki tingkat perkembangbiakan amat cepat. Asalkan situasi dan kondisi memberikan kesempatan, maka jamur tak akan menyia-nyiakannya, ia akan segera menyerbu tempat itu tanpa ampun. Di setiap sudut-sudut kehidupan dunia ini tiada tempat yang lepas dari perkembangbiakan jamur, dari kawasan mewah hingga kawasan kumuh, sehingga manusia seringkali sulit untuk mengendalikan perkembangannya. Istilah”tumbuh bagai jamur di musim hujan”pun di tujukan pada sebuah situasi dimana ada sesuatu yang tumbuh dan berkembang secara tak terkendali. Mengapa saya menggunakan jamur sebagai media pembuka wacana? Ya karena memang saya akan berbicara tentang sesuatu yang sedang tumbuh dan berkembang secara ‘tak terkendali’ di Indonesia, yaitu menjamurnya sekolah-sekolah teologia.
Fenomena menjamurnya sekolah-sekolah teologia memang sudah dirasakan sejak beberapa tahun belakangan ini. Disana sini terdapat berbagai sekolah teologia dengan corak, ragam, dan kekhasan teologia masing-masing, ada yang menyebut diri Pentakosta, Karismatik, Injili, baptis, Wesleyan, Calvinis, Lutheran, dan lainnya. Hal itu bukanlah masalah. Permasalahannya adalah seberapa tinggi standar kualitas yang dimiliki sekolah teologia tersebut? Mulai dari fasilitasnya, pengajarnya, metode pengajarannya, hingga kompetensi lulusannya. Hal ini penting sebab sekolah teologia dikenal sebagai pencetak laskar Kristus, hamba Tuhan, pekabar Injil, maupun intelektual Kristiani. Jadi, sudah barang tentu sekolah teologia harus mampu memberikan pengajaran baik teori maupun praktek secara berkualitas, komprehensip, holistik, dan ilmiah, sehingga lulusan benar-benar memiliki komptensi seorang teolog yang cakap.
Tengoklah kenyataan di lapangan, apakah sekolah-sekolah teologi tersebut telah memenuhi kriteria sebagai lembaga pendidikan pencetak hamba TUHAN dan intelektual Kristiani yang berkualitas? Sebagian Belum!(saya tidak akan lupa akan beberapa sekolah teologia yang memiliki kualitas pengajaran handal, dengan pengajar yang cakap sehingga menghasilkan sarjana-sarjana yang unggul. Mis, STT Jakarta, STII, F. Teologia UKDW,ITKI, UKSW, STT HKBP, STBI, III, dan beberapa lainnya) Ada pula sekolah yang tidak terdaftar secara resmi di DEPAG maupun DEPDIKNAS berani membuka program sarjana bahkan magister. Jelas ini adalah suatu penipuan dan pembodohan publik, kenapa?ya karena mereka menggadaikan gelar kesarjanaan yang seharusnya di raih dengan peluh dan air mata. Ada pula yang menyelenggarakan program doktor hanya dalam waktu enam bulan, tanpa kuliah, tanpa disertasi. Peserta hanya perlu menyerahkan riwayat pelayanan dan sejumlah uang, maka gelar doktor pun sudah di tangan. Bahkan gelar kehormatan tertinggi, professor pun tak luput dari praktek-praktek semacam ini. Sekolah lainnya menyelenggarakan pendidikan hanya dengan ruang kuliah seadanya, kurikulum seadanya, dosen seadanya, fasilitas pendukung seadanya, dan akhirnya lulusannya pun memiliki kualitas seadanya. Sekolah teologia semacam itu tak lebih dari ‘jamur ’ yang mesti dicabut. Sekolah teologi macam ini pantas disebut sebagai sekolah teologia gelap, karena memang kualitas dan keberadaannya remang-remang cenderung gelap.
Sekolah-sekolah teologia Kristen ‘gelap’ semestinya harus ‘bangun’ dan ‘membasuh muka’ untuk melahirkan kembali budaya dan perasaan malu karena telah merendahkan nilai-nilai pendidikan yang luhur. Penginjilan dan penjangkauan jiwa, atau ‘waktu TUHAN yang semakin dekat tidak dapat dijadikan kedok untuk membangun lembaga pendidikan instant yang tak teruji keunggulannya. Kalau memang tidak mampu menyelenggarakan pendidikan di bidang teologia secara layak dan memenuhi standar lebih baik mulai sekarang berpikir untuk meninjau kembali keberadaan sekolah tersebut. Apabila sekolah teologia masih tumbuh bak jamur di musim hujan, maka saya yakin sebentar lagi musim kemarau akan tiba dan jamur yang tidak berguna akan layu, ditinggalkan dan akhirnya mati. Bagi pengguna gelar akademik teologia ‘aspal’ semacam ini, saya menghimbau agar saudara dengan rela hati menanggalkannya demi penghormatan pada keluhuran pendidikan teologia serta wujud nyata dari karakter Kristen yang bertanggung jawab dan jujur.
Sebagai pembimbing dari umat Kristiani, Departemen Agama terkhusus Bimbingan Masyarakat Kristen harus memperhatikan fenomena tersebut. Diperlukan ketegasan untuk menertibkan keberadaan sekolah teologia. Diharapkan BIMKRIS mampu membuat regulasi yang jelas bagi seluruh sekolah teologia yang dibimbingnya, sehingga kelak tidak akan didapati lagi sekolah-sekolah teologia yang kualitasnya dibawah standar. Kalau sekolah teologia kualitasnya tak memenuhi syarat ya sebaiknya ditutup saja. Semoga…
KONSEP TRINITAS
Oleh RM. Wahyu Eko Cahyono
Pendahuluan
Kata “ Trinitas” tidak terdapat secara langsung dalam Alkitab (PL& PB). Meskipun demikian kata trinitas/ tritunggal menyimpulkan seluruh ajaran Alkitab tentang rahasia diri Allah. Menurut C. W. Lowry dalam The Trinity and Christian Devotion, istilah ini “mencakup seutuhnya segenap unsur utama kebenaran yang diajarkan agama Kristen mengenai adanya kegiatan Allah dalam satu istilah umum yang sangat luhur.” Doktrin trinitas sangat khas dan unik dalam ajaran kekristenan karena mengungkapkan hubungan antara Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus sebagai tritunggal yang Esa.
Trinitas dalam Gereja Mula-mula dan Reformasi
Umat Kristen awal telah mencoba menggambarkan hubungan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Antara lain: Praxeas dari Roma yang mengajarkan Patripassianisme, yaitu Bapa turut menderita sengsara karena Sang Bapa berinkarnasi di dalam Sang Anak. Sabellius mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa adanya. Bapa, Putra dan Roh Kudus itu hanya cara menampakkan diri(perwujudan) dari Allah yang Esa itu. Arius (250-336 M) mengajarkan pembedaan antara Allah Bapa dengan Anak (Yesus) yang diperanakkan oleh Bapa sehingga dianggap memiliki permulaan (pra eksistensi). Jadi, Yesus adalah ciptaan yang sulung dari Allah Bapa. Ia juga mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah yang pertama diciptakan oleh Anak. Ketiga pandangan di atas pada akhirnya dipersalahkan dan disebut bidat(ajaran sesat) karena mengabaikan berbagai keunikan dan keistimewaan yang disampaikan Alkitab tentang hubungan Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Selain mereka ada pula Bapa Gereja awal yang memberikan pandangannya, antara lain: Yustinus martir yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah logos yang menjadi pesuruh (anggelos) dan wakil (huperentes) dari Allah Bapa. Origenes mengajarkan bahwa ketritunggalan Allah dipandang secara berpangkat-pangkat (subordinasianisme). Perbedaan ketiga pribadi Allah dipertahankan, namun kesatuannya ditiadakan. Kedua pandangan inipun kurang tepat dalam menggambarkan hubungan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus sebab mengurangi keunikan konsep trinitas.
Pandangan yang diterima oleh umat Kristen sepanjang abad ialah pendapat yang disampaikan Tertulianus. Ajarannya adalah ”una substantia, tres personae” artinya Tuhan Allah adalah satu dalam Substansi/ Zat/ HakikatNya dan tiga dalam Persona/ Pribadi/ OknumNya. Ajaran inilah yang dipegang oleh Gereja dan dikukuhkan dalam Konsili Nicea (325 M). Reformator John Calvin juga mendukung trinitas dengan menyatakan bahwa Allah satu hakekatNya yang tak dapat dibagi-bagi, meskipun hakekat itu ada pada Bapa, ada pada Anak, dan ada pada Roh Kudus. Demikian pula, bahwa karena salah satu sifatNya Bapa berbeda dari Anak, dan Anak berbeda dari Roh Kudus.
