Kamis, 16 Desember 2010

Nabi Obaja, "Tolok Ukur Hubungan" dari ALLAH

Oleh : Pdt. Hallie Jonathans
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Nubuatan ini terdatum pada abad ke 9 atau delapan SM. Inilah Obaja yang sam
a dengan yang tertera dalam 2 Raja-raja, PL. Di sana Obaja digambarkan sebagai Nabi semasa pelayanan Raja Ahab dan berjumpa dengan Nabi Elia. Perseteruan antara Raja Ahab dan Nabi Elia tentu amat kita kenal. They are famous enemies. Ahab dan Istrinya Izebel membinasakan Para Nabi Israel. Nabi Elia melawan mereka. Suatu zaman yang menggemparkan, dan waktu yang berbahaya untuk loyal kepada Tuhan. Obaja meskipun berada dalam pelayanan Raja Ahab tadi tetapi ia memperlihatkan takut akan Tuhan yang luar biasa. Ia amat hormat kepada Tuhan dan sesama nabinya, termasuk terhadap Elia. Nabi Obaja menyembunyikan ratusan nabi Israel di gua-gua persembunyian dan memberikan kepada mereka makanan dan minuman, dan dengan berbuat demikian sebenarnya membahayakan kedudukannya sendiri sebagai Nabi Istana. Dulu ada Hawaian Band bernama Suara Istana. Zamannya Cok de Fretes dan Rudy Wairata. Itu semua indah. Tetapi bagi Nabi Istana ini siap menanggung semua risiko bahaya dari pekerjaannya.Dengan menyelamat -kan nyawa para Nabi itu, Nabi Obaja membahaya-kan nyawanya sendiri.
Obaja yakin bahwa Allah adalah penguasa atas segala sesuatu yang berlaku di di dunia ini. Karena keyakinan ini, Obaja menjalankan kehidupannya dengan taat akan Tuhan, dengan tidak memperdulikan harapan-harapan zaman semasanya. Obaja tahu bahwa pemerintahan Raja Ahab akan sementara saja. Tetapi penghakiman Tuhan akan permanent atau tetap. Bahaya dari dalam Israel adalah diperintah oleh Raja yang Tidak Ber-Tuhan atau tak taat kepada Tuhan. Bahaya dari luar adalah bangsa-bangsa yang kejam di sekitarnya. Saat itu berbahaya menjadi orang Israel. Obaja bahkan memperingatkan Edom bahwa mereka justru akan memahkamahkan diri mereka dengan tidak mau tahu akan klaim Tuhan Allah atas Israel. Nubuat Obaja dapat terdengar sebagai nubuat pembalasan dan nubuat yang amat nasionalistik. Tetapi ada hal yang lebih dari sekedar fakta itu. Allah yang Transenden atau transcendent above human affairs, adalah Allah yang involved secara intim dengam manusia. (intimately involved with them). Allah Langit adalah juga Allah Bumi , dan segenap manusia bertanggung jawab terhadap-Nya. Edom dan Israel merupakan Negara-Negara Bersaudara. Nagara Basudara. Brother Nations. Keduanya keturunan Abraham, Bapa orang Beriman. Israel adalah keturunan bersaudara yang lebih muda, Yakub. Edom dari Esau. Keduanya tak pernah akur, demikian bangsa-bangsa keturunan mereka. Sepanjang zaman kita melihat bahwa hubungan atara mereka diliputi oleh pendirian yang bertolak belakang, saling tidak percaya, dan perbantahan atau bahkan perselisihan dan percekcokan. Bila kita membaca Obaja, maka kita membaca lebih dari hanya dakwaan nasional atau national indictment. Kita justru membaca suatu tuntutan yang diperhadapkan , a charge levied , pada Saudara Yang Saling Bertengkar. A Sibling Fight,once and continued. Pertengkaran Antar Saudara, adalah kenyataan yang dapat juga terus terjadi. Edom bukan saja telah melakukan kesalahan terhadap suatu bangsa, tetapi terhadap saudaranya sendiri. Diserang oleh suatu Negara musuh adalah hal yang biasa. Diserang oleh Negara Bersaudara, atau Negara Jiran atau Negara Sesama Famili, atau oleh Anggota Famili atau Keluarga sendiri atau oleh Sahabat adalah suatu hal yang yang tak terperikan deritanya. Lihat ayat-ayat sejak ayat 11-14, suatu gambaran yang yang amat memalukan, amat tragis, amat ironis.
As we wept, you gloated and laughed.
When we fled, you slew us in the street.
If we escaped you handed us over to our enemies. Garis dasarnya adalah: Edom telah melakukan kekerasan terhadap Israel. Englau tidak seharusnya melakukannya. Obaja tahu bahwa Israel bukanlah tanpa salah dalam hal ini. Israel telah melakukan keselahannya. Israel telah menyimpang dari patuh akan Tuhan untuk masa yang lama. Raja Ahab dan Ratu Izebel telah menghancurkan Ibadah yang Patut terhadap-Nya. Obaja tahu bahwa penghakiman Allah terhadap Israel termasuk juga penderitaan Israel karena tekanan musuhnya. Tetapi penghakiman Tuhan juga bukanlah suatu pembenaran terhadap sikap Edom terhadap Umat Allah ini. Edom bersalah atas kesombongannya. (Pride). Bukankah Tuhan telah memberikan tanah kepada Edom untuk hidup? Di Selatan Israel. Tanah yang diberikan kepada Edom itu bergunung dan berbatu. Kotanya di tempat tinggi yang amat terjal, sehingga tak mudah diserang (virtulally unassailable). Edom merasa aman dan tak akan tersentuh, (untouchable). Tetapi menurut Obaja, mereka membodohi dirinya sendiri. Kesombongan hati mereka telah menipu mereka sendiri. “Engkau yang tinggal di celah bukit batu, di ketinggian kediamanmu, yang berkata dalam hatimu, siapakah yang akan membawa kami turun ke bumi? Tuhanlah yang akan membawamu turun. The Lord will bring you down. Meskipun engkau membangun tempat tinggalmu di ketinggian bersarangnya rajawali. engkau akan dijatuhkan, engkau akan digulingkan”. Obaja berjanji bahwa Edom akan dihukum oleh Tuhan karena kesombongan mereka. Ia akan mengembalikan kepada mereka kejahatan mereka sendiri. Seperti yang dilakukannya terhadap Israel, demikian juga akan dialami Edom atas dirinya. Tuhan akan mengembalikan kejahatan mereka terhadap Edom sendiri. Pada waktu pencuri datang, mereka membawa apa yang dapat dibawanya pergi. Lihat ayat 4,5, 6,7, itulah penderitaan Edom. Semua akan dipotong. Disembelih, Ini hari Korban. Ayat 8 dan 9 memperli-hatkan penghukuman Tuhan. Mari baca Amsal 16:18:”Kecongkakah mendahu -lui kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”. Jangan ada yang merasa aman seperti Edom. Dalam hal apapun, politik, keamanan, ekonomi dll. Obaja hendak menyampaikankepada kita bahwa Ia mempunyai SOR, Standard Of Relationship. SOR senantiasa berada di atas semua hal yang kita sendiri alami. God’s SOR is above Our Circumstances.(OC). Betapa kejamnya Edom yang melihat Israel menderita karena musuhnya, malahan melakukan kerja sama menggalang kekuatan dengan para Musuh Israel Joint Forces dengan para musuh Israel tidak diperbolehkan. It is not permissible to join the attacks, to join foreign nations to attack Israel. Other nations are not the standard for good and evil. God is standard of it, regardless of the circumstances, God’s standard stays in effect. Kita hidup dalam dunia yang yang mengingkari kebenaran dasar. Bahkan orang menaruh keprihatinan kecil terhadap apa yang benar dan salah. Janganlah tentang apa yang saleh atau kehendak Tuhan. Yang ada hanya apa yang legal dan apa yang illegal. Lihat saja praktek korupsi di negeri kita, di mana para pelakuknya bahkan mengalami pembebasan. Atau masalahnya dibonsai atau dikerdilkan. Lihat kasus Gayus Tambunan. Masalah Pajak, Bank Century, dll. Bandingkan dengan nasib para Pekerja Migran yang hanya pergi untuk mendapatkan upah, bahkan tidak dibayar gajinya oleh para majikan, dianiaya karena ternyata tak mampu bekerja seperti yang dijanjikan. Perlakuan terhadap Sumiyati dan warga Negara lainnya yang bahkan trerbunuh dan dilempar ketempat sampah, sungguh tragis. Sungguh biadab. Bagaimana kita akan berdiam saja? Masalah ini harus diatasi dengan bentuk moratorium yang jelas melakukan penghentian pengiriman tenaga kerja perempuan ke Negara-negara sedemikian. Lebih lanjut tentunya menciptakan UU yang mengatur dan melindungi serta mengawasi keberadaan kerja dan keselamatan jiwa dan kesejahteraan mereka.
Lihat ayat 15, “seperti yang engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan terhadapmu. Perbuatanmu akan menimpa kepalamu sendiri”.
Buatlah Daftar dari Mereka yang Membuat Ketidak-adilan terhadapmu.