Pandangan Alkitab tentang Konsep Trinitas
Meskipun istilah trinitas tidak ditemukan dalam PL maupun PB, tetapi amat banyak ayat Alkitab yang menyokong kebenaran konsep ini.
Perjanjian Lama
Petunjuk ketritunggalan Allah amat nyata dalam PL. pada saat tertentu Allah memakai bentuk diri jamak (Kej. 1:26; 11:7). Bentuk berkat TUHAN dalam PL adalah lipat tiga (Bil. 6:24-26). Nabi Yesaya menubuatkan bahwa Mesias disebut Allah yang Perkasa (Yes. 9:5). Dan masih banyak lagi rujukan dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang dapat kita temukan untuk membuktikan kebenaran konsep trinitas.
Perjanjian Baru
Tersedia kesaksian yang melimpah dalam PB tentang ketritunggalan TUHAN Allah.
· Bapa adalah Allah (1 Kor. 8:6; Ef. 4:6)
· Anak adalah Allah (Yoh. 1:14,18; 20:28; Flp. 2:6; Tit. 2: 13)
· Roh Kudus adalah Allah (Kis. 5: 3-4; 2 Kor. 3:18)
Ada urutan khusus di antara ketiga pribadi Allah.
· Bapa ialah yang pertama (Yoh. 5:26-27; Ef. 1:3)
· Anak yang kedua (Yoh. 3:16; Ibr. 1:5; 1 Yoh. 4:14)
· Roh Kudus yang ketiga (Yoh. 14:7; 15:26; 20:22)
Kesimpulan
Setelah kita mempelajari doktrin dasar dalam kekritenan, yaitu ketrinitasan/ ketritunggalan Allah, kita semestinya meyakini kebenarannya dengan menolak anggapan bahwa gereja atau konsililah yang melahirkan doktrin tersebut. Doktrin trinitas nyata-nyata tergambar jelas dan tak meragukan dalam banyak ayat dalam PL maupun PB. Konsili dan gereja mula-mula hanyalah mengukuhkan kebenaran yang telah ada dan nyata dalam Alkitab.
Jadi, ketrinitasan/ ketritunggalan Allah artinya adalah ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keAllahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan, sama di dalam hakekat tetapi berbeda di dalam pribadi Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, yang tidak saling berkontradiksi satu dengan yang lainnya. Amin
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA
Saat ini kita melihat begitu banyak kenakalan yang di lakukan oleh sebagian remaja, misalnya tawuran antar sekolah, merokok, membolos sekolah, perkelahian, bahkan pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkotika). Dalam makalah ini penulis mengkhususkan diri untuk membahas pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di kalangan remaja. Adapun pembahasan makalah ini meliputi latar belakang atau penyebab mengapa remaja tertarik menggunakan narkoba, akibat dari penggunaan tersebut, dan cara mengatasinya.
Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba
Banyak alasan mengapa remaja terlibat penyalahgunakan narkoba, antara lain supaya dapat diterima oleh lingkungan pergaulan, mengurangi stress, mengurangi kecemasan, agar bebas dari rasa murung, mengurangi keletihan, kejenuhan ataupun kebosanan, untuk mengatasi masalah pribadi, keingintahuan, ancaman dari teman-temannya, merasa direndahkan oleh teman-temannya apabila tidak ikut memakai narkoba, meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian, dan adanya rasa nikmat.
Pada akhirnya penulis berkesimpulan alasan remaja dalam memakai narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pertama, anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya. Kedua, relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi ketegangan, cemas, dan depresi akibat stressor sosial. Ketiga, facilitativeor permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa penggunaan narkoba merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai sehingga dapat diterima.
Akibat Penggunaan Narkoba
Adapun gangguan yang akan dialami remaja pengguna narkoba antara lain sebagai berikut:
Pertama, terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya ingat, sulit berkonsentrasi, tidak mampu bertindak secara rasional dan impulsif, berkhayal secara berlebihan, merusak keinginan dan kemampuan belajar, minat dan cita-cita semula menjadi padam. Kedua, keracunan, yaitu gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilakunya. Gejalanya tergantung jenis, jumlah dan cara penggunaannya. Ketiga, overdosis, hal ini dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan (heroin) atau pendarahan otak (amphetamine dan shabu-shabu). Keempat, gejala putus zat, yaitu gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau pemakaiaannya dihentikan. Kelima, berulang kali kambuh, yaitu ketergantungan yang menyebabkan ‘rasa rindu’ pada narkoba walaupun telah berhenti memakai. Keenam, gangguan perilaku atau mental-sosial, sikapnya menjadi acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, mudah marah, menarik diri dari pergaulan, hubungan dengan keluarga dan sesame menjadi terganggu. Ketujuh, gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar endokrin, alat reproduksi, infeksi hepatitis B/C (80%), HIV/AIDS (40-50%), penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, dan gigi berlubang. Kedelapan, kemunduran nilai-nilai, mengendornya nilai-nilai keagamaan, sosial, budaya, sopan santun hilang, seks bebas, mementingkan diri sendiri. Kesembilan, keuangan dan hukum, yaitu keuangan menjadi kacau karena harus membeli narkoba. Ia akan rentan untuk melakukan aksi kejahatan atau membohongi orang tua. Ia juga bersiko tinggi untuk dikenai sangsi hukum (penjara).
Tahap- tahap Penyembuhan
Remaja pengguna narkoba harus ditolong, bukan dihukum, kecuali ia melakukan pelanggaran hukum. Pertolongan yang cukup tepat bagi pengguna narkoba adalah dengan membawanya ke panti rehabilitasi, meskipun ini tidak menjamin ia bisa lepas total atau terbebas dari ‘rasa rindu’ akan narkoba. Remaja perlu mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan dari pemulihan ketergantungan tersebut. Tanpa dukungan lingkungan sosial yang mau menerima dan mengasihinya, pecandu sulit pulih.
Adapun tahap-tahap penyembuhannya harus dimulai dengan doa yang tekun serta sungguh-sungguh dan keyakinan teguh bahwa ia akan sembuh. Kemudian dilakukan program detoksifikasi sebagai tahap awal pemulihan, untuk melepaskan pasien dari efek langsung narkoba yang disalahgunakan dan mengelola gejala putus zat karena dihentikannya pemakaian. Tahap kedua adalah rehabilitasi atau pemulihan yang meliputi aspek fisik, psikologis, spiritual, dan pendidikan. Tahap selanjutnya konseling, baik individu maupun kelompok sebagai teknik untuk membantu pecandu memahami diri (insight), membujuk (persuasi), memberi saran dan keyakinan sehingga ia dapat melihat permasalahannya secara lebih realistis dan memotivasi agar terampil dalam mengatasi masalah. Kemudian ada pencegahan kekambuhan kembali sebagai strategi untuk mendorong pecandu berhenti memakai narkoba, membantunya mengenal dan mengelola situasi yang beresiko tinggi,pikiran-pikiran dan kegiatan-kegiatan yang mendoronya kembali pada narkoba. Diperlukan pula keterlibatan pihak keluarga pengguna untuk mendukung keberlangsungan program pemulihan ini. Keluarga bertugas untuk menjaga dan merawat mantan pengguna tersebut supaya tidak kembali terjerumus ke dalam dunia hitam penyalahgunaan narkotika.

Jumat, 11 April 2008

PARANORMAL DARI PERSPEKTIF KRISTEN
Arti Paranomal
Secara etimologis paranaormal berasal dari Yunani, kata para artinya “di sisi, di balik, di sebelah, melampuai, tidak ter…”yang berpadanan dengan beside dan beyond dalam bahasa Inggris. Normal, berasal dari kata norma berarti “peraturan, aturan, kaidah, ketentuan, kebiasaan, sesuai aturan, sesuai kebiasaan, sesuai kaidah(Chambers Twentieth Century Dictionary, 1972). Di Amerika dan Inggris, paranormal dikenal istilah para psycology yang artinya:” suatu cabang ilmu jiwa yang berhubungan dengan kemampuan-kemampuan yang tidak lazim, yang umumnya disebut kemampuan-kemampuan kejiwaan atau kebatinan, yang tidak dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterima oleh ilmu pengetahuan dewasa ini(Encylopedia Americana, 1957, Vol. 22). Pdt. Dr Mailool mengatakan paranormal adalah orang yang memiliki kemampuan lebih dari manusia biasa, yang memiliki kuasa supranatural yang berasal dari kuasa kegelapan.
Paranormal Masa Kini
Melalui berbagai cara paranormal menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat. Paranormal masa kini tidak identik dengan celana hitam komprang, baju dan destar hitam, gelang akar bahar, cincin besar bermata batu akik, dan atribut perdukunan tradisional lainnya. Sekarang paranormal dapat ditemukan dalam iklan-iklan surat kabar, majalah, radio, bahkan televisi. Mereka berpakaian layaknya seorang direktur perusahaan besar, bahkan belakangan banyak ditemui paranormal yang menjadi selebritis.
Paranormal masa kini berusaha untuk menghilangkan kesan angker, sangar, dan menakutkan dan berubah menjadi orang yang ramah, cerdas, menarik. Banyak pemimpin atau calon pemimpin yang menyambangi kediaman paranormal. Tak sedikit pula paranormal yang menyewa hotel, atau gedung mewah sebagai tempat prakteknya. Hal ini digunakan untuk menyelubungi dan memanipulasi kuasa roh jahat yang dipergunakannya.
Paranormal dalam Alkitab
Paranormal dalam Alkitab bukan berarti ada nabi, rasul, atau tokoh yang percaya kepada Allah merangkap menjadi paranormal, atau pembolehan Dalam Perjanjian Lama istilah yang berkaitan dengan paranormal antara lain: ksyp, diterjemahkan dengan ‘tukang sihir, penyihir, perempuan sihir, sihir.’, khrtm diterjemahkan dengan ‘orang berilmu’, khvr diterjemahkan dengan ‘mantra’ (Ul. 18:11; Yes. 47:9, 12), kasdim, agaknya penerjemah memakai kasdim pada zamannya sebagai pengganti kata tertentu dalam bahasa asli.
Selain itu dkenal pula istilah tenung, bentuknya antara lain (a)tenung tongkat(rhabdomanti) lih. Yeh.21:21. (b)menilik hati(hepastokopi) lih.Yeh. 21:21, caranya dengan melihat hati binatang korban. (c)terafim, dihubungkan dengan tenung dalam 1 Samuel 15:23; Yeh. 21:21; Zak. 10:2. (d)menanya arwah(nekromanti) lih. Ul.18:11; 1 Sam. 28:8; 2 Raja. 21:6. (e)ramalan bintang(astrology), mengambil kesimpulan dari posisi matahari, bulan, dan bintang pada rasi satu dengan lainnya.(f)tenung air(hidromanti). Bentuk atau suatu gambar yang kelihatan dalam bokor yang berisi air (Kej. 44:5, 15). (g)undian. (h)mimpi (lih. Yer.23:25-27).
Dalam Perjanjian Baru ditemukan kata (a)magos, diterjemahkan tukang sihir, melakukan sihir. (b)parmakos, diterjemahkan sihir, tukang sihir. Gagasan dasarnya ialah obat-obatan, minuman, racun (Why. 9:21; 18:23; 21:8). (c)goes, artinya penipu (2 Tim. 3:13). Lebih tepat diartikan sebagai tukang sihir yang mengikat orang dengan jampi-jampi.
Dapatkah orang percaya diguna-gunai
Apabila yang dimaksud orang percaya adalah semua orang Kristen, bisa saja ia terkena guna-guna. Orang Kristen bukan berarti kebal guna-guna/ kuasa jahat. Dalam banyak kasus ada juga orang Kristen yang menjadi korban guna-guna. Kekristenan, Alkitab, gereja, bukanlah penangkal dari serangan kuasa jahat.
Jadi, yang dimaksud orang percaya bukan semata-mata karena ia Kristen, tetapi orang yang sudah lahir baru dalam Kristus Yesus sehingga didiami oleh Roh Kudus Apabila Roh Kudus telah mendiami seseorang, maka tidak mungkin kuasa kegelapan mampu menguasai orang tersebut.
Sebagai orang percaya, kita harus mewaspadai munculnya metode-metode pengobatan, pernapasan, perdukunan model baru yang nampaknya bagus, namun ternyata sarat dengan muatan okultisme. Misalnya reiki,new age movement, wai tan kung, tai chi, dan lainnya. Terbukti bahwa, meskipun dibalut dengan pengobatan alamiah, namun bila dicermati ada sesuatu yang berbahaya(tidak sesuai Alkitab) dan dapat ditunggangi kuasa jahat. Yang amat penting untuk disadari oleh umat percaya adalah bertumbuh di dalam iman dan kebenaran, maka Roh Kudus akan memberi perlindungan kepada kita.
KETAKSALAHAN ALKITAB
Pandangan Para Kritikus
Sejak gereja mula-mula hingga masa reformasi pada umumnya tidak ada tokoh yang mempersoalkan ketaksalahan Alkitab. Namun pada permulaan abad ke 17, Francis Bacon seorang penganut induktivisme mengkritik Alkitab dengan menyangkal ketaksalahan Alkitab dalam perkara sejarah dan ilmu pengetahuan. Dengan cepat kritik terhadap Alkitab tumbuh subur dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Hobbes dengan materialismenya, Benedict Spinoza dengan rasionalismenya, David Hume dengan empirisme skeptik, Immanuel Kant dengan agnostisismenya, dan Soren Kierkegaard dengan eksistensialismenya. Penyangkalan terhadap ketaksalahan Alkitab diperkuat dengan adanya metode kritik historis, neo ortodoks, Schleiermacher dengan teologia liberalnya dan perkembangan teologia kontemporer lainnya.
Kritikus modern semacam James Barr mengatakan bahwa: “seluruh Alkitab merupakan firman manusia, sehingga dipengaruhi oleh ketegangan-ketegangan, kelemahan-kelemahan, dan kesalahan-kesalahan yang selalu melekat pada hasil karya manusia…Alkitab tidak lebih tinggi dibandingkan buku-buku lain…”(Alkitab di dunia modern.BPK GM.1997), bahkan teolog lokal, Ioanes Rakhmat dengan konsisten menganggap ‘sesat’ para panganut aliran Injili, karena menolak adanya kesalahan dalam Alkitab. Lantas bagaimana jawaban kita atas berbagai kritik tersebut? Ada baiknya saya cuplik pernyataan Prof. Dr. Eta Linneman, seorang mantan teolog historis kritis dari Jerman (Teologi Kontemporer. PPII.2006): “saya menjadi murid Bultman tapi bukan murid Tuhan Yesus…kepercayaan saya sendiri hampir hilang. Bahkan lama kelamaan ilmu teologi(historis kritis) ini membawa saya pada jalan yang sesat…). Apa gunanya kita memiliki intelektualitas yang mengagumkan namun menolak sang pemberi kecerdasan, sang Maha Cerdas?
Pengakuan Ketaksalahan
Persekutuan Antar Sekolah Teologia Injili Indonesia(PASTI) mendefinisikan ketaksalahan Alkitab sebagai berikut: Kami percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya Firman yang diilhamkan Allah di bawah penguasaan dan pimpinan Roh Kudus tanpa salah dalam segala penyataan dan merupakan otoritas tertinggi dalam iman, tingkah laku dan sejarah. The International Conference on Biblical Inerrancy dalam The Chicago statement 1978 menyatakan: Holy Scripture, being god’s own word, written by men prepared and superintendent by His Spirit, is of infallible divine authority in all matters upon which it touches: it is to be believed, as God instruction, in all that it requires; embraced, as God’s pledge, in all that is promises. Demikian beberapa pengakuan umat Kristen yang masih memegang kepercayaan akan ketaksalahan Alkitab sebagai Firman Allah.
Ketidaksesuaian Bukan Kesalahan
Kita mengakui bahwa ada beberapa bagian dari Alkitab yang memberikan penjelasan berbeda mengenai tema dan topik yang sama. Apakah ini bukti Alkitab mengandung kesalahan? Inilah yang disebut ketidaksesuaian. Kesukaran semacam ini bukan tanpa jalan keluar, ada pendekatan-pendekatan yang disarankan dalam memecahkannya. Lagipula ketidaksesuaian seperti ini merupakan bukti beragamnya cara yang dipakai Allah dalam menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya melalui Alkitab.
Silsilah Yesus merupakan salah satu pokok yang dipersoalkan, sebab kesaksian Matius 1:6-16 berbeda dengan kesaksian Lukas 3:23-31. Matius 1:15-16 menyebutkan Yusuf sebagai ayah non biologis dari Yesus adalah anak Yakub, tetapi Lukas 3:23 menyebut Yusuf sebagai anak Eli. Keduanya kelihatannya saling bertentangan.
Pemecahan yang disarankan adalah, bahwa Matius menggunakan silsilah Yusuf, sedangkan Lukas menggunakan silsilah Maria, dan keduanya tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi, karena kita memiliki silsilah dari Tuhan Yesus secara lengkap. Ini membuktikan bahwa Yesus secara menyeluruh adalah keturunan Daud. Dari ayah non biologisnya Yusuf, Tuhan Yesus memiliki hak waris kerajaan secara hukum, dan dari Maria ia adalah keturunan Daud, Raja Israel. Karenanya Tuhan Yesus secara sah memiliki hak atas takhta Daud.
Menurut para evolusionis air bah yang terjadi pada zaman Nuh adalah mitos, bukan peristiwa sejarah. Apabila adapun, maka air bah itu hanya terjadi secara lokal, dimana Nuh berada. Ilmu pengetahuan modern membalikkan hal itu, sebab ditemukannya timbunan fosil-fosil pada setiap daratan membuktikan adanya malapetaka secara universal. Jutaaan kerangka mammoth di daerah beriklim dingin, melalui ilmu kedokteran dibuktikan bahwa semuanya mati karena genangan air yang amat luas. Adanya pasir laut, fosil-fosil kerang, ikan, dan binatang laut di pegunungan Papua bagian tengah menunjukkan adanya air bah yang menutupi gunung tersebut pada masa lampau. Bukti-bukti pengetahuan ini menegaskan kesahihan Alkitab dalam segala pernyataannya.
Bukti Ketaksalahan dari Alkitab sendiri
Bagian ini membahas bagaimana pengajaran dari Alkitab sendiri, sebagai puncak dari pembahasan tentang ketaksalahan Alkitab. Alkitab tidak secara langsung menggunakan istilah ketaksalahan, istilah yang dipakai dan relevan dengan ketaksalahan adalah penyataan(revelation), pengilhaman(inspiration), penerangan(illumination) dan beberapa sebutan mengenai Alkitab itu sendiri.
Pengajaran mengenai ketaksalahan Alkitab dimulai oleh Tuhan Yesus dengan pernyataannya dalam Matius 5:17-18 :”Janganlah kamu menyangka Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (lihat juga Markus 12:36) Melalui pernyataan ini jelaslah bahwa Tuhan Yesus sendiri mengakui kewibawaan dan ketaksalahan Alkitab(dalam konteks ini PL). Paulus meneruskan ajaran Yesus dalam nasehatnya kepada Timotius, bahwa Alkitab adalah diilhamkan Allah yang berguna mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran(2 Tim. 3:14-16).
Ketaksalahan Alkitab dibuktikan dengan peranan Roh Kudus dalam penulisan Alkitab. Semua kitab dalam Alkitab menyandarkan asal mulanya pada Roh Kudus(Mat. 22:43-44; Kis. 28:25; Ibr. 3:7). Penulis-penulisnya yang selalu dinaungi Roh Kudus(2 Ptr. 1:21). Dan pengakuan bahwa pesan Alkitab sesuai dengan yang sebenarnya, yaitu perkataan Allah dan bukan perkataan manusia(1 Tes. 2:13). Dalam setiap nubuatnya Alkitab juga tak pernah salah dan pasti digenapi, misalnya(Ulangan 28:64; bnd Yeremia 30:11; Mikha 5:2; Zakharia 9:9;11:12-13). Dan akhirnya Alkitab selalu relevan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan kita di masa kini(Mzm. 119:49-56).
Kesimpulan
Meskipun pada awal kekristenan hingga abad pertengahan ketaksalahan Alkitab tidak diperdebatkan, seiring perkembangan waktu semakin banyak teolog yang meragukan ketaksalahan Alkitab. Kita sebagai umat Kristen yang percaya inerrancy of the Bible bertanggung jawab untuk meluruskan kekeliruan tersebut.
Meskipun terdapat beberapa ketidaksesuaian antar bagian dalam Alkitab, maupun antara bagian Alkitab dengan bukti-bukti luar, seperti ilmu pengetahuan modern dan sejarah, namun ketidaksesuaian itu tidak membuat posisi Alkitab menjadi dapat salah. Setiap bentuk ketidaksesuaian merupakan kesulitan-kesulitan yang perlu diselidiki secara lebih mendalam, dengan memperhatikan konteks penulis dan penulisan. Ketidaksesuaian ini juga menunjukkan betapa Alkitab adalah wahyu dari sang Maha Sempurna kepada manusia yang tidak sempurna, sehingga wajar apabila ada kesukaran-kesukaran pemahaman yang dialami.
Jadi, Alkitab tidak dapat salah secara verbal, baik dalam bagian-bagian yang memuat peristiwa sejarah, maupun yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sebab para penulis naskah asli Alkitab dilindungi Allah ketika menuangkan berita Allah dengan kata-kata mereka sendiri.

Untuk studi lanjutan baca:
1. Dr. Arnold Tindas, Inerrancy Ketaksalahan Alkitab, Harvest International Theological Seminary(HITS), 2007.
2. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Jilid 1 dan 2, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
3. Prof. Dr. Eta Linneman, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?, PPII, 2006.
4. Prof. Dr. Stanley Heath, Sains, Iman dan Teknologi: manakah yang benar Firman Allah atau Ilmu Pengetahuan, Penerbit ANDI, 1997.
5. Norman Geisler (ed), Inerrancy, Academie Books, Grand Rapids, 1980.
6. John F. Walvoord (ed), Inspiration and Interpretation, Wm.B. Eermands, Grand Rapids, 1957.
7. Jeff Harvey dan Charles Pallaghy, Alkitab dan Ilmu Pengetahuan. Diterjemahkan oleh Wimanjaya K. Liotohe, Immanuel.
8. Gordon Lindsey, Mengapa Alkitab itu disebut Firman Tuhan, Immanuel, 1982.
MENGELOLA KEUANGAN
Mengapa Uang harus Dikelola
Uang adalah benda mati yang bersifat netral, dapat digunakan untuk memberikan manfaat bagi manusia, namun dapat juga sebagai sumber bencana, malapetaka, dan kejahatan bagi manusia. Oleh karena itu uang perlu dikelola secara efektif dan bijaksana. Berikut ini alasan mengapa uang perlu dikelola:
Ø Jumlahnya terbatas
Dalam kehidupan sehari-hari baik dalam rumah tangga atau individu jumlah uang yang kita butuhkan seringkali tidak sebanding dengan jumlah uang yang kita miliki.
Ø Kebutuhan kita banyak
Kebutuhan hidup dapat dikelompokkan kedalam kebutuhan pokok/ primer, sekunder dan kebutuhan tersier. Karena itu kita harus mengerti mana prioritas dan mana yang kurang prioritas.
Ø Memiliki pengaruh yang luar biasa
Pada satu pihak, hidup kita akan lebih nyaman dan mudah, namun di lain pihak uang dapat membuat kesulitan tersendiri bagi kita. akar dari kejahatan adalah cinta uang.
Bagaimana mengelola Uang
Bagi kita orang percaya, seharusnya uang bukan lagi menjadi tujuan hidup, namun uang adalah sarana untuk lebih mempermuliakan nama Tuhan Allah. Kata Firman TUHAN dalam Matius 6:19-21 berkata: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Ayat ini bukanlah larangan bagi kita untuk menjadi kaya, tetapi menantang kita untuk menjalankan uang secara benar.
Prinsip-prinsip dalam mengelola keuangan adalah:
1. Melibatkan Tuhan dalam pengaturan keuangan, kita harus menyadari bahwa setiap berkat yang diterima asalnya dari Tuhan, sehingga kita harus mengembalikannya pada Tuhan, baik dalam bentuk perpuluhan, persembahan, dan lainnya. Dan ini harus dipersiapkan secara khusus, bukan sisa.
2. Membuat perencanaan, sebab setiap kegiatan tanpa perencanaan akan menghasilkan kegagalan, demikian pula dalam hal mengelola keuangan.
3. Menentukan prioritas kebutuhan, mengajar kita untuk menentukan dan membeli barang yang benar-benar menjadi kebutuhan.
4. Membuat catatan periodik, seringkali kita tidak menyadari kemana uang yang telah kita gunakan, karena itu catatan periodik berguna untuk melakukan evaluasi atas pengeluaran dan pemasukan kita.
5. Menabung, seringkali kita kebingungan saat ada kebutuhan khusus dan mendadak, dalam hal ini tabungan amat diperlukan sebagai dana cadangan.
6. Jangan kuatir akan masa depan, sebab rasa kuatir tak akan menambahkan apa-apa selain ketakutan dan kegelisahan, sebab itu serahkanlah hidup pada Tuhan sambil mengucap syukur dan tetaplah berusaha.

Contoh sederhana pengelolaan keuangan mahasiswa:
A. Penerimaan : Rp. 1000.000
B. Pengeluaran
§ Perpuluhan : Rp. 100.000
§ Makan : Rp. 300.000
§ Pembelian Buku Penunjang kuliah : Rp. 150.000
§ Akademis lainnya : Rp. 50.000
§ Uang kos : Rp. 100.000
§ Kesehatan& Liburan : Rp. 50.000
§ Tabungan : Rp. 100.000
§ Belanja kebutuhan sehari-hari : Rp.100.000
§ Lain-lain : Rp. 50.000
----------------
Jumlah Keseluruhan Rp. 1000.000

MAKNA KATA "MENAKLUKKAN BUMI" (Kej. 1:28) PADA MASA KINI

“MENAKLUKKAN BUMI”(KEJADIAN 1:28) DAN TANGGUNG
JAWAB TERHADAP LINGKUNGAN

Pasal 1-2 dari kitab Kejadian berbicara tentang permulaan/ penciptaan alam semesta. Pemaparan dalam pasal ini mengundang berbagai komentar dan penafsiran. Dalam artikel ini kita akan fokus pada pemaknaan kata ‘menaklukkan bumi’ dalam konteks kekinian. Kita menyadari ada krisis lingkungan yang dahsyat akhir-akhir ini, mulai dari lapisan ozon yang semakin menipis, longsornya sebagian beting es Wilkins di Antartika akhir Februari lalu hingga bancana alam yang melanda berbagai penjuru negeri. Seringkali umat Kristen Injili atau konservatif dituduh sebagai biang keladi kejahatan lingkungan, sebagai akibat dari penerimaan terhadap ideologi dalam Kejadian 1:28.
Menaklukkan bumi dalam konteks Kejadian 1:28 menurut hemat penulis memang harus ditafsirkan sejara wajar, yaitu penaklukan akan segala ciptaan Tuhan. penaklukan di sini bisa berarti penguasaan, pengendalian, dan pemanfaatan. Penaklukan juga membuktikan bahwa hanya manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah(imago dei) sehingga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari ciptaan lainnya. Manusia itu memiliki kuasa untuk menaklukkan seluruh ciptaan Allah. Masa itu manusia hidup berdampingan dengan harimau, singa, beruang, buaya, dan hewan buas lainnya. Hal ini terbukti bahwa manusialah yang memberikan nama bagi setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan(lih. Kej. 19-20). Ini dimungkinkan sebab manusia masih dalam masa pra dosa sehingga seluruh ciptaan Tuhan hidup dalam perdamaian dan kasih.
Pokok berikutnya yang harus dimengerti adalah, setelah memberikan kuasa pada manusia(Adam), Allah membuat sebuah taman di Eden, di sebelah timur bagi manusia dan ciptaan lainnya dengan tanggung jawab untuk mengusahakan dan menjaga taman itu(Kej.1:15). Disamping itu manusia bertanggung jawab untuk le ‘obdah ûlešomrah “menyembah atau beribadah kepada Allah dan mematuhi-Nya”(Kej. 2;15). Kehidupan manusia di taman itu dikarakterkan dengan ibadah dan kepatuhan; ia adalah seorang imam, bukan sekedar pekerja dan penjaga taman. Jadi, jelas bagi kita bahwa dalam konteks Adam, istilah kabash atau menaklukkan memiliki makna ganda, sebab penguasaan, pemanfaatan, dan penggunaan ciptaan Tuhan bagi kepentingan manusia disertai dengan tanggung jawab untuk menjaganya.
Saat ini eksploitasi terhadap lingkungan bertanggung jawab atas berbagai bencana yang melanda sebagian penduduk dunia. Banjir, tanah longsor, kekeringan, gagal panen, cuaca yang tak menentu, suhu bumi yang meningat serta banyak hal lain disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan terhadap alam. Hal ini terjadi karena manusia sudah melupakan hakekat makna ‘menaklukkan’ alam dan segala ciptaan Tuhan Allah. Manusia terlena untuk selalu mengusahakan ‘taman’ tetapi lupa akan tanggungjawabnya dalam menjaga ‘taman’ ciptaan Tuhan, yaitu lingkungan sekitar kita.
Jadi, kata Ibrani kabash(menaklukkan) dan radah(berkuasa) di dalam Kejadian 1:28 dapat dipahami sebagai mandat untuk mengeksploitasi alam dalam arti mengusahakan atau mengelola dan menjaga serta memelihara alam. Mandat yang disampaikan Tuhan Allah bagi Adam masih sangat relevan bagi kita di masa kini. Sampai berapa lama lagi kita akan berbuat nista dengan menghancurkan alam sekitar kita? apakah anak cucu kita tak memiliki hak untuk mewarisi lingkungan yang sehat? Mari kita bangkitkan tanggung jawab untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan dimulai dari halaman rumah kita.
Save Environment Save Your Life
Stop Global Warming with Global Responsbility

KASIH DALAM PERBUATAN

KASIH MENGALAHKAN DOSA
Syalom
Sepuluh tahun lalu saya hidup berkeluarga dengan suami dan keempat anak kami dalam kebahagiaan. Namun, ketika bisnis yang dirintis suami saya semakin berkembang, saya merasakan ada yang berubahdarinya bahkan akhirnya ketahuan memiliki seorang wanita simpanan, sebagai seorang istri saya marah. Tetapi, saya masih mau menerima dia asalkan meninggalkan wanita itu dan kembali pada keluarga serta berjanji tak akan mengulangi perbuatannya kembali. Yang membuat saya kaget adalah ia lebih memilih hidup bersama dengan wanita itu. Sebagai manusia, saya marah, kecewa, sedih, putus asa, sakit hati, stress tidak kepalang dan memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua saya bersama keempat anak kami. Saya besarkan sendiri keempat anak saya itu selama kira-kira sepuluh tahun, sedangkan suami saya tak pernah pulang ke rumah ataupun menjenguk kami. Masalahnya beberapa waktu lalu, saya kaget dan geram saat melihat suami saya itu datang ke rumah orang tua saya dan memohon ampun atas kesalahannya dan meminta kami kembali padanya. Sebagai manusia biasa saya tak dapat memaafkannya, namun saya tau itu tidak diperbolehkan Tuhan. lantas apa yang harus saya lakukan?
Saudara, masalah di atas apabila kita lihat dari kacamata duniawi amatlah rumit, dan kompleks. Si bapak awalnya memiki karakter yang baik, namun kekayaan telah membutakan matanya sehingga melupakan Tuhan, keluarga dan nama baiknya, namun akhirnya ia menyesal dan meminta ampun atas kesalahannya. Si istri merupakan seorang yang amat menyayangi keluarga, terbukti dari kesediaannya untuk meminta supaya suaminya kembali, juga ia ibu yang amat bijak dalam mendidik anak-anaknya. Namun, ia menaruh rasa sakit hati(akar pahit) yang mendalam pada suaminya sehingga tidak mampu untuk mengampuni.
Mengampuni merupakan momok bagi sebagian kita yang telah mengalami masa-masa sulit penuh penderitaan yang diakibatkan seseorang. Pengampunan adalah hal yang mustahil apabila kita mengandalkan kemampuan, kekuatan dan egoisme kedagingan kita, oleh sebab itu sebelum mengampuni kita harus terlebih dahulu diampuni. Kita harus terlebih dahulu menerima pengampunan dari dosa oleh darah Yesus yang telah tercurah di atas kayu salib menggantikan korban penebus dosa, puasa penebus dosa, perbuatan baik penebus dosa.
Kita manusia berdosa yang kelak harus menjalani penderitaan, siksaan, dan kematian kekal dalam lautan api(neraka), tetapi karena KASIH ALLAH yang diwujudkan dalam Yesus Kristus, kita telah di tebus pada saat kita masih dalam keadaan berdosa. Cobalah hitung sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat seumur hidup kita hingga saat ini? rasanya kita tak mungkin sanggup menghitungnya. Rekonsiliasi yang dilakukan oleh Allah juga berdampak pada kehidupan kita,sebab kita wajib meneladani apa yang telah Allah lakukan pada kita. Allah mengasihi kita, kitapun harus mengasihi orang lain, Allah mengampuni segala dosa kita, kita pun harus rela hati mengampuni orang lain.
Pengampunan tidak akan membuat kita penyakitan, sebaliknya akan menyehatkan jasmani maupun rohani kita, sebab sakit hati, dendam kesumat menguras banyak energi, menyebabkan stress, tekanan pikiran yang berlebihan, tindakan yang diluar kehendak, dan kelainan lainnya, melalui pengampunan kita seakan melepaskan beban berat yang selama menghimpit kehidupan kita, mencerahkan kembali senyuman kita, dan memulihkan hubungan dengan orang lain. Ingatlah cuplikan Doa Bapa Kami ini “…dan ampunilah kami atas segala kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Pengampunan kita tidak didasarkan pada besar kecilnya kesalahan, namun niatan tulus kita untuk mewujudnyatakan kehendak Allah bagi dunia. Amin

MELESTARIKAN KERAGAMAN: SUATU PEMIKIRAN INJILI

MELESTARIKAN KERAGAMAN: SUATU PEMIKIRAN INJILI
Keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah suatu keniscayan, oleh karena itu kita harus menghormati hal ini sebagai suatu falsafah hidup, seperti yang dituangkan dalam semboyan bhineka tunggal ika, berbeda-beda namun tetap satu juga adanya. Keragaman bangsa Indonesia meliputi suku, budaya, adat istiadat, agama, nilai/norma masyarakat, dan sebagainya, dan sebagai warga bangsa sudah semestinya apabila kita bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas keragaman yang dimiliki, dengan cara menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa. Pembedaan antara minoritas dan mayoritas harus ditinggalkan diganti dengan persamaan hak asasi tanpa memandang perbedaan yang dimiliki.
Pada masa kini seringkali terjadi sentuhan-sentuhan akibat kepelbagaian yang muncul ke permukaan, misalnya konflik-konflik yang membawa-bawa nama suku, ras, dan agama di berbagai daerah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari rendahnya kesadaran akan pentingnya menjaga semangat toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai. Sebagai bangsa yang sudah mengakui adanya kemajemukan dan kepelbagaian hal semacam itu seharusnya tidak perlu terjadi. Artikel ini coba mengupas tanggung jawab umat Kristiani(Injili) dalam melestarikan keragaman dan kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kaum Injili berarti orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa Alkitab adalah sepenuhnya Firman Allah yang diilhamkan Roh Kudus kepada para penulis Alkitab dengan menggunakan bahasa, pikiran, situasi, konteks penulis namun ada dalam bimbingan Roh Kudus sehingga terhindar dari adanya kemungkinan kesalahan (inerrancy of the Bible) serta memiliki otoritas atas segala yang disampaikannya. Kaum Injili di Indonesia tergabung dalam wadah PGLII(Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia), meskipun pada kenyataannya hampir seluruh warga jemaat Kristen adalah Injili secara praktik.
Sebagai kaum yang percaya pada kebenaran mutlak Alkitab, perlulah kiranya diperhatikan tugas ilahi yang diberikan bagi kita, yaitu mandat kultural(budaya-pembangunan) dan mandat spiritual(rohani-pembaharuan). Mandat kultural (lih.Mat.22:21; Roma 13:1-7: Luk.20:25, dan Mrk. 12:7) mewajibkan kita untuk berjuang menjadikan dunia kita ini menjadi tempat yang baik untuk dihuni, menjaga kedamaian, keadilan, kerukunan dan kelestarian alam, budaya, dan tradisi yang ada. Oleh karena itu, sangat penting artinya apabila kita berjuang menciptakan kerukunan, kerjasama, dialog, penghargaan antar umat beragama, antar suku, antar budaya, dan sebagainya. Mulai saat ini mari kita bergandengan tangan menuju masyarakat yang toto tentrem karto raharjo dan gemah ripah loh jinawi.
Mandat kedua adalah mandat spiritual(Mat. 28:19-20) artinya membawakan pembaharuan rohani bagi manusia melalui pemberitaan kabar baik(Injil) Yesus Kristus. Pemberitaan kabar baik ini tentunya harus sesuai dengan konteks zaman dan sosio kultural masa kini. Artinya, jangan kita membawakan kabar baik tetapi yang menjadi batu sandungan bagi orang lain/ sesama kita. Pemberitaan kabar baik yang paling efektif haruslah disertai dengan sikap hidup yang mencerminkan kasih dari Allah, tanpa kekerasan, pemaksaan apalagi penodaan atau penistaan terhadap agama lain. Kabar baik haruslah disampaikan dengan baik dan bijaksana pula.
Akhirnya, penulis berkesimpulan bahwa setiap kita dari kalangan apapun(kebetulan penulis adalah seorang Kristen Injili) haruslah memiliki ketetapan hati dan tindakan untuk merawat, memupuk, menjaga dan mengembangkan semangat penghargaan dan toleransi terhadap keberagaman, kepelbagaian yang dimiliki bangsa Indonesia. Kepelbagaian bangsa Indonesia haruslah dipandang seperti pelangi yang memancarkan berbagai warna dalam satu wadah pemersatu sehingga memancarkan keindahan yang tiada tara.

DOA YANG BERKUASA

…Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.(Yak. 5:16b)
Siapa orang yang tidak mau doanya berkuasa? Tentu semua orang mau. Masalahnya bagaimana kunci doa yang berkuasa. Sebelum melanjutkan membaca, anda jangan terkecoh, kalau saya bilang doa yang berkuasa, bukan berarti setiap doa anda pasti akan dikabulkan oleh Tuhan. Doa tetaplah doa, suatu permohonan pada yang Maha Memberi, urusan diterima, ditangguhkan atau bahkan ditolak adalah kedaulatan dari Sang Pemberi. Kita tak bisa memaksa sesuatu yang ada di luar batas kemampuan manusia.
Doa yang berkuasa akan memperbesar peluang kita untuk dikabulkan, sebab Tuhan dalam kemahatahuanNya berjanji untuk mengindahkan doa yang berkuasa. Doa yang berkuasa memiliki tiga kriteria, pertama disampaikan oleh orang benar dan kedua, pengakuan dosa dan ketiga, memiliki keyakinan yang kuat. Orang benar bukanlah orang yang tak pernah berbuat salah atau orang yang pekerjaannya melayani Tuhan sepenuh waktu(gembala, pendoa, penatua, penginjil) tetapi orang yang telah dibenarkan oleh darah anak domba Allah(kematian Yesus Kristus di kayu salib)lih. Roma 3:23-24. Oleh karena itu, yang pertama-tama harus anda lakukan adalah mempercayakan hidup anda dalam kuasa dan kasih Tuhan Yesus Kristus.
Syarat kedua adalah pengakuan dosa. Sebab Allah adalah setia dan adil sehingga bila kita mengaku dosa Allah akan mengampuni. Dosa adalah pengganggu keberhasilan doa kita dihadapan Tuhan, sebab itu kita harus menyelesaikan dahulu masalah kita dengan Tuhan atau dengan sesama. Ketiga, doa itu harus di landasi dengan keyakinan yang teguh. Keyakinan akan menimbulkan kekuatan yang dahsyat. Kekuatan untuk terus menanti, terus berharap, terus meminta dan terus percaya.
Janji Tuhan selalu ditepati demikian pula janjinya untuk mengindahkan doa kita(lih.Mat.7:7-8) kuncinya adalah kita harus mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, mengaku dan berpaling dari dosa, dan memiliki keyakinan yang teguh untuk terus berharap. Apabila kita telah melaksanakan ketiga hal ini, maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi doa kita. Amin Terpujilah Tuhan Yesus Kristus.

APA, SIAPA DAN BAGAIMANA PEMIMPIN ITU

Banyak orang yang menginginkan dirinya menjadi seorang pemimpin. Ia melakukan berbagai cara supaya ia dapat menjadi pemimpin. Bahkan dengan cara- cara yang tidak benar sekalipun. Hal ini jelas menandakan bahwa ia tidak mengerti arti pemimpin dengan baik.
Pemimpin adalah seseorang yang mampu menuntun orang lain untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang direncanakan tetapi ia sendiri harus berperan sebagai contoh yang baik, artinya ia berperan serta aktif dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan yang dicapai. Ia berperan sebagai penerima visi dan dengan iman ia mau bekerja keras untuk merealisasikan visi tersebut. Diluar itu, menurut penulis ia bukanlah seorang pemimpin sejati.
Menjadi pemimpin berarti ia harus mampu mengejawantahkan prinsip “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani” yakni, di depan menjadi teladan, di tengah- tengah anggotanya ia mampu menjadi motivator dan di belakang ia menjadi pendorong bagi yang lain. Ini merupakan prinsip yang mesti dimiliki oleh setiap pemimpin yang ingin berhasil.
Seorang pemimpin yang baik memiliki kecakapan dan kualitas tertentu. Belajar dari Musa, Ted Engstrom menuliskan enam kualitas kepemimpinan Musa yang sangat menonjol dari surat Ibrani pasal 11. pertama, imannya kepada Tuhan; setelah dewasa ia menolak disebut anak putri Firaun(ayat 24). Kedua, kejujurannya terhadap umat Tuhan: ia memilih menderita bersama umat Tuhan dari pada kehidupan yang mewah(ayat 25). Ketiga, visinya: Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Firaun, “sebab dia memandang ke depan kea rah upahnya”(ayat 25). Keempat, ketekunannya: Musa telah meninggalkan Mesir tanpa takut pada murka Firaun, sambil mengarahkan matanya kepada Tuhan bangsa Israel yang tidak kelihatan(ayat 27). Kelima, penurutan mutlaknya: Musa memelihara Paskah dan percikan darah, jangan sampai pembinasa menyentuh anak- anak sulung mereka(ayat 28). Keenam, rasa tanggung jawabnya: Musa memimpin bangsa Israel menyeberang Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering(ayat 29). Musa telah menunjukkan kualitas kepemimpinannya dengan hanya bersandar kepada Tuhan saja. Ini merupakan suatu contoh yang patut ditiru oleh setiap pemimpin masa kini.
Kesimpulannya, menurut penulis, seorang pemimpin layak disebut pemimpin apabila memiliki kualitas, serta kecakapan seperti di atas. Ia haruslah seorang pribadi yang dinamis, kreatif, pantang menyerah, bermoral baik, sehingga layak diteladani oleh orang lain.

AGAMA RIMBA

Agama Rimba
Menjelang dan memasuki abad 21 Indonesia mengalami berbagai goncangan, mulai dari krisis ekonomi hingga konflik antar agama di Maluku dan Poso. Konflik seperti ini mengatasnamakan pembelaan terhadap agama sebagai dasar untuk membunuh dan menyakiti. Apakah yang dimaksud agama? Agama adalah way of life yang membuat hidup manusia itu tidak mengalami kekacauan. Fungsinya sebagai alat pengatur guna terwujudnya integrasi hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesamanya daan alam yang mengitarinya. Dari pengertian di atas jelaslah bahwa semua agama mencita-citakan perdamaian dan keseimbangan antara manusia dengan sesamanya, Tuhan, dan alam ciptaan Tuhan.
Lantas bagaimana dengan orang-orang yang menggunakan agama sebagai alat legitimasi kekerasan dan kebrutalan? Layakkah mereka disebut sebagai umat beragama? Memang beberapa orang menyebut mereka itu salah menafsirkan beberapa ajaran dari kitab sucinya, sehingga menolak keberadaan orang lain yang berbeda keyakinan. Tetapi, menurut saya mereka juga bisa saja disebut sebagai penganut ‘agama rimba’. Agama rimba yang menelantarkan kasih dan mengagungkan kekerasan, membuang semangat pluralisme dan menyembah semangat ke-akuan, menghancurkan kedamaian dan memulai kehancuran, menolak inklusifitas sebaliknya bersikap eksklusif. Agama rimba semacam ini tidak sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia yang majemuk, sebab mengedepankan kebenaran yang dianutnya tanpa melihat masih ada kebenaran yang ditawarkan pihak lain
Sudah saatnya kita menganggalkan selubung agama rimba dan kembali kepada agama Tuhan, yang menuntut kita mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, keselarasan dan kemauan untuk hidup berdampingan satu sama lain tanpa menghakimi kebenaran yang diyakini orang lain. Sebagai umat Kristiani kita juga harus bercermin jangan-jangan kekristenan kita selama ini telah dikalahkan oleh selubung ‘agama rimba’ sehingga kita bersikap eksklusif, seakan-akan kita sendiri yang empunya seluruh dunia. Sekaranglah saatnya kita meretas harapan bersama dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang aman, adil, dan sejahtera dalam bingkai kemajemukan, kepelbagaian dan keberagaman. Semoga…

Menginjil dengan Kasih

Amanat Tuhan Yesus bagi kita sekalian untuk membawa kabar baik (Injil) bagi sesama seringkali membuat kita ‘takut.’ Bahkan kita berusaha memberikan penafsiran baru, menganggap ayat ini sudah tergenapi dengan begitu kita akan terbebas dari amanat untuk mengabarkan Injil. Apakah pekabaran Injil begitu mengerikan sehingga membuat banyak umat percaya (Kristen) menjadi gelisah, gentar, bahkan undur?
Pekabaran Injil tidak melulu soal kata-kata, namun bagaimana kita menjadi berkat bagi orang lain (sesama) di manapun kita bertempat tinggal. Pekabaran Injil mengarah pada pencerminan kasih surgawi dari Yesus melalui hidup kita, sebab Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Bentuk-bentuk praktis dari kasih itu merupakan sarana penginjilan yang efektif dalam rangka penjangkauan terhadap jiwa-jiwa yang belum mengenal sang Juruselamat. Oleh karena itu sebagai umat percaya, kita harus mewujudnyatakan kasih Kristus itu dalam perilaku, tutur kata, tindakan, keputusan kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu kita menjadi Alkitab yang terbuka dan terbaca oleh orang lain, dan pada gilirannya kita berdoa dan bertindak supaya Roh Kudus menyentuh hati mereka untuk mempercayakan hidup pada sang Juruselamat sejati.
Sebagai umat percaya apakah kita sudah melaksanakan kasih tersebut? Apakah orang lain merasa sukacita apabila kita ada di sampingnya?atau malah sebaliknya. Apakah ada perubahan positif sejak kita ada di tengah-tengah masyarakat di mana kita tinggal saat ini?atau malah sebaliknya. Mari kita memberitakan Injil Kristus dengan doa, kata-kata dan perbuatan, sehingga terwujud sinergi yang indah, yaitu kasih dalam perbuatan. Tidak perlu muluk-muluk, kita bisa memulainya dengan memberikan senyum, salam, sapa yang termanis dan tulus bagi sesama kita, niscaya damai Kristus akan mulai menaungi orang-orang di sekeliling kita. Amin

Mewaspadai Teologia Kontemporer

Teologia kontemporer memberikan ruang yang amat luas bagi penggunaan filsafat dalam menilai kebenaran Alkitab. Hal ini mungkin menarik dan kelihatan ilmiah, namun kita mesti waspada sebab ada banyak pengajaran yang kurang sesuai dengan kebenaran Alkitab. Teologia semacam historis kritis menjadikan hakekat Alkitab ada setara bahkan di bawah karya sastra buatan manusia lainnya. Alkitab diuji dengan metode yang mengandalkan rasionalitas serta pembuktian kenyataan. Hal ini tentu tidak tepat apabila dipergunakan bagi Alkitab, sebab Alkitab bukanlah dokumen sejarah ataupun karya ilmiah, tetapi segala ajarannya bukan berarti tidak ilmiah. Ada begitu banyak bukti modern yang mementahkan pandangan bahwa Alkitab tidak ilmiah. Apabila kita membaca Alkitab secara benar, maka kesalahan gereja kuno yang mengatakan bumi itu datar tak akan terjadi, sebab Yesaya telah menjelaskan bahwa bumi itu bulat. Demikian pula Musa menjelaskan bahwa hidup manusia itu tergantung pada darah, demikan pula dibuktikan ilmu modern. jadi, kita harus hati-hati dengan pengajaran teologia modern yang menentang kesahihan Alkitab. yang jelas Alkitab tidak dibuat sebagai dokumen ilmiah, namun segala pengajarannya dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah, apabila ada ketidaksesuaian itu karena kita masih manusia biasa yang tak sempurna dan sedang melihat dokumen yang dilhamkan oleh yang maha sempurna. untuk melihat lebih jauh ketaksalahan Alkitab, saya membuat satu artikel khusus, silahkan dibaca. Tuhan Yesus Kristus memberkati.