Di samping KDRT biasa ada juga Ketidak-Adilan Dalam Rumah Tangga. Bayangkan banyak perseteruan dalam antara anggota Keluarga. Bayangkan andaikata kita mempunyai kuasa, maka kita biasanya berpikir bahwa kita dapat berbuat apa saja dengan kuasa yang ada pada kita. Bayangkan kalau kita kaya dan berkedudukan tinggi, maka kita cenderung menjadikan orang lain hamba kita.
Pada zaman Obaja banyak orang menyembah ilah-ilah. Itu adalah karena roh zaman berkata bahwa praktek demikian itu baik adanya. Kita hadapi peristiwa Bius Gayus, Pelbagai Ketidak Adilan dan Penyelewengan yang kasusnya tetap tertutup. Pertandingan yang sangat disukai adalah Ping-Pong.Artinya, terjadi terus satu instnsi menyalahkan lainnya serta satu pejabat menyalahkan lainnya, timbale balik dan menerus demikian. Tak ada yang mau mengaku bersalah. Instansi lainlah yang bersalah.
Kesombongan tetap menjadi modal kita. Bahaya itulah yang harus kita hindari. Kerendahan hati akan dapat menjadi bagian kita dalam hubungan dengan orang lain apabila kita takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak-Nya. Manusia lupa akan Perjanjian Allah. Umat manusia atau seorang manusia harus sadar bahwa ia berada dalam suatu Perjanjian dengan Allah. Isreal adalah Umat Perjanjian. Seluruh umat manusia berada dalam perjanjian itu. Dari mana kita tahu? Dari Firman Tuhan atau Alkitab. Dari mana dunia tahu? Dari kata perjanjian yang sesungguhnya berasal dari kata berith, covenant atau verbond itu. Tak ada hubungan antar Negara tanpa perjanjian. Bukankah perjanjian itu merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Tuhan? Katakanlah ada orang yang tak percaya kepada Tuhan. Dari mana ia tahu? Ia tahu dari dunia sekitar, alam akan berbicara kepadanya dan hati nuraninya akan membisikkannya.
Jangan lupa bahwa kita adalah Umat Perjanjian. Agar kita patuh terhadap Tuhan dan tidak menyengsarakan sesama atau saudara kita.
Agar kita ,menghormati perjanjian dengan Tuhan,mulai dari Perjanjian Tuhan dengan Abraham sampai Perjanjian Tuhan dalam Memberikan Anak-Nya yang Tunggal bagi penebusan seluruh umat manusia. Kristus telah disalibkan bagi kita. Dia yang begitu tinggi dibuat menjadi begitu rendah. Bukankah dengan demikian kita juga harus saling melayani , jangan saling menghabiskan? Api Elia menghanguskan , itu dulu. Kini Salib Kristus. Salib itu harus jadi tolok ukur kita dalam melayani dan bekerja di dunia ini. Di sana ada Tolok Ukur Kekal dari Allah terhadap semua perilaku kita, siapapun kita. Demikian berbedanya perilaku yang harus kita hadirkan sehingga Rasul Paulus berkata:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.(Roma 12:2). Not to be conformed to the world, but utterly transformed by the renewing of our minds. Semua hubungan kita akan dihakimi, Bukan oleh kebaikan orang lain, Bukan pula apakah kita menyukai mereka atau tidak menyukai mereka, Bukan oleh situasi di mana mereka berada, Tetapi sesuai dengan siapakah Tuhan itu. Kita harus adil, sebab Allah adalah adil. Kita harus mengasihi, karena Allah mengasihi kita, Kita harus saling berkorban, sebab Allah telah mengorbankan Diri-Nya bagi kita. Kita harus merendahkan diri,berdamai dengan sesama, saling memberanikan, saling mendoakan, saling memberkati, sebab Allah melakukan semuanya itu bagi kita.
Bukanlah karena kita layak menerimanya, tidak
sama sekali. Sebab utamanya adalah karena
Itulah Standard of Relationship designed by
God, atau Tolok Ukur Tuhan.
Lihatlah kepada Kristus Tuhan yang tak pernah melanggar Standard of Relationship dari Allah tetapi justru melampauinya sedemikian , sehingga Ia mau mati bagi kita. Keselamatan adalah maksud utama Allah bagi kita semua. Mulailah terapkan Standard Hubungan dan Keselamatan , Standard For Relationship and Salvation (SORS) dalam semua tata hubungan kita. Stop lakukan kekerasan terhadap sesama, utamanya Pekerja Perempuan di Negeri Jiran dan Tetangga, Asia dan , Arab Saudi, Timur Tengah dan di manapun. Bukan saja sebangsa kita bersaudara, tetapi Sedunia kitapun bersaudara. Amin
*God’s Standard of Relationship” by Jason Hefner; translated and adapted by HJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar