Pada dasarnya ada 4 kepribadian di dalam diri manusia, kepribadian ini sebenarnya udah ada dijabarkan oleh hipocrates ratusan taon lalu…:
1. Sanguinis (artinya darah)
Seperti layaknya darah, seorang Sanguinis sangat mobile dan dinamis. Dia adalah promotor ide-ide baru dan merupakan frontliner yang handal. Ibarat kata klo disuruh nge-MC, dia yang paling jago.
Dia selalu bergerak denga rasa cinta dan membuat orang-orang sekelilingnya tersenyum dan tertawa, menyenangkan… Klo elo liat di antara kumpulan temen-temen elo, dia yang selalu mencairkan suasana dan membawa semangat di kumpulan itu. Kehadirannya seringkali dirindukan temen-temenya.
permasalahannya, Sanguinis suka pelupa, kebanyakan ngomong dan kurang menjadi pendengar, tanpa sadar kata-katanya dapat melukai orang lain. Ide apapun pasti dapat dimeriahkan olehnya tapi jangan harap ide itu teerlaksana di tangan Sanguinis. Meskipun pelupa, dalam hal warna, ingatannya sangat kuat.
Jangan pernah menyuruh Sanguinis menghadapi data-data, dia mah yang penting apa hasilnya dan siapa yang berhasil. Klo layak, dia jalanin aja.
2. Melankolis (artinya empedu)
Namanya juga empedu, Melankolis suka ngebawa kat-kata ke hati. Orangnya sangat teliti dalam mengerjakan apapun. Menurtnya, apapun yang layak untuk dikerjakan dengan benar harus dikerjakan dengan BENAR. JAdwalnya teratur dengan baik. Orangnya selalu rapi.
Rata-rata Melankolis adalah orang-orang pintar di sekitar kita. DIa sangat memperhitungkan segala sesuatunya. Ibarat kata, ngitung uang aja harus sampai hitungan receh, harus tepat.
Pekerjaan rutin sangat tepat diberikan kepada Melankolis karena pasti akan beres, cuma masalhnya kadang sering lambat karena sikap perfeksionisnya. Prinsipnya banyak bekerja sedikit bicara
Masalahnya, melankolis terlalu perasa, kadang idealis tetapi idealisme kekanak-kanakan (sering membahas hal-hal yang tidak perlu… habis gitu membahasnya suka yang jelimet-jelimet), kurang bisa bergaul dan tidak fleksibel. Terlalu banyak menganalisa tapi lambat memutuskan tindakan.
Orang ini suka dengan data-data dan segala sesuatu yang harus dikerjakan dengan cermat. Jang pernah memuji apa yang dia miliki karena nggak bakalan dia suka. Pujilah justru hal-hal yang pengen dia miliki tetapi belum dia miliki sekarang dan berikan alasan kita mengatakannya dengan rasional.
3. Koleris (… gue lupa artinya apaan…)
Nah, klo soal koordinasi dan memimpin, koleris ahlinya. Klo melankolis teliti tetapi lambat, koleris teliti dan juga cepat. Pengambil keputusan yang cepat dan handal. Kerjaannya selalu beres tetapi dia bukan ’superman’, dia adalah seorang yang mampu memberdayakan teman satu tim.
Orang-orang koleris justru banyak berprestasi dalam setiap kompetisi. Kebanyakannya justru orang-orang sukses. Elo punya bos? Mungkin dia juga koleris.
MAsalahnya, koleris punya prinsip ‘… I did it my waaayyyyy…. ~”. Yup, “pokoknya gue nggak mau tahu, yang penting kita harus berhasil, apapun caranya, ikuti cara gue !” demikian sang koleris berucap kepada reka-rekan satu timnya. Dia sangat fleksibel tetapi tetep dia yang memutuskan caranya tanpa mau mendengarkan kendala yang mungkin dihadapi teman-temannya.
Menghadapi Koleris cukup menggunakan: dengarkan, puji, tantang. Tapi elo musti bener-bener ikhlas memujinya, klo nggak ikhlas mending nggak usah karena koleris memiliki ketelitian melankolis dalam melihat keikhlasan orang lain. Cukup dengarkan dan iakan saja.
4. Plegmatis (artinya limpa)
Limpa itu bersembunyi di perut elo di bagian belakang. Seperti itu juga si plegmatis, klo elo perhatikan teman-teman elo yang banyak diam dan ngikut kata orang aja, nah itu dia si plegmatis. Dia si pecinta damai. Bagi dia menjadi yang paling benar nggak penting, yang penting bisa menjaga hubungan sama orang lain. Seorang pendengar yang baik dan nggak enak ngebantah apapun penbdapat elo.
Klo disuruh enak banget, karena selalu ‘iya’ ama instruksi orang. Dia adalah pendamai di dalam kumpulan temen elo.
Masalahnya, plegmatis adalah yang paling keras kepala, bahkan lebih keras kepala dibandingkan koleris. Hanya saja dia nggak suka kontra di depan mata orang…. sekali lagi, di depan mata orang…. artinya, .. di belakang dia tetap pakai carany sendiri.
Orang ini gampang aja yang penting lu suruh aja dia apa yang elo mau. DIa nggak enakan orangnya… jadi tarik aja. Tapi nggak usah bersusah payah mencari apa yang dia inginkan atau pikirkan karena dia paling teguh menyimpan hal ini….
VOICE OF EVANGELICAL
MEMBERITAKAN KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA, SUKACITA DAN BERKOMITMEN UNTUK MELAKSANAKAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS SECARA BIJAKSANA DAN KONTEKSTUAL. ARTIKEL INI ADA UNTUK MENJADI BERKAT BAGI ANDA.
Minggu, 30 Januari 2011
Kamis, 16 Desember 2010
JOHN CALVIN menantang!
by Hai-hai, SS
Kaum Fundamentalis dan Arminian getol sekali menuduh John Calvin sesat dengan mengajarkan doktrin Predestinasi. Sayangnya, dalam generasi ini, baik kaum Fundamentalis maupun Arminian HANYA mengutip APA kata orang tentang ajaran John Calvin dan APA kata orang tentang kesesatan John Calvin lalu menyimpulkan John Calvin sesat.
Tulisan John Calvin tentang predestinasi sangat sistematis, gamblang dan singkat. Menurut saya, tulisanya tersebut MAMPU membela dirinya sendiri. Saya sering bertanya-tanya, bila ajaran John Calvin sesat, kenapa hingga hari ini tidak ada satu orang pun, baik Fundamentalis maupun Arminian yang MAMPU menghadapi tulisan John Calvin secara langsung dan menelanjangi kesesatanya?
Tersebut di bawah ini adalah tulisan John Calvin (Ken pernah mengutipnya ketika memberi komentar pada tulisan Debu Tanah). Nah, Dede Wijaya, Debu Tanah dan Ang Che Chen, silahkan menghadapi tulisan John Calvin tersebut. Tunjukkan kesesatannya. Kutip kalimat-kalimatnya dan nyatakan kesesatannya. Saya akan menjadi moderator bagi anda.
PREDESTINASI - JOHN CALVIN, INSTITUTIO, CHAPTER XXI-XXIV
Ajaran pedestinasi mengandung bahaya, tetapi perlu juga dikemukakan.
III xxi 1
Perjanjian kehidupan tidak sama rata dikabarkan kepada semua orang, dan pada mereka yang mendengar pekabarannya, perjanjian itu tidak selalu disambut dengan cara yang sama dan tidak juga secara merata. Dalam perbedaan itu kedalaman putusan Allah yang mengagumkan menyatakan diri. Sebab tak perlu diragukan bahwa keaneka-ragaman itu juga melayani keputusan Allah yang kekal.
Sudahlah jelas bahwa karena kehendak Allahlah kepada sebagian orang keselamatan dianugerahkan dengan cuma-cuma, dan sebagian orang dicegah untuk memperolehnya. Sebab itu segera timbul masalah-masalah besar dan rumit yang hanya dapat diterangkan jika hati orang-orang yang saleh sudah yakin tentang apa yang harus mereka yakini mengenai pemilihan dan predestinasi. Masalah ini rumit menurut penglihatan banyak orang. Karena menurut anggapan mereka, sangatlah tidak layak apabila dari khalayak ramai ada beberapa yang ditakdirkan akan selamat, ada pula yang ditakdirkan binasa.
E 921-15
Kita tidak pernah akan yakin sebagaimana mestinya bahwa keselamatan kita mengalir dari sumber rahmat Allah yang cuma-cuma, sebelum kita mulai mengenal pemilihanNya yang kekal. Pemilihan itu memuliakan rahmat Tuhan dengan perbedaan ini: tidak semua orang diterimaNya hingga mereka dapat mengharapkan keselamatan, tanpa ada pembedaan, tetapi ada orang-orang yang diberiNya apa yang Ia tidak mau berikan kepada orang lain.
E 922-22
Pembicaraan tentang predestinasi, suatu hal yang pada pokoknya sudah agak sukar, menjadi sulit sekali, bahkan berbahaya, karena rasa ingin tahu orang. Sebab tak ada palang yang dapat mencegah orang-orang itu mengembara menempuh jalan-jalan terlarang yang berputar-putar, dan menerobos ke atas. Kalau bisa, tak bakal ada tersisa bagi Allah satu rahasia pun yang ditelusuri dan diselidikinya.
III xxi 2 E 923-27
Maka hendaknya pertama-tama kita ingat bahwa mengejar pengetahuan tentang predestinasi yang tidak disingkapkan oleh Firman Allah, sama tololnya seperti apabila orang hendak menjelajahi tempat yang tak ada jalannya, atau hendak melihat di dalam gelap. Dan kita tidak usah malu, bila ada yang tidak kita ketahui tentang hal itu, sebab dalam hal ini tidak tahu itu menandakan adanya pengetahuan (bdk 1 Korintus 1:18-29).
III xxi 3
Ada pula orang-orang lain yang hendak membetulkan hal yang buruk itu (kecenderungan orang untuk mengejar pengetahuan tentang predestinasi). Mereka hampir-hampir berkata bahwa setiap penyebutan tentang predestinasi sebaiknya dibenamkan saja. Mereka dengan sungguh-sungguh mengajarkan bahwa kita harus menghindari setiap usaha untuk menyelidiki hal itu sebagaimana kita menghindari karang di laut.
E 924-13
Jadi supaya dalam hal ini pun kita tinggal dalam batas-batas yang layak, kita harus kembali ke Firman Tuhan yang mengandung pedoman yang pasti untuk pengertian kita. Sebab Alkitab itu merupakan sekolah dari Roh Kudus. Di dalamnya di satu pihak tak ada yang dilupakan dari yang perlu dan bermanfaat untuk diketahui. Maka kita harus menjaga jangan sampai orang-orang percaya dijauhkan dari segala sesuatu yang disingkapkan di dalam Alkitab mengenai predestinasi itu, supaya jangan sampai kita seakan-akan dengan jahatnya hendak merampas dari mereka kebaikan Allah, atau mencela dan menegur Roh seakan-akan telah diumumkanNya hal-hal yang seyogyanya tidak diberitahukan dengan cara apapun juga.
III xxi 4 925-32
Janganlah kita selidiki apa yang dibiarkan Tuhan tersembunyi, dan janganlah kita abaikan apa yang telah disingkapkanNya; supaya kita tidak dihukum karena dalam hal yang satu kita terlalu ingin tahu, atau dalam hal yang lain kita tidak bersyukur.
Apa predestinasi itu
III xxi 5
Orang yang masih mau dipandang sebagai orang beragama, tidak berani menyangkal begitu saja predestinasi yang dengannya Allah menerima sebagian orang hingga dapat mengharapkan kehidupan, dan menghukum orang lain untuk menjalankan kematian kekal. Tetapi orang mengitari ajaran itu dengan aneka macam kritik yang dicari-cari. Hal ini terutama dilakukan oleh mereka yang menganggap bahwa inilah yang menjadi dasar predestinasi: Allah tahu segala hal dari sebelumnya (Praescientia). Kami memang menempatkan kedua-duanya (predestinasi dan praescientia) di dalam Allah, tetapi kami berkata bahwa salahlah adanya bila yang satu dikatakan takluk kepada yang lain.
Apabila Allah kita anggap mengetahui hal-hal sebelum waktunya, maka dengan demikian kita menyatakan bahwa segala sesuatu sudah selama-lamanya dan untuk selama-lamanya di depan mataNya, sehingga untuk pengetahuanNya tak ada yang akan datang atau yang sudah lampau, tetapi semuanya ada dalam kekinian. Dan ada dalam kekinian sedemikian rupa, hingga hal-hal itu tidak hanya dibayangkanNya (sebagaimana hal-hal yang tetap tersimpan dalam ingatan kita timbul dalam pikiran kita), melainkan benar-benar dilihatNya dan diamatiNya seakan-akan ditempatkan di depanNya. Predestinasi kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya Ia menetapkan untuk diriNya sendiri, apa yang menurut kehendakNya akan terjadi atas semua orang. Sebab tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi. Maka sebagaimana orang itu diciptakan untuk tujuan yang satu atau yang lain, ia kita katakan dipredestinasikan untuk kehidupannya atau untuk kematian. Dan predestinasi ini tidak hanya telah dinyatakan Allah di dalam diri orang perorangan, tetapi diperlihatkanNya juga sebagai contoh dalam seluruh keturunan Abraham.
III xxi 7 E 931-27
Maka kami berkata seperti yang sudah jelas ditunjukkan dalam Alkitab, yaitu bahwa dengan putusan yang kekal dan tak berubah-ubah telah ditentukan oleh Allah orang-orang mana yang hendak diterimaNya dalam keselamatan, dan mana sebaliknya yang hendak dibiarkanNya binasa. Kami menyatakan bahwa mengenai mereka yang menjadi pilihanNya, putusan itu berdasarkan rahmatNya yang cuma-cuma, dengan sama sekali tidak mengindahkan apakah manusia layak memperolehnya; dan bahwa bagi mereka yang diserahkanNya kepada kebinasaan, ditutupNya jalan masuk ke kehidupan oleh karena hukumanNya yang benar dan tanpa cela, tetapi yang tak dapat kita pahami. Selanjutnya kami menyatakan bahwa pada orang-orang pilihan, panggilan itu adalah bukti tentang terpilihnya mereka. Bahwa selanjutnya pembenaran adalah tanda kedua yang menyatakannya, sampai tercapai kemuliaan yang merupakan penggenapannya. Tetapi sebagaimana Tuhan menandai orang-orang pilihanNya dengan panggilan dan pembenaran, begitu juga bagi yang ditolak Ia menutup pengetahuan tentang namaNya atau pengudusan RohNya. Itulah yang menjadi tanda-tanda yang memberitahukan kepada mereka hukuma apa yang menantikan mereka.
Ajaran predestinasi dalam Alkitab.
III xxii 1 E 932-12
Umumnya orang beranggapan bahwa Allah membeda-bedakan manusia sesuai dengan apa yang diketahuiNya sebelum waktunya tentang amal-amal mereka masing-masing. Jadi, menurut anggapan itu, yang diterimaNya sebagai anak-anakNya ialah mereka yang diketahuiNya sebelumnya akan layak menerima rahmatNya; dan yang diserahkanNya kepada hukuman mati ialah mereka yang dilihatNya mempunyai watak yang cenderung ke kejahatan dan kefasikan.
Tetapi ada pula yang mengecam ajaran yang sehat dengan kritik yang sangat keras. Mereka hendak mengadu Tuhan oleh karena sebagian orang telah dipilihNya menurut perkenananNya, dan sebagian orang dilewatiNya.
E 933-31
Sebaiknya kita memperhatikan sekarang apa yang dikemukakan oleh Alkitab mengenai pemilihan dan penolakan itu. Apabila Paulus mengajarkan bahwa kita dipilih dalam Kristus sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4), maka sudah pasti diperhatikan sama sekali apakah kita layak memperolehnya. Dengan demikian ia seakan-akan berkata bahwa, mengingat bahwa Bapa di surga tidak menemukan dalam seluruh keturunan Adam sesuatu apapun yang layak bagi pilihanNya, maka pandanganNya diarahkanNya kepada KristusNya, supaya dari tubuh Kristus dipilihNya anggota-anggota untuk diterimaNya agar mendapat bagian dalam kehidupan. Maka hendaklah bagi orang-orang percaya berlaku pikiran ini: bahwa kita diterima di dalam Kristus untuk mendapat bagian dalam warisan surgawi, karena diri kita sendiri tidak mampu mencapai kemuliaan demikian.
III xxii 3 E 935-12
Jika Ia memilih kita supaya kita menjadi kudus, maka kita tidak dipilihNya sebab diketahuiNya sebelumnya bahwa kita bakal menjadi kudus. Sebab tidaklah cocok dua hal yang berikut ini: bahwa orang-orang saleh itu kudus karena terpilih, dan bahwa mereka berhasil terpilih karena perbuatan-perbuatan mereka. Dan di sini tidak berlaku dalih yang seringkali mereka pakai bahwa Tuhan tidak memberi anugerah pemilihan itu sebagai balasan atas amal-amal yang sudah lampau, tetapi bahwa itu dikaruniakanNya karena amal-amal yang akan datang. Sebab apabila dikatakan bahwa orang-orang percaya dipilih supaya mereka menjadi kudus, maka sekaligus disetujui bahwa kekudusan yang kemudian akan terdapat di dalam diri mereka itu berasal dari pilihan itu.
E xxii 7
Maka biarlah seluruh perkara ini diputuskan oleh yang Mahatahu dan yang Mahaguru. Tatkala diketahuiNya bahwa di dalam diri pendengar-pendengarNya terdapat kekerasan hati sedemikian besarnya hingga kata-kataNya disebarNya kepada khalayak ramai hampir tanpa hasil, maka, agar mencegah hal itu jangan menjadi batu sentuhan [bagi orang-orang yang imannya lemah], Ia berseru: “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu. Dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang” (Yoh. 6:37, 39). Perhatikanlah bahwa hal diserahkannya kita kepada kesetiaan dan penggembalaan Kristus, berpangkal pada pemberian Bapa itu.
E 940-22
Kata-kata yang diucapkan Kristus itu begitu jelas sehingga tak dapat diselubungi dengan dalih-dalih. KataNya: “Tidak ada seorangpun yang datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku… Dan setiap orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu” (Yoh. 6:44).
E 940-39
“Bukan tentang kamu semua Aku berkata”, kataNya, “Aku tahu, siapa yang telah Kupilih” (Yoh. 13:18). Kita harus memperhatikan bahwa, apabila ditegaskanNya bahwa Ia tahu siapa yang dipilihNya, yang dimaksudkan ialah suatu jenis istimewa dari umat manusia; lagipula bahwa yang membedakan jenis itu bukanlah mutu kebaikan-kebaikannya, melainkan keputusan surgawi. Kesimpulannya ialah bahwa tak seorang pun menonjol karena kekuatan atau ketekunannya sendiri, sebab Kristus menetapkan diriNya sendiri sebagai pelaku pemilihan itu.
E 941-19
Pendeknya, Allah dengan karunia pengangkatan yang bebas menciptakan orang-orang yang dikehendakiNya menjadi anak-anakNya, dan sebab hakiki dari pemilihan itu terletak dalam diriNya, karena Ia menuruti perkenananNya yang tersembunyi.
E xxii 10
Beberapa orang membantah kami, bahwa Allah bertentangan dengan diriNya sendiri, apabila Ia secara umum Ia mengundang semua orang datang kepadaNya, padahal hanya sedikit yang diterimaNya;
E 944-6
apabila dengan pemberitaan Firman lahiriah semua orang dipanggil supaya bertobat dan beriman, padahal tidak semuanya diberi Roh tobat dan iman. Dalil mereka itu saya tolak, karena dalil itu salah ditinjau dari dua segi. Sebab Dia yang mengancam bahwa ke atas kota yang satu akan turun hujan dan ke atas kota yang lain tidak (Amos 4:7). Dia yang berfirman, bakal ada kehausan akan mendengarkan Firman Tuhan (Amos 8:11), Dia tidak mengikat diri dengan hukum yang tetap bahwa Ia akan memanggil semua orang sama rata. Dan Dia yang melarang Paulus memberitakan Injil di Asia, dan menjauhkannya dari Bitinia dan menariknya ke Makedonia (Kis. 16:6), Dia memeperlihatkan bahwa Dialah berhak menentukan kepada siapa kekayaan itu hendak dibagikanNya.
Akan tetapi melalui Yesaya ditunjukkanNya dengan lebih jelas lagi, bagaimana janji-janji keselamatan secara khusus dimaksudkan untuk mereka yang terpilih. Sebab dinyatakanNya bahwa muridNya hanya akan diambilNya dari antara mereka, dan tidak dari seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan (Yes. 8:16). Ternyatalah dari hal itu kesalahan pendapat yang menyatakan bahwa ajaran keselamatan diulurkan kepada setiap orang supaya benar-benar menguntungkannya, pada hal ajaran itu dikatakan disediakan khusus bagi anak-anak Gereja semata. Semoga untuk sementara cukuplah kata-kata ini: meskipun Injil pada umumnya menyapa semua orang namun karunia iman merupakan karunia yang jarang adanya.
E 945-8
Bahwa benih itu jatuh di antara duri-duri atau di tempat-tempat berbatu, bukan sesuatu yang baru; bukan hanya karena kebanyakan manusia memang ternyata membangkang terhadap Allah, tetapi juga karena tidak semua orang dianugerahi mata dan telinga. Maka bagaimana Allah dapat memanggil kepada diriNya mereka yang diketahuiNya tidak akan datang?
E 946-7
Iman itu memang pantas dihubungkan dengan pemilihan, asal saja mengambil tempat yang kedua. Urutan ini diungkapkan dengan jelas di tempat lain dengan kata-kata Kristus: “Dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu, jangan ada yang hilang. Sebab inilah kehendakNya, yaitu supaya setiap orang yang percaya kepada Anak tidak binasa” (Yoh. 6:39).
E xxii 11 E 947-9
Selanjutnya, jika kita tidak dapat memberi alasan mengapa Ia menganggap layak menujukan kerahiman kepada orang-orang milikNya, selain karena itulah yang berkenan padaNya, maka jika ada orang-orang lain yang ditolakNya, tidak akan ada alasan lain kecuali karena kehendakNya. Sebab apabila dikatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang atau memperlakukan orang dengan lembut menurut yang berkenan kepadaNya, maka dengan itu orang-orang dianjurkan supaya jangan mencari alasan lain di luar kehendakNya.
Sanggahan terhadap ajaran predestinasi dijawab
III xxiii 1 E 947-24
Seolah-olah karena mau mengelak celaan dari Allah, banyak orang mengaku pemilihan itu sedemikian rupa hingga mereka mengingkari bahwa ada orang yang ditolak. Tetapi itu terlalu bodoh dan kekanak-kanakan: sebab pemilihan itu sendiri tidak akan ada, jika tidak ada penolakan sebagai lawannya.
E 947-33
Mereka yang dilewati Allah, ditolakNya; dan alasannya hanyalah karena Ia tidak mau memberi mereka warisan yang melalui predestinasi Ia peruntukkan bagi anak-anakNya.
E 948-6
Bagaimana selanjutnya mereka yang tidak mau menerima bahwa ada orang yang ditolak Allah itu, dapat lolos dari ucapan Kristus: “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu akan dicabut” (Mat. 15:13)?
E 948-14
Dan jika mereka tidak berhenti membantah, maka semoga kesederhanaan iman puas dengan anjuran Paulus bahwa “Allah menaruh kesabaran dan kelembutan yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya yang telah disiapkan untuk kebinasaan—justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkan bagi kemuliaan” (Roma 9:22)
III xxiii 2 E 949-15
Dengan berbagai cara orang-orang yang tolol bertengkar dengan Allah, seakan-akan mereka menganggap dirinya berhak untuk melancarkan tuduhan-tuduhan kepada Dia. Pertama-tama mereka bertanya, dengan hak apa Allah murka terhadap makhluk-makhlukNya yang sebelumnya sama sekali tidak menantangNya dengan hinaan apapun. Sebab, kata mereka, menetapkan kebinasaan bagi orang-orang tertentu menurut perkenananNya itu lebih sesuai dengan kesewenang-wenangan seorang diktator daripada dengan hukuman adil seorang hakim. Bahwa orang memang mempunyai alasan untuk mengeluh tentang Allah, apabila hanya karena perkenananNya saja, tanpa mengingat tidak-layaknya mereka, mereka ditakdirkan untuk kematian kekal. Kalau pikiran semacam ini timbul dalam hati orang-orang saleh, mereka cukup diperlengkapi untuk mematahkan serangannya melalui pertimbangan yang satu ini: mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang alasan-alasan kehendak ilahi adalah sangat jahat.
E 949-29
Kehendak Tuhan menjadi aturan tertinggi dari keadilan, sedemikian rupa hingga barang apa yang dikehendakiNya harus dianggap adil, justru karena dikehendakiNyalah. Jadi jika ditanyakan mengapa Tuhan telah berbuat begitu, harus dijawab: karena demikianlah kehendakNya. Tetapi kalau saudara mau maju lewat itu dan bertanya, mengapa Ia menghendakinya, maka saudara mencari sesuatu yang lebih tinggi daripada kehendak Allah, dan itu tidak dapat ditemukan.
III xxiii 3 E 950-19
Apabila seseorang menyerang kita dengan kata-kata seperti: “Mengapa Allah sudah dari mulanya mentakdirkan kematian bagi beberapa orang yang tidak mungkin pantas diberi hukuman mati, karena mereka belum ada?”, maka jangan kita memberi jawaban, tetapi kita berganti mengajukan pertanyaan, apakah menurut pendapat mereka ada hutang Allah terhadap manusia, jika Ia hendak mengukurnya menurut hakekatNya sendiri. Kita semua, sebagai yang dinodai dosa, tak bisa tidak harus dibenci oleh Allah. Jika semua orang yang menurut predestinasi Allah harus mati karena keadaan kodrati mereka tunduk pada hukuman kematian, maka ketidak-adilan manakah yang telah ditimpakan kepada mereka, tanya saya, yang dapat mereka adukan?
III xxiii 4
Mereka membantah pula: “Bukankah mereka ditakdirkan sebelumnya oleh ketetapan Tuhan untuk keburukan yang sekarang diajukan sebagai sebab hukuman mereka? Bukankah tidak adil Dia yang mempermainkan makhluk-makhlukNya sekejam itu? Bersama Paulus kami akan menjawabnya demikian: “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang tidak mulia?” (Roma 9:20).
E 951-40
Rasul telah menegaskan bahwa patokan keadilan Allah begitu tinggi, sehingga tidak dapat diukur dengan ukuran manusia, atau ditangkap oleh akal manusia yang kerdil itu.
III xxiii 6
Ada sanggahan yang kedua yang berasal dari kefasikan, tetapi maksudnya bukannya untuk langsung mencela Allah, melainkan lebih untuk mencari alasan agar memaafkan orang yang berdosa itu.
E 953-33
“Mengapa kiranya Allah memperhitungkan kepada manusia sebagai dosa hal-hal yang dengan takdirNya ditetapkanNya perlu ada?
E 954-4
Jika manusia dengan takdir Allah diciptakan sedemikian rupa hingga bakal dikerjakannya apa yang memang dikerjakannya sekarang, maka tidak boleh ia dipersalahkan karena telah melakukan sesuatu yang tak dapat dihindarinya dan yang ditempuhnya karena kehendak Allah.”
Marilah kita lihat, bagaimana keruwetan ini dapat diuraikan selayaknya. Pertama-tama hendaknya semua yakin akan kata Salomo bahwa Tuhan membuat segala sesuatu demi diriNya, (demikian naskah Vulgata yang dipakai oleh Calvin. Naskah yang mendasari Terjemahan Baru dalam Bahasa Indonesia berbunyi: “untuk tujuannya masing-masing) bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka (Amsal 16:4). Lihatlah, oleh karena penetapan tentang segala sesuatu berada dalam tangan Tuhan, oleh karena padaNyalah terletak penetapan mengenai keselamatan dan kematian, maka dengan putusan dan kehendakNya ditetapkanNya bahwa di antara manusia ada yang dilahirkan dan ditentukan mulai dari kandungan ibunya akan mengalami kematian yang pasti, supaya dengan kebinasaan mereka namaNya dipermuliakan.
III xxiii 9 E 957-30
Mereka yang tertolak itu menginginkan supaya dosa mereka dapat dimaafkan oleh karena mereka tidak dapat luput dari keharusan berdosa; lebih-lebih karena keharusan itu ditanggungkan kepada mereka dengan penetapan Allah. Tetapi kami mengingkari bahwa dengan demikian mereka selayaknya dimaafkan, oleh karena penetapan Allah yang menurut keluhan mereka menentukan bahwa mereka akan binasa, sudah tegas kewajarannya, yang memang tidak ketahui, tetapi yang sudah pasti sama sekali.
E 958-1
Sebab walaupun manusia dengan providensi Allah yang kekal diciptakan untuk sengsara, namun alasannya diambilnya dari dirinya sendiri dan bukan dari Allah.
III xxiii 10
Selanjutnya penentang-penentang predestinasi Allah masih menuduhkan kemustahilan ketiga padanya: bahwa [menurut ajaran ini] Ia pilih kasih. Hal ini oleh Alkitab disangkal di mana-mana, dan mereka menarik kesimpulan: atau Alkitab itu bertentangan dengan dirinya sendiri, atau Allah dalam pemilihanNya melihat amal-amal.
E 958-35
Mereka bertanya, apa sebabnya dari dua orang yang tidak dibedakan oleh satu amal pun, yang satu dilewati Allah dalam pemilihanNya, dan yang lain diterimaNya. Saya berganti bertanya: “apakah mereka menyangka bahwa dalam diri orang yang diterima itu terdapat sesuatu yang mencenderungkan hati Allah kepadaNya?”. Jika mereka mengakui bahwa tidak ada apa-apanya–dan mereka tidak bakal dapat berbuat lain dari mengakuinya—maka kesimpulannya ialah bahwa Allah tidak memandang manusianya, tetapi dari kebaikan hatiNya mengambil alasan untuk berbuat baik kepadanya. Jadi bahwa Allah memilih yang satu dan menolak yang lain, alasannya bukanlah bahwa Ia melihat manusianya, melainkah hanya belas kasihanNya yang harus bebas memperlihatkan dan menyatakan diri, di mana saja dan kapan saja itu berkenan kepadaNya.
III xxiii 12
Untuk menumbangkan predestinasi, dengan sengit mereka mengajukan pula bahwa seandainya predestinasi itu dipertahankan, semua ketekunan dan kerajinan untuk berbuat baik akan runtuh. Sebab, kata mereka, bila mendengar bahwa dengan keputusan Allah yang abadi dan tak dapat diubah itu kehidupan atau kematian telah ditetapkan untuknya, siapakah yang tidak akan segera dihinggapi pikiran bahwa bagaimana perilakunya itu tidak menjadi soal.
E 960-33
Tetapi Paulus memperingatkan kita bahwa kita telah dipilih untuk maksud ini, yaitu supaya menjalankan kehidupan yang kudus dan tanpa cacat (Ef. 1:4). Jika kesucian hiduplah yang menjadi tujuan pemilihan, maka ajaran itu harus terlebih menggugah dan mendorong kita untuk menaruh perhatian pada kesucian daripada menjadi dalih untuk kelambanan. Sebab berapa besarkah perbedaan antara dua hal ini: tidak jadi melakukan amal baik, oleh karena pemilihan itu sudah cukup untuk mencapai keselamatan, dan: pemiihan itu mempunyai tujuan supaya kita berusaha keras melakukan perbuatan-perbuatan yang baik?
Allah memanggil juga orang-orang yang dipilihNya
III xxiv 1
Tetapi supaya perkara itu lebih terang lagi adanya, maka kita harus menguraikan baik panggilan orang-orang pilihan maupun pembutaan dan pengerasan hati orang yang tak percaya.
E 964-32
Panggilan itu tiada tanpa memilih-milih. Dengannya Allah akhirnya menyatakan pemilihanNya, yang di luar tindakan itu tetap tersembunyi dalam diriNya. Dari sebab itu dengan tepatnya panggilan itu dapat dinamakan “kesaksian” tentang pemilihan itu. “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya; dan mereka juga yang ditentukanNya dari semula, mereka itu dipanggilNya; dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya, supaya sekali kelak mereka dimuliakanNya” (Roma 8:29). Tuhan memang telah mengangkat orang-orang milikNya menjadi anak-anakNya dengan memilih mereka. Namun kita melihat bahwa mereka tidak dapat sampai memiliki harta yang sebesar itu kalau tidak dipanggil; sebaliknya bahwa setelah dipanggil, mereka dalam arti tertentu sudah mendapat bagian dalam pemilihan mereka dan menikmatinya.
E 966-11
Apabila panggilan dikaitkan pada pemilihan, maka Alkitab dengan cara itu cukup jelas menyatakan bahwa dalam panggilan itu tidak boleh dicari hal yang lain daripada belas kasihan Allah yang diberikan dengan cuma-cuma itu. Sebab jika kita bertanya siapa yang dipanggilNya dan dengan alasan apa, maka jawabannya ialah: mereka yang telah dipilihNya. Dan apabila kita sampai pada pemilihan, maka yang ternyata di sana dari segi manapun juga ialah belas kasihan Allah semata-mata.
Iman adalah hasil pemilihan, bukan sebaliknya
III xxiv 3
Akan tetapi di sini kita harus awas terhadap dua macam kesesatan. Sebab ada orang-orang yang berkata: manusia bekerja sama dengan Allah, sehingga dengan persetujuannya manusia mengokohkan pemilihan itu; dengan demikian menurut mereka kehendak manusia mengungguli putusan Allah. Seakan-akan diajarkan oleh Alkitab bahwa yang diberikan kepada kita hanyalah kemampuan untuk beriman, dan bukan iman itu sendiri. Ada pula orang-orang yang – meskipun mereka tidak membuat karunia Roh Kudus, menjadi setawar itu – entah dengan alasan apa membuat pemilihan itu tergantung dari apa yang datang kemudian; seakan-akan pemilihan itu tidak ada kepastian dan hasilnya belum dikokohkan oleh iman.
Memang sudah jelas sekali bahwa pemilihan itu, dilihat dari sudut kita, memang dikokohkan [bilamana kita beriman]. Kita sudah melihat di atas ini bahwa putusan Allah yang tersembunyi yang tadinya tidak diketahui itu terungkapkan juga. Asal saja kata itu tidak punya pengertian yang lain dari pada bahwa apa yang tadinya tidak diketahui, kini dibuktikan kebenarannya, dan seakan-akan dipateri dengan materai. Tetapi tidaklah benar bila dikatakan bahwa pemilihan itu baru berlaku sesudah kita memeluk Injil dan bahwa kekuatannya datang dari situ. Dari hal itulah kita memang harus mencari kepastian pemilihan kita, sebab jika kita mencoba dengan akal kita memasuki ketentuan Allah yang kekal itu, jurang yang dalam itu akan menelan kita. Tetapi apabila Allah telah memperlihatkan pemilihan kita kepada kita, kita harus naik lebih tinggi, agar akibat itu tidak menggelapkan sebabnya. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita diterangi sebagaimana kita telah dipilih oleh Allah. Oleh sebab itu, adakah yang lebih tidak masuk di akal dan tidak wajar daripada tersilaunya mata kita oleh terang cahaya itu, sehingga tidak lagi mau mengindahkan pemilihan itu?
Kristus cermin tempat menatapi pemilihan
III xxiv 5
Jika kita mencari kelembutan Allah selaku Bapa, dan kebaikan hatiNya, maka pertama-tama kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Kristus yang kepadaNya sajalah Bapa berkenan (Mat. 3:17). Jika kita mencari keselamatan, kehidupan, dan kebakaan surgawi, maka dalam hal itupun tak ada tempat pelarian kita yang lain, sebab Dialah satu-satunya sumber kehidupan, dan sauh keselamatan, dan ahli waris kerajaan surga. Dan apa lagi maksud pemilihan itu selain dari supaya kita yang dipungut oleh Bapa di surga sebagai anak-anakNya, memperoleh keselamatan dan kebakaan berkat anugerahNya?
E 970-29
Jadi Kristus adalah cermin tempat kita selayaknya menatapi pemilihan kita dan boleh menatapinya tanpa tertipu.
III xxiv 6 E 971-39
Jika kita ingin mengetahui apakah keselamatan kita menjadi pokok perhatian bagi Allah, maka kita harus meneliti apakah kita diserahkanNya kepada Kristus yang dijadikanNya satu-satunya Penyelamat bagi seluruh umatNya. Jika kita selanjutnya meragukan apakah kita diterima oleh Kristus supaya dirawatNya dan dijagaNya, maka ditampungNya keraguan kita itu dengan menawarkan diriNya dengan rela sebagai Gembala, dan dikatakanNya bahwa kita akan termasuk kawanan dombaNya jika kita mendengar suaraNya (Yoh. 10:3). Maka marilah kita dekap Kristus yang diajukan kepada kita dengan penuh keramahan itu dan yang datang menyongsong kita: dan kita akan dianggapNya termasuk kawananNya, dan akan dijagaNya dalam kandangNya.
Panggilan lahiriah dan batiniah
III xxiv 7
Tetapi tiap hari terjadi bahwa mereka yang nampaknya adalah kepunyaan Kristus, melepaskanNya dan jatuh. Hal ini memang benar. Tetap sama juga pastinya bahwa orang seperti itu tidak pernah melekat pada Kristus dengan kepercayaan hati seperti yang mengukuhkan kepastian pemilihan kita, sesuai dengan apa yang saya katakan tadi. “Mereka berasal dari antara kita”, kata Yohanes (I Yoh. 2:9), “tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita”.
III xxiv 8
Perkataan Kristus bahwa banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (Mat. 22:14), dengan demikian tidak dipahami dengan baik. Tidak akan ada keraguan jika kita menyakini adanya dua macam panggilan. Sebab ada panggilan umum, yang dipakai Allah dengan jalan pemberitaan Firman secara lahir mengundang semua orang sama rata supaya datang kepadaNya, juga mereka yang kepadanya panggilan itu diajukanNya untuk menjadi “bau kematian” (bdk. II Kor. 2:16) dan hukuman yang lebih berat. Ada pula panggilan yang khusus, yang pada umumnya hanya dianggapNya pantas bagi orang-orang percaya, yaitu apabila dengan penerangan batin dari RohNya Ia membuat Firman yang diberitakan itu berdiam dalam hati mereka. Tetapi ada kalanya Ia juga memberi bagian dalam panggilan ini kepada mereka yang diterangiNya untuk beberapa waktu saja; namun kemudian ditinggalkanNya mereka sesuai dengan sikap mereka yang tidak tahu bersyukur, dan makin dibutakanNya mereka.
Sebelum dipanggil, orang-orang yang terpilih tidak berbeda dari yang lain
III xxiv 10
Tidak langsung dari rahim ibu, tidak juga semua pada saat yang sama, orang-orang yang terpilih itu dikumpulkan ke dalam kandang domba Kristus oleh panggilan itu. Akan tetapi [saatnya ditentukan] menurut perkenanan Allah untuk menganugerahi mereka. Tetapi sebelum mereka dikumpulkan ke tempat Gembala utama itu, mereka mengembala terpencar-pencar di padang pasir sama seperti semua orang, dan mereka tidak berbeda dari yang lain kecuali bahwa mereka dilindungi oleh kerahiman Allah yang khusus sehingga tidak sampai jatuh ke dalam jurang kematian yang terdalam. Bahwa mereka tidak sampai kepada kefasikan yang hebat dan yang tak tertolong lagi, sebabnya bukanlah karena pada mereka ada suatu kebaikan yang kodrati, tetapi karena mata Allah menjaga dan tanganNya terulur untuk keselamatan mereka.
III xxiv 11 E 978-14
Hendaklah perkataan Alkitab ini menetap pada kita (Yes. 53:6): “kita sekalian telah sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri”, yaitu jalan ke kebinasaan. Bagi mereka yang ditentukan Tuhan akan dikeluarkanNya kelak dari jurang kebinasaan itu, Tuhan mengundurkan waktunya sampai tiba saatNya; mereka hanyalah dijagaNya, jangan sampai mengeluarkan hujat yang tak dapat diampuni.
Alasan Allah untuk menolak orang-orang yang tidak dipilihNya
III xxiv 12
Sebagaimana Allah dengan keampuhan panggilanNya kepada mereka yang terpilih, melaksanakan keselamatan yang ditentukanNya bagi mereka dengan putusanNya yang kekal, demikian pula terhadap mereka yang ditolak, Ia mempunyai hukuman-hukumanNya yang menjadi jalan pelaksanaan putusan-putusanNya mengenai mereka. Bagaimana dengan mereka yang diciptakanNya untuk mengalami keaiban dalam hidup dan kebinasaan dalam mati supaya menjadi benda-benda kemurkaanNya dan contoh-contoh kekerasanNya? (Roma 9:21) Supaya mereka sampai kepada tujuan itu, bagi mereka kadang-kadang dihilangkanNya kemungkinan untuk mendengar FirmanNya, dan kadang-kadang justru dengan pemberitaan Firman itu dipekatkanNya kebutaan dan kebodohan mereka.
III xxiv 13
Apa sebab kepada yang satu diberikan rahmatNya dan yang lain dilewatiNya? Mengenai yang satu itu, sebabnya diberitahukan oleh Lukas, yaitu karena mereka “ditentukan untuk hidup yang kekal” (Kis. 13:48). Apa pula anggapan kita mengenai yang lain selain daripada bahwa mereka dilewati Tuhan karena mereka merupakan benda-benda kemurkaanNya yang diciptakan untuk keaiban? Maka janganlah kita enggan berkata bersama Augustinus: “Allah bisa saja mengubah kehendak orang-orang yang jahat menjadi baik, sebab Ia mahakuasa; sudah tentu hal itu dapat dilakukanNya; maka mengapa itu tidak dilakukanNya? Sebab bukan itu kehendakNya; mengapa tidak dikehendakiNya, itu terletak pada Dia”. (Augustinus, De Genesis ad literam [Kitab Kejadian ditafsirkan secara harfiah], XI x 13) Sebab sebaiknya kita jangan mengetahui lebih banyak lagi daripada yang layak.
III xxiv 14
Kita masih harus meneliti, mengapa Tuhan berbuat apa yang nyatanya diperbuatNya. Jika dijawab demikianlah terjadi orang-orang, karena kefasikan, kejahatan dan karena tidak bersyukur, sudah sepantasnya diperlakukan begitu, (Demikian mis. Erasmus, dalam “De libero arbitrio” [mengenai kebebasan kehendak manusia), th 1524) maka pastilah betul dan benar ucapan itu. Tetapi belum juga jelas apa alasan untuk perbedaan itu, yaitu mengapa, walaupun ada orang lain yang ditundukkan agar patuh, namun orang-orang itu tetap berkeras hati. Maka dalam penelitian untuk mencari alasan itu, terpaksalah orang sampai pada kesimpulan seperti yang telah dicatat Paulus dari Musa (Kel. 9:16), yaitu bahwa Allah dari semula telah membangkitkan mereka supaya namaNya dimasyhurkanNya di seluruh bumi (Roma 9:17). Bahwa mereka yang ditolak itu tidak patuh pada Firman Allah yang telah dipernyatakan pada mereka, kesalahannya memang sudah sebenarnya dijatuhkan pada kejahatan dan kebusukan hati mereka. Asal saja segera ditambahkan bahwa mereka diserahkan kepada kejahatan mereka itu, karena mereka oleh hukuman Allah yang benar tetapi yang tak dapat ditelusuri itu diberi hidup, supaya dengan pembinasaan mereka Ia dimuliakan. E 982-13 Walaupun kita tidak mengerti dengan jelas apa sebabnya, tetapi janganlah kita tidak mau mengakui bahwa kita tidak memahami sesuatu, apabila hikmat Tuhan sedang mencapai puncaknya.
Beberapa keberatan dijawab
E xxiv 17
Akan tetapi, demikian saudara akan berkata, jika memang begitu, kita tidak dapat percaya benar pada janji-janji Injil. (Seperti mis. dalam I Tim. 2:4) Sebab janji-janji itu, apabila memberitakan kehendak Tuhan, akan menyatakan bahwa Ia menghendaki apa yang bertentangan dengan keputusanNya yang tak dapat diubah-ubah itu. Sama sekali tidak demikian halnya; sebab walaupun bersifat umum, namun janji-janji keselamatan itu sama sekali tidak ada yang bertentangan dengan predestinasi orang-orang yang ditolak, asal saja kita mengarahkan pikiran kita pada akibatnya. Kita mengetahui bahwa janji-janji itu baru mempunyai akibat bagi kita, apabila kita menerimanya dengan iman; akan tetapi bila iman itu disia-siakan, maka janji itu serta merta terhapuskan. Kalau itulah sifat janji-janji, marilah kita lihat apakah ada pertentangan. Di satu pihak dikatakan bahwa sudah dari sejak kekal ditetapkan oleh Allah orang-orang yang hendak dirangkulNya dengan kasihNya, dan orang-orang yang hendak ditimpaNya dengan murkaNya; dan di pihak lain bahwa kepada semuanya tanpa pilih kasih Ia mengabarkan keselamatan. Saya berkata bahwa keduanya cocok benar. Sebab apabila Ia berjanji demikian, tak lain yang hendak dikatakanNya ialah bahwa belas kasihanNya tersedia bagi semua orang, asal saja mereka menginginkannya dan memohonnya. Tetapi hal itu hanya dilakukan oleh mereka yang diterangi olehNya. Dan yang diterangi olehNya ialah mereka yang telah ditentukanNya akan memperoleh keselamatan. Bagi mereka, kata saya, kebenaran ialah janji-janji itu kokoh dan tak tergoyahkan, sehingga tak dapatlah orang berkata bahwa ada sedikitpun pertentangan antara pemilihan Allah yang kekal dan pernyataan tentang rahmatNya yang ditawarkanNya kepada orang-orang percaya.
Tetapi apa sebab Ia berkata: “semua orang”? (bdk. mis. I Tim. 2:4) Ia berkata begitu, supaya hati kecil orang-orang saleh dapat lebih tenteram karena mereka mengerti bahwa tak ada sedikit pun perbedaan antara orang-orang berdosa, asal saja ada iman (Maksudnya: Karena ada tertulis: “semua orang”, mereka akan mengerti bahwa mereka tidak akan ditolak karena misalnya lebih banyak berdosa daripada orang-orang lain – asal saja mereka beriman). Dan Ia berkata pula begitu, supaya mereka yang fasik tidak akan berdalih bahwa mereka tidak mempunyai tempat berlindung yang dapat mereka datangi bila mau meloloskan diri dari perbudakan oleh dosa – karena mereka meremehkan tempat perlindungan yang ditawarkan kepada mereka itu, sebab tidak tahu bersyukur. Oleh karena kepada kedua-duanya ditawarkan belas kasihan Tuhan melalui Injil, maka imanlah, yaitu penerangan oleh Allah, yang membedakan antara yang beriman dan yang fasik; sehingga yang pertama merasakan keampuhan Injil, yang lain sebaliknya sekali-kali tidak memetik buahnya. Penerangan itupun diatur oleh pemilihan Allah yang kekal.
E 986-35
Mereka menyanggah pula bahwa dari barang yang dibuatNya, tak ada yang dibenci oleh Allah. Sekalipun saya mengakuinya, namun tak berubahlah yang telah saya ajarkan, yaitu bahwa orang-orang yang ditolak itu dibenci Allah, dan benar alasannya, karena mereka tidak menerima karunia RohNya, jadi tidak dapat menghasilkan apa-apa selain hal-hal yang menjadi kutukan. Mereka menambahkan bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang kafir, dan bahwa itu berarti rahmat Tuhan ditawarkan kepada semua orang tanpa pilih kasih: memang benar, asal saja mereka mengakui bahwa, seperti yang dinyatakan Paulus, Allah memanggil dari antara orang Yahudi maupun dari antara orang kafir menurut perkenananNya (Roma 9:24), sehingga Ia tidak terikat kepada siapapun.
Dengan cara demikian dialahkan pula apa yang mereka kutip dari tempat lain (Roma 11:32), yaitu bahwa Allah telah mengurung semuanya dalam dosa supaya Ia dapat menunjukkan belas-kasihan kepada mereka semua (bdk. Gal. 3:22); artinya, karena Ia menghendaki supaya keselamatan semua orang yang diselamatkan dianggap berasal dari belas kasihanNya, meskipun kebaikan ini tidak berlaku umum untuk semua orang.
Selanjutnya, setelah dari kedua belah pihak sudah banyak yang dikemukakan, biarlah ini menjadi penutup; bersama Paulus kita gentar karena melihat kedalaman yang securam itu; dan jika ada lidah yang dengan gampangan berbantah, maka janganlah kita malu berseru bersamanya: “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?” (Roma 9:20). Sebab benarlah perkataan Augustinus, bahwa mereka yang mengukur keadilan Allah menurut ukuran keadilan manusia, membalikkan norma (Pseudo-Augustinus, Mengenai Predestinasi dan Rahmat, 2.).
Disalin dari:
John Calvin, INSTITUTIO, Pengajaran Agama Kristen, p. 193-212
__________________
Kaum Fundamentalis dan Arminian getol sekali menuduh John Calvin sesat dengan mengajarkan doktrin Predestinasi. Sayangnya, dalam generasi ini, baik kaum Fundamentalis maupun Arminian HANYA mengutip APA kata orang tentang ajaran John Calvin dan APA kata orang tentang kesesatan John Calvin lalu menyimpulkan John Calvin sesat.
Tulisan John Calvin tentang predestinasi sangat sistematis, gamblang dan singkat. Menurut saya, tulisanya tersebut MAMPU membela dirinya sendiri. Saya sering bertanya-tanya, bila ajaran John Calvin sesat, kenapa hingga hari ini tidak ada satu orang pun, baik Fundamentalis maupun Arminian yang MAMPU menghadapi tulisan John Calvin secara langsung dan menelanjangi kesesatanya?
Tersebut di bawah ini adalah tulisan John Calvin (Ken pernah mengutipnya ketika memberi komentar pada tulisan Debu Tanah). Nah, Dede Wijaya, Debu Tanah dan Ang Che Chen, silahkan menghadapi tulisan John Calvin tersebut. Tunjukkan kesesatannya. Kutip kalimat-kalimatnya dan nyatakan kesesatannya. Saya akan menjadi moderator bagi anda.
PREDESTINASI - JOHN CALVIN, INSTITUTIO, CHAPTER XXI-XXIV
Ajaran pedestinasi mengandung bahaya, tetapi perlu juga dikemukakan.
III xxi 1
Perjanjian kehidupan tidak sama rata dikabarkan kepada semua orang, dan pada mereka yang mendengar pekabarannya, perjanjian itu tidak selalu disambut dengan cara yang sama dan tidak juga secara merata. Dalam perbedaan itu kedalaman putusan Allah yang mengagumkan menyatakan diri. Sebab tak perlu diragukan bahwa keaneka-ragaman itu juga melayani keputusan Allah yang kekal.
Sudahlah jelas bahwa karena kehendak Allahlah kepada sebagian orang keselamatan dianugerahkan dengan cuma-cuma, dan sebagian orang dicegah untuk memperolehnya. Sebab itu segera timbul masalah-masalah besar dan rumit yang hanya dapat diterangkan jika hati orang-orang yang saleh sudah yakin tentang apa yang harus mereka yakini mengenai pemilihan dan predestinasi. Masalah ini rumit menurut penglihatan banyak orang. Karena menurut anggapan mereka, sangatlah tidak layak apabila dari khalayak ramai ada beberapa yang ditakdirkan akan selamat, ada pula yang ditakdirkan binasa.
E 921-15
Kita tidak pernah akan yakin sebagaimana mestinya bahwa keselamatan kita mengalir dari sumber rahmat Allah yang cuma-cuma, sebelum kita mulai mengenal pemilihanNya yang kekal. Pemilihan itu memuliakan rahmat Tuhan dengan perbedaan ini: tidak semua orang diterimaNya hingga mereka dapat mengharapkan keselamatan, tanpa ada pembedaan, tetapi ada orang-orang yang diberiNya apa yang Ia tidak mau berikan kepada orang lain.
E 922-22
Pembicaraan tentang predestinasi, suatu hal yang pada pokoknya sudah agak sukar, menjadi sulit sekali, bahkan berbahaya, karena rasa ingin tahu orang. Sebab tak ada palang yang dapat mencegah orang-orang itu mengembara menempuh jalan-jalan terlarang yang berputar-putar, dan menerobos ke atas. Kalau bisa, tak bakal ada tersisa bagi Allah satu rahasia pun yang ditelusuri dan diselidikinya.
III xxi 2 E 923-27
Maka hendaknya pertama-tama kita ingat bahwa mengejar pengetahuan tentang predestinasi yang tidak disingkapkan oleh Firman Allah, sama tololnya seperti apabila orang hendak menjelajahi tempat yang tak ada jalannya, atau hendak melihat di dalam gelap. Dan kita tidak usah malu, bila ada yang tidak kita ketahui tentang hal itu, sebab dalam hal ini tidak tahu itu menandakan adanya pengetahuan (bdk 1 Korintus 1:18-29).
III xxi 3
Ada pula orang-orang lain yang hendak membetulkan hal yang buruk itu (kecenderungan orang untuk mengejar pengetahuan tentang predestinasi). Mereka hampir-hampir berkata bahwa setiap penyebutan tentang predestinasi sebaiknya dibenamkan saja. Mereka dengan sungguh-sungguh mengajarkan bahwa kita harus menghindari setiap usaha untuk menyelidiki hal itu sebagaimana kita menghindari karang di laut.
E 924-13
Jadi supaya dalam hal ini pun kita tinggal dalam batas-batas yang layak, kita harus kembali ke Firman Tuhan yang mengandung pedoman yang pasti untuk pengertian kita. Sebab Alkitab itu merupakan sekolah dari Roh Kudus. Di dalamnya di satu pihak tak ada yang dilupakan dari yang perlu dan bermanfaat untuk diketahui. Maka kita harus menjaga jangan sampai orang-orang percaya dijauhkan dari segala sesuatu yang disingkapkan di dalam Alkitab mengenai predestinasi itu, supaya jangan sampai kita seakan-akan dengan jahatnya hendak merampas dari mereka kebaikan Allah, atau mencela dan menegur Roh seakan-akan telah diumumkanNya hal-hal yang seyogyanya tidak diberitahukan dengan cara apapun juga.
III xxi 4 925-32
Janganlah kita selidiki apa yang dibiarkan Tuhan tersembunyi, dan janganlah kita abaikan apa yang telah disingkapkanNya; supaya kita tidak dihukum karena dalam hal yang satu kita terlalu ingin tahu, atau dalam hal yang lain kita tidak bersyukur.
Apa predestinasi itu
III xxi 5
Orang yang masih mau dipandang sebagai orang beragama, tidak berani menyangkal begitu saja predestinasi yang dengannya Allah menerima sebagian orang hingga dapat mengharapkan kehidupan, dan menghukum orang lain untuk menjalankan kematian kekal. Tetapi orang mengitari ajaran itu dengan aneka macam kritik yang dicari-cari. Hal ini terutama dilakukan oleh mereka yang menganggap bahwa inilah yang menjadi dasar predestinasi: Allah tahu segala hal dari sebelumnya (Praescientia). Kami memang menempatkan kedua-duanya (predestinasi dan praescientia) di dalam Allah, tetapi kami berkata bahwa salahlah adanya bila yang satu dikatakan takluk kepada yang lain.
Apabila Allah kita anggap mengetahui hal-hal sebelum waktunya, maka dengan demikian kita menyatakan bahwa segala sesuatu sudah selama-lamanya dan untuk selama-lamanya di depan mataNya, sehingga untuk pengetahuanNya tak ada yang akan datang atau yang sudah lampau, tetapi semuanya ada dalam kekinian. Dan ada dalam kekinian sedemikian rupa, hingga hal-hal itu tidak hanya dibayangkanNya (sebagaimana hal-hal yang tetap tersimpan dalam ingatan kita timbul dalam pikiran kita), melainkan benar-benar dilihatNya dan diamatiNya seakan-akan ditempatkan di depanNya. Predestinasi kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya Ia menetapkan untuk diriNya sendiri, apa yang menurut kehendakNya akan terjadi atas semua orang. Sebab tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi. Maka sebagaimana orang itu diciptakan untuk tujuan yang satu atau yang lain, ia kita katakan dipredestinasikan untuk kehidupannya atau untuk kematian. Dan predestinasi ini tidak hanya telah dinyatakan Allah di dalam diri orang perorangan, tetapi diperlihatkanNya juga sebagai contoh dalam seluruh keturunan Abraham.
III xxi 7 E 931-27
Maka kami berkata seperti yang sudah jelas ditunjukkan dalam Alkitab, yaitu bahwa dengan putusan yang kekal dan tak berubah-ubah telah ditentukan oleh Allah orang-orang mana yang hendak diterimaNya dalam keselamatan, dan mana sebaliknya yang hendak dibiarkanNya binasa. Kami menyatakan bahwa mengenai mereka yang menjadi pilihanNya, putusan itu berdasarkan rahmatNya yang cuma-cuma, dengan sama sekali tidak mengindahkan apakah manusia layak memperolehnya; dan bahwa bagi mereka yang diserahkanNya kepada kebinasaan, ditutupNya jalan masuk ke kehidupan oleh karena hukumanNya yang benar dan tanpa cela, tetapi yang tak dapat kita pahami. Selanjutnya kami menyatakan bahwa pada orang-orang pilihan, panggilan itu adalah bukti tentang terpilihnya mereka. Bahwa selanjutnya pembenaran adalah tanda kedua yang menyatakannya, sampai tercapai kemuliaan yang merupakan penggenapannya. Tetapi sebagaimana Tuhan menandai orang-orang pilihanNya dengan panggilan dan pembenaran, begitu juga bagi yang ditolak Ia menutup pengetahuan tentang namaNya atau pengudusan RohNya. Itulah yang menjadi tanda-tanda yang memberitahukan kepada mereka hukuma apa yang menantikan mereka.
Ajaran predestinasi dalam Alkitab.
III xxii 1 E 932-12
Umumnya orang beranggapan bahwa Allah membeda-bedakan manusia sesuai dengan apa yang diketahuiNya sebelum waktunya tentang amal-amal mereka masing-masing. Jadi, menurut anggapan itu, yang diterimaNya sebagai anak-anakNya ialah mereka yang diketahuiNya sebelumnya akan layak menerima rahmatNya; dan yang diserahkanNya kepada hukuman mati ialah mereka yang dilihatNya mempunyai watak yang cenderung ke kejahatan dan kefasikan.
Tetapi ada pula yang mengecam ajaran yang sehat dengan kritik yang sangat keras. Mereka hendak mengadu Tuhan oleh karena sebagian orang telah dipilihNya menurut perkenananNya, dan sebagian orang dilewatiNya.
E 933-31
Sebaiknya kita memperhatikan sekarang apa yang dikemukakan oleh Alkitab mengenai pemilihan dan penolakan itu. Apabila Paulus mengajarkan bahwa kita dipilih dalam Kristus sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4), maka sudah pasti diperhatikan sama sekali apakah kita layak memperolehnya. Dengan demikian ia seakan-akan berkata bahwa, mengingat bahwa Bapa di surga tidak menemukan dalam seluruh keturunan Adam sesuatu apapun yang layak bagi pilihanNya, maka pandanganNya diarahkanNya kepada KristusNya, supaya dari tubuh Kristus dipilihNya anggota-anggota untuk diterimaNya agar mendapat bagian dalam kehidupan. Maka hendaklah bagi orang-orang percaya berlaku pikiran ini: bahwa kita diterima di dalam Kristus untuk mendapat bagian dalam warisan surgawi, karena diri kita sendiri tidak mampu mencapai kemuliaan demikian.
III xxii 3 E 935-12
Jika Ia memilih kita supaya kita menjadi kudus, maka kita tidak dipilihNya sebab diketahuiNya sebelumnya bahwa kita bakal menjadi kudus. Sebab tidaklah cocok dua hal yang berikut ini: bahwa orang-orang saleh itu kudus karena terpilih, dan bahwa mereka berhasil terpilih karena perbuatan-perbuatan mereka. Dan di sini tidak berlaku dalih yang seringkali mereka pakai bahwa Tuhan tidak memberi anugerah pemilihan itu sebagai balasan atas amal-amal yang sudah lampau, tetapi bahwa itu dikaruniakanNya karena amal-amal yang akan datang. Sebab apabila dikatakan bahwa orang-orang percaya dipilih supaya mereka menjadi kudus, maka sekaligus disetujui bahwa kekudusan yang kemudian akan terdapat di dalam diri mereka itu berasal dari pilihan itu.
E xxii 7
Maka biarlah seluruh perkara ini diputuskan oleh yang Mahatahu dan yang Mahaguru. Tatkala diketahuiNya bahwa di dalam diri pendengar-pendengarNya terdapat kekerasan hati sedemikian besarnya hingga kata-kataNya disebarNya kepada khalayak ramai hampir tanpa hasil, maka, agar mencegah hal itu jangan menjadi batu sentuhan [bagi orang-orang yang imannya lemah], Ia berseru: “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu. Dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang” (Yoh. 6:37, 39). Perhatikanlah bahwa hal diserahkannya kita kepada kesetiaan dan penggembalaan Kristus, berpangkal pada pemberian Bapa itu.
E 940-22
Kata-kata yang diucapkan Kristus itu begitu jelas sehingga tak dapat diselubungi dengan dalih-dalih. KataNya: “Tidak ada seorangpun yang datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku… Dan setiap orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu” (Yoh. 6:44).
E 940-39
“Bukan tentang kamu semua Aku berkata”, kataNya, “Aku tahu, siapa yang telah Kupilih” (Yoh. 13:18). Kita harus memperhatikan bahwa, apabila ditegaskanNya bahwa Ia tahu siapa yang dipilihNya, yang dimaksudkan ialah suatu jenis istimewa dari umat manusia; lagipula bahwa yang membedakan jenis itu bukanlah mutu kebaikan-kebaikannya, melainkan keputusan surgawi. Kesimpulannya ialah bahwa tak seorang pun menonjol karena kekuatan atau ketekunannya sendiri, sebab Kristus menetapkan diriNya sendiri sebagai pelaku pemilihan itu.
E 941-19
Pendeknya, Allah dengan karunia pengangkatan yang bebas menciptakan orang-orang yang dikehendakiNya menjadi anak-anakNya, dan sebab hakiki dari pemilihan itu terletak dalam diriNya, karena Ia menuruti perkenananNya yang tersembunyi.
E xxii 10
Beberapa orang membantah kami, bahwa Allah bertentangan dengan diriNya sendiri, apabila Ia secara umum Ia mengundang semua orang datang kepadaNya, padahal hanya sedikit yang diterimaNya;
E 944-6
apabila dengan pemberitaan Firman lahiriah semua orang dipanggil supaya bertobat dan beriman, padahal tidak semuanya diberi Roh tobat dan iman. Dalil mereka itu saya tolak, karena dalil itu salah ditinjau dari dua segi. Sebab Dia yang mengancam bahwa ke atas kota yang satu akan turun hujan dan ke atas kota yang lain tidak (Amos 4:7). Dia yang berfirman, bakal ada kehausan akan mendengarkan Firman Tuhan (Amos 8:11), Dia tidak mengikat diri dengan hukum yang tetap bahwa Ia akan memanggil semua orang sama rata. Dan Dia yang melarang Paulus memberitakan Injil di Asia, dan menjauhkannya dari Bitinia dan menariknya ke Makedonia (Kis. 16:6), Dia memeperlihatkan bahwa Dialah berhak menentukan kepada siapa kekayaan itu hendak dibagikanNya.
Akan tetapi melalui Yesaya ditunjukkanNya dengan lebih jelas lagi, bagaimana janji-janji keselamatan secara khusus dimaksudkan untuk mereka yang terpilih. Sebab dinyatakanNya bahwa muridNya hanya akan diambilNya dari antara mereka, dan tidak dari seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan (Yes. 8:16). Ternyatalah dari hal itu kesalahan pendapat yang menyatakan bahwa ajaran keselamatan diulurkan kepada setiap orang supaya benar-benar menguntungkannya, pada hal ajaran itu dikatakan disediakan khusus bagi anak-anak Gereja semata. Semoga untuk sementara cukuplah kata-kata ini: meskipun Injil pada umumnya menyapa semua orang namun karunia iman merupakan karunia yang jarang adanya.
E 945-8
Bahwa benih itu jatuh di antara duri-duri atau di tempat-tempat berbatu, bukan sesuatu yang baru; bukan hanya karena kebanyakan manusia memang ternyata membangkang terhadap Allah, tetapi juga karena tidak semua orang dianugerahi mata dan telinga. Maka bagaimana Allah dapat memanggil kepada diriNya mereka yang diketahuiNya tidak akan datang?
E 946-7
Iman itu memang pantas dihubungkan dengan pemilihan, asal saja mengambil tempat yang kedua. Urutan ini diungkapkan dengan jelas di tempat lain dengan kata-kata Kristus: “Dan inilah kehendak Bapa, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu, jangan ada yang hilang. Sebab inilah kehendakNya, yaitu supaya setiap orang yang percaya kepada Anak tidak binasa” (Yoh. 6:39).
E xxii 11 E 947-9
Selanjutnya, jika kita tidak dapat memberi alasan mengapa Ia menganggap layak menujukan kerahiman kepada orang-orang milikNya, selain karena itulah yang berkenan padaNya, maka jika ada orang-orang lain yang ditolakNya, tidak akan ada alasan lain kecuali karena kehendakNya. Sebab apabila dikatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang atau memperlakukan orang dengan lembut menurut yang berkenan kepadaNya, maka dengan itu orang-orang dianjurkan supaya jangan mencari alasan lain di luar kehendakNya.
Sanggahan terhadap ajaran predestinasi dijawab
III xxiii 1 E 947-24
Seolah-olah karena mau mengelak celaan dari Allah, banyak orang mengaku pemilihan itu sedemikian rupa hingga mereka mengingkari bahwa ada orang yang ditolak. Tetapi itu terlalu bodoh dan kekanak-kanakan: sebab pemilihan itu sendiri tidak akan ada, jika tidak ada penolakan sebagai lawannya.
E 947-33
Mereka yang dilewati Allah, ditolakNya; dan alasannya hanyalah karena Ia tidak mau memberi mereka warisan yang melalui predestinasi Ia peruntukkan bagi anak-anakNya.
E 948-6
Bagaimana selanjutnya mereka yang tidak mau menerima bahwa ada orang yang ditolak Allah itu, dapat lolos dari ucapan Kristus: “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu akan dicabut” (Mat. 15:13)?
E 948-14
Dan jika mereka tidak berhenti membantah, maka semoga kesederhanaan iman puas dengan anjuran Paulus bahwa “Allah menaruh kesabaran dan kelembutan yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya yang telah disiapkan untuk kebinasaan—justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkan bagi kemuliaan” (Roma 9:22)
III xxiii 2 E 949-15
Dengan berbagai cara orang-orang yang tolol bertengkar dengan Allah, seakan-akan mereka menganggap dirinya berhak untuk melancarkan tuduhan-tuduhan kepada Dia. Pertama-tama mereka bertanya, dengan hak apa Allah murka terhadap makhluk-makhlukNya yang sebelumnya sama sekali tidak menantangNya dengan hinaan apapun. Sebab, kata mereka, menetapkan kebinasaan bagi orang-orang tertentu menurut perkenananNya itu lebih sesuai dengan kesewenang-wenangan seorang diktator daripada dengan hukuman adil seorang hakim. Bahwa orang memang mempunyai alasan untuk mengeluh tentang Allah, apabila hanya karena perkenananNya saja, tanpa mengingat tidak-layaknya mereka, mereka ditakdirkan untuk kematian kekal. Kalau pikiran semacam ini timbul dalam hati orang-orang saleh, mereka cukup diperlengkapi untuk mematahkan serangannya melalui pertimbangan yang satu ini: mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang alasan-alasan kehendak ilahi adalah sangat jahat.
E 949-29
Kehendak Tuhan menjadi aturan tertinggi dari keadilan, sedemikian rupa hingga barang apa yang dikehendakiNya harus dianggap adil, justru karena dikehendakiNyalah. Jadi jika ditanyakan mengapa Tuhan telah berbuat begitu, harus dijawab: karena demikianlah kehendakNya. Tetapi kalau saudara mau maju lewat itu dan bertanya, mengapa Ia menghendakinya, maka saudara mencari sesuatu yang lebih tinggi daripada kehendak Allah, dan itu tidak dapat ditemukan.
III xxiii 3 E 950-19
Apabila seseorang menyerang kita dengan kata-kata seperti: “Mengapa Allah sudah dari mulanya mentakdirkan kematian bagi beberapa orang yang tidak mungkin pantas diberi hukuman mati, karena mereka belum ada?”, maka jangan kita memberi jawaban, tetapi kita berganti mengajukan pertanyaan, apakah menurut pendapat mereka ada hutang Allah terhadap manusia, jika Ia hendak mengukurnya menurut hakekatNya sendiri. Kita semua, sebagai yang dinodai dosa, tak bisa tidak harus dibenci oleh Allah. Jika semua orang yang menurut predestinasi Allah harus mati karena keadaan kodrati mereka tunduk pada hukuman kematian, maka ketidak-adilan manakah yang telah ditimpakan kepada mereka, tanya saya, yang dapat mereka adukan?
III xxiii 4
Mereka membantah pula: “Bukankah mereka ditakdirkan sebelumnya oleh ketetapan Tuhan untuk keburukan yang sekarang diajukan sebagai sebab hukuman mereka? Bukankah tidak adil Dia yang mempermainkan makhluk-makhlukNya sekejam itu? Bersama Paulus kami akan menjawabnya demikian: “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang tidak mulia?” (Roma 9:20).
E 951-40
Rasul telah menegaskan bahwa patokan keadilan Allah begitu tinggi, sehingga tidak dapat diukur dengan ukuran manusia, atau ditangkap oleh akal manusia yang kerdil itu.
III xxiii 6
Ada sanggahan yang kedua yang berasal dari kefasikan, tetapi maksudnya bukannya untuk langsung mencela Allah, melainkan lebih untuk mencari alasan agar memaafkan orang yang berdosa itu.
E 953-33
“Mengapa kiranya Allah memperhitungkan kepada manusia sebagai dosa hal-hal yang dengan takdirNya ditetapkanNya perlu ada?
E 954-4
Jika manusia dengan takdir Allah diciptakan sedemikian rupa hingga bakal dikerjakannya apa yang memang dikerjakannya sekarang, maka tidak boleh ia dipersalahkan karena telah melakukan sesuatu yang tak dapat dihindarinya dan yang ditempuhnya karena kehendak Allah.”
Marilah kita lihat, bagaimana keruwetan ini dapat diuraikan selayaknya. Pertama-tama hendaknya semua yakin akan kata Salomo bahwa Tuhan membuat segala sesuatu demi diriNya, (demikian naskah Vulgata yang dipakai oleh Calvin. Naskah yang mendasari Terjemahan Baru dalam Bahasa Indonesia berbunyi: “untuk tujuannya masing-masing) bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka (Amsal 16:4). Lihatlah, oleh karena penetapan tentang segala sesuatu berada dalam tangan Tuhan, oleh karena padaNyalah terletak penetapan mengenai keselamatan dan kematian, maka dengan putusan dan kehendakNya ditetapkanNya bahwa di antara manusia ada yang dilahirkan dan ditentukan mulai dari kandungan ibunya akan mengalami kematian yang pasti, supaya dengan kebinasaan mereka namaNya dipermuliakan.
III xxiii 9 E 957-30
Mereka yang tertolak itu menginginkan supaya dosa mereka dapat dimaafkan oleh karena mereka tidak dapat luput dari keharusan berdosa; lebih-lebih karena keharusan itu ditanggungkan kepada mereka dengan penetapan Allah. Tetapi kami mengingkari bahwa dengan demikian mereka selayaknya dimaafkan, oleh karena penetapan Allah yang menurut keluhan mereka menentukan bahwa mereka akan binasa, sudah tegas kewajarannya, yang memang tidak ketahui, tetapi yang sudah pasti sama sekali.
E 958-1
Sebab walaupun manusia dengan providensi Allah yang kekal diciptakan untuk sengsara, namun alasannya diambilnya dari dirinya sendiri dan bukan dari Allah.
III xxiii 10
Selanjutnya penentang-penentang predestinasi Allah masih menuduhkan kemustahilan ketiga padanya: bahwa [menurut ajaran ini] Ia pilih kasih. Hal ini oleh Alkitab disangkal di mana-mana, dan mereka menarik kesimpulan: atau Alkitab itu bertentangan dengan dirinya sendiri, atau Allah dalam pemilihanNya melihat amal-amal.
E 958-35
Mereka bertanya, apa sebabnya dari dua orang yang tidak dibedakan oleh satu amal pun, yang satu dilewati Allah dalam pemilihanNya, dan yang lain diterimaNya. Saya berganti bertanya: “apakah mereka menyangka bahwa dalam diri orang yang diterima itu terdapat sesuatu yang mencenderungkan hati Allah kepadaNya?”. Jika mereka mengakui bahwa tidak ada apa-apanya–dan mereka tidak bakal dapat berbuat lain dari mengakuinya—maka kesimpulannya ialah bahwa Allah tidak memandang manusianya, tetapi dari kebaikan hatiNya mengambil alasan untuk berbuat baik kepadanya. Jadi bahwa Allah memilih yang satu dan menolak yang lain, alasannya bukanlah bahwa Ia melihat manusianya, melainkah hanya belas kasihanNya yang harus bebas memperlihatkan dan menyatakan diri, di mana saja dan kapan saja itu berkenan kepadaNya.
III xxiii 12
Untuk menumbangkan predestinasi, dengan sengit mereka mengajukan pula bahwa seandainya predestinasi itu dipertahankan, semua ketekunan dan kerajinan untuk berbuat baik akan runtuh. Sebab, kata mereka, bila mendengar bahwa dengan keputusan Allah yang abadi dan tak dapat diubah itu kehidupan atau kematian telah ditetapkan untuknya, siapakah yang tidak akan segera dihinggapi pikiran bahwa bagaimana perilakunya itu tidak menjadi soal.
E 960-33
Tetapi Paulus memperingatkan kita bahwa kita telah dipilih untuk maksud ini, yaitu supaya menjalankan kehidupan yang kudus dan tanpa cacat (Ef. 1:4). Jika kesucian hiduplah yang menjadi tujuan pemilihan, maka ajaran itu harus terlebih menggugah dan mendorong kita untuk menaruh perhatian pada kesucian daripada menjadi dalih untuk kelambanan. Sebab berapa besarkah perbedaan antara dua hal ini: tidak jadi melakukan amal baik, oleh karena pemilihan itu sudah cukup untuk mencapai keselamatan, dan: pemiihan itu mempunyai tujuan supaya kita berusaha keras melakukan perbuatan-perbuatan yang baik?
Allah memanggil juga orang-orang yang dipilihNya
III xxiv 1
Tetapi supaya perkara itu lebih terang lagi adanya, maka kita harus menguraikan baik panggilan orang-orang pilihan maupun pembutaan dan pengerasan hati orang yang tak percaya.
E 964-32
Panggilan itu tiada tanpa memilih-milih. Dengannya Allah akhirnya menyatakan pemilihanNya, yang di luar tindakan itu tetap tersembunyi dalam diriNya. Dari sebab itu dengan tepatnya panggilan itu dapat dinamakan “kesaksian” tentang pemilihan itu. “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya; dan mereka juga yang ditentukanNya dari semula, mereka itu dipanggilNya; dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya, supaya sekali kelak mereka dimuliakanNya” (Roma 8:29). Tuhan memang telah mengangkat orang-orang milikNya menjadi anak-anakNya dengan memilih mereka. Namun kita melihat bahwa mereka tidak dapat sampai memiliki harta yang sebesar itu kalau tidak dipanggil; sebaliknya bahwa setelah dipanggil, mereka dalam arti tertentu sudah mendapat bagian dalam pemilihan mereka dan menikmatinya.
E 966-11
Apabila panggilan dikaitkan pada pemilihan, maka Alkitab dengan cara itu cukup jelas menyatakan bahwa dalam panggilan itu tidak boleh dicari hal yang lain daripada belas kasihan Allah yang diberikan dengan cuma-cuma itu. Sebab jika kita bertanya siapa yang dipanggilNya dan dengan alasan apa, maka jawabannya ialah: mereka yang telah dipilihNya. Dan apabila kita sampai pada pemilihan, maka yang ternyata di sana dari segi manapun juga ialah belas kasihan Allah semata-mata.
Iman adalah hasil pemilihan, bukan sebaliknya
III xxiv 3
Akan tetapi di sini kita harus awas terhadap dua macam kesesatan. Sebab ada orang-orang yang berkata: manusia bekerja sama dengan Allah, sehingga dengan persetujuannya manusia mengokohkan pemilihan itu; dengan demikian menurut mereka kehendak manusia mengungguli putusan Allah. Seakan-akan diajarkan oleh Alkitab bahwa yang diberikan kepada kita hanyalah kemampuan untuk beriman, dan bukan iman itu sendiri. Ada pula orang-orang yang – meskipun mereka tidak membuat karunia Roh Kudus, menjadi setawar itu – entah dengan alasan apa membuat pemilihan itu tergantung dari apa yang datang kemudian; seakan-akan pemilihan itu tidak ada kepastian dan hasilnya belum dikokohkan oleh iman.
Memang sudah jelas sekali bahwa pemilihan itu, dilihat dari sudut kita, memang dikokohkan [bilamana kita beriman]. Kita sudah melihat di atas ini bahwa putusan Allah yang tersembunyi yang tadinya tidak diketahui itu terungkapkan juga. Asal saja kata itu tidak punya pengertian yang lain dari pada bahwa apa yang tadinya tidak diketahui, kini dibuktikan kebenarannya, dan seakan-akan dipateri dengan materai. Tetapi tidaklah benar bila dikatakan bahwa pemilihan itu baru berlaku sesudah kita memeluk Injil dan bahwa kekuatannya datang dari situ. Dari hal itulah kita memang harus mencari kepastian pemilihan kita, sebab jika kita mencoba dengan akal kita memasuki ketentuan Allah yang kekal itu, jurang yang dalam itu akan menelan kita. Tetapi apabila Allah telah memperlihatkan pemilihan kita kepada kita, kita harus naik lebih tinggi, agar akibat itu tidak menggelapkan sebabnya. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita diterangi sebagaimana kita telah dipilih oleh Allah. Oleh sebab itu, adakah yang lebih tidak masuk di akal dan tidak wajar daripada tersilaunya mata kita oleh terang cahaya itu, sehingga tidak lagi mau mengindahkan pemilihan itu?
Kristus cermin tempat menatapi pemilihan
III xxiv 5
Jika kita mencari kelembutan Allah selaku Bapa, dan kebaikan hatiNya, maka pertama-tama kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Kristus yang kepadaNya sajalah Bapa berkenan (Mat. 3:17). Jika kita mencari keselamatan, kehidupan, dan kebakaan surgawi, maka dalam hal itupun tak ada tempat pelarian kita yang lain, sebab Dialah satu-satunya sumber kehidupan, dan sauh keselamatan, dan ahli waris kerajaan surga. Dan apa lagi maksud pemilihan itu selain dari supaya kita yang dipungut oleh Bapa di surga sebagai anak-anakNya, memperoleh keselamatan dan kebakaan berkat anugerahNya?
E 970-29
Jadi Kristus adalah cermin tempat kita selayaknya menatapi pemilihan kita dan boleh menatapinya tanpa tertipu.
III xxiv 6 E 971-39
Jika kita ingin mengetahui apakah keselamatan kita menjadi pokok perhatian bagi Allah, maka kita harus meneliti apakah kita diserahkanNya kepada Kristus yang dijadikanNya satu-satunya Penyelamat bagi seluruh umatNya. Jika kita selanjutnya meragukan apakah kita diterima oleh Kristus supaya dirawatNya dan dijagaNya, maka ditampungNya keraguan kita itu dengan menawarkan diriNya dengan rela sebagai Gembala, dan dikatakanNya bahwa kita akan termasuk kawanan dombaNya jika kita mendengar suaraNya (Yoh. 10:3). Maka marilah kita dekap Kristus yang diajukan kepada kita dengan penuh keramahan itu dan yang datang menyongsong kita: dan kita akan dianggapNya termasuk kawananNya, dan akan dijagaNya dalam kandangNya.
Panggilan lahiriah dan batiniah
III xxiv 7
Tetapi tiap hari terjadi bahwa mereka yang nampaknya adalah kepunyaan Kristus, melepaskanNya dan jatuh. Hal ini memang benar. Tetap sama juga pastinya bahwa orang seperti itu tidak pernah melekat pada Kristus dengan kepercayaan hati seperti yang mengukuhkan kepastian pemilihan kita, sesuai dengan apa yang saya katakan tadi. “Mereka berasal dari antara kita”, kata Yohanes (I Yoh. 2:9), “tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita”.
III xxiv 8
Perkataan Kristus bahwa banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (Mat. 22:14), dengan demikian tidak dipahami dengan baik. Tidak akan ada keraguan jika kita menyakini adanya dua macam panggilan. Sebab ada panggilan umum, yang dipakai Allah dengan jalan pemberitaan Firman secara lahir mengundang semua orang sama rata supaya datang kepadaNya, juga mereka yang kepadanya panggilan itu diajukanNya untuk menjadi “bau kematian” (bdk. II Kor. 2:16) dan hukuman yang lebih berat. Ada pula panggilan yang khusus, yang pada umumnya hanya dianggapNya pantas bagi orang-orang percaya, yaitu apabila dengan penerangan batin dari RohNya Ia membuat Firman yang diberitakan itu berdiam dalam hati mereka. Tetapi ada kalanya Ia juga memberi bagian dalam panggilan ini kepada mereka yang diterangiNya untuk beberapa waktu saja; namun kemudian ditinggalkanNya mereka sesuai dengan sikap mereka yang tidak tahu bersyukur, dan makin dibutakanNya mereka.
Sebelum dipanggil, orang-orang yang terpilih tidak berbeda dari yang lain
III xxiv 10
Tidak langsung dari rahim ibu, tidak juga semua pada saat yang sama, orang-orang yang terpilih itu dikumpulkan ke dalam kandang domba Kristus oleh panggilan itu. Akan tetapi [saatnya ditentukan] menurut perkenanan Allah untuk menganugerahi mereka. Tetapi sebelum mereka dikumpulkan ke tempat Gembala utama itu, mereka mengembala terpencar-pencar di padang pasir sama seperti semua orang, dan mereka tidak berbeda dari yang lain kecuali bahwa mereka dilindungi oleh kerahiman Allah yang khusus sehingga tidak sampai jatuh ke dalam jurang kematian yang terdalam. Bahwa mereka tidak sampai kepada kefasikan yang hebat dan yang tak tertolong lagi, sebabnya bukanlah karena pada mereka ada suatu kebaikan yang kodrati, tetapi karena mata Allah menjaga dan tanganNya terulur untuk keselamatan mereka.
III xxiv 11 E 978-14
Hendaklah perkataan Alkitab ini menetap pada kita (Yes. 53:6): “kita sekalian telah sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri”, yaitu jalan ke kebinasaan. Bagi mereka yang ditentukan Tuhan akan dikeluarkanNya kelak dari jurang kebinasaan itu, Tuhan mengundurkan waktunya sampai tiba saatNya; mereka hanyalah dijagaNya, jangan sampai mengeluarkan hujat yang tak dapat diampuni.
Alasan Allah untuk menolak orang-orang yang tidak dipilihNya
III xxiv 12
Sebagaimana Allah dengan keampuhan panggilanNya kepada mereka yang terpilih, melaksanakan keselamatan yang ditentukanNya bagi mereka dengan putusanNya yang kekal, demikian pula terhadap mereka yang ditolak, Ia mempunyai hukuman-hukumanNya yang menjadi jalan pelaksanaan putusan-putusanNya mengenai mereka. Bagaimana dengan mereka yang diciptakanNya untuk mengalami keaiban dalam hidup dan kebinasaan dalam mati supaya menjadi benda-benda kemurkaanNya dan contoh-contoh kekerasanNya? (Roma 9:21) Supaya mereka sampai kepada tujuan itu, bagi mereka kadang-kadang dihilangkanNya kemungkinan untuk mendengar FirmanNya, dan kadang-kadang justru dengan pemberitaan Firman itu dipekatkanNya kebutaan dan kebodohan mereka.
III xxiv 13
Apa sebab kepada yang satu diberikan rahmatNya dan yang lain dilewatiNya? Mengenai yang satu itu, sebabnya diberitahukan oleh Lukas, yaitu karena mereka “ditentukan untuk hidup yang kekal” (Kis. 13:48). Apa pula anggapan kita mengenai yang lain selain daripada bahwa mereka dilewati Tuhan karena mereka merupakan benda-benda kemurkaanNya yang diciptakan untuk keaiban? Maka janganlah kita enggan berkata bersama Augustinus: “Allah bisa saja mengubah kehendak orang-orang yang jahat menjadi baik, sebab Ia mahakuasa; sudah tentu hal itu dapat dilakukanNya; maka mengapa itu tidak dilakukanNya? Sebab bukan itu kehendakNya; mengapa tidak dikehendakiNya, itu terletak pada Dia”. (Augustinus, De Genesis ad literam [Kitab Kejadian ditafsirkan secara harfiah], XI x 13) Sebab sebaiknya kita jangan mengetahui lebih banyak lagi daripada yang layak.
III xxiv 14
Kita masih harus meneliti, mengapa Tuhan berbuat apa yang nyatanya diperbuatNya. Jika dijawab demikianlah terjadi orang-orang, karena kefasikan, kejahatan dan karena tidak bersyukur, sudah sepantasnya diperlakukan begitu, (Demikian mis. Erasmus, dalam “De libero arbitrio” [mengenai kebebasan kehendak manusia), th 1524) maka pastilah betul dan benar ucapan itu. Tetapi belum juga jelas apa alasan untuk perbedaan itu, yaitu mengapa, walaupun ada orang lain yang ditundukkan agar patuh, namun orang-orang itu tetap berkeras hati. Maka dalam penelitian untuk mencari alasan itu, terpaksalah orang sampai pada kesimpulan seperti yang telah dicatat Paulus dari Musa (Kel. 9:16), yaitu bahwa Allah dari semula telah membangkitkan mereka supaya namaNya dimasyhurkanNya di seluruh bumi (Roma 9:17). Bahwa mereka yang ditolak itu tidak patuh pada Firman Allah yang telah dipernyatakan pada mereka, kesalahannya memang sudah sebenarnya dijatuhkan pada kejahatan dan kebusukan hati mereka. Asal saja segera ditambahkan bahwa mereka diserahkan kepada kejahatan mereka itu, karena mereka oleh hukuman Allah yang benar tetapi yang tak dapat ditelusuri itu diberi hidup, supaya dengan pembinasaan mereka Ia dimuliakan. E 982-13 Walaupun kita tidak mengerti dengan jelas apa sebabnya, tetapi janganlah kita tidak mau mengakui bahwa kita tidak memahami sesuatu, apabila hikmat Tuhan sedang mencapai puncaknya.
Beberapa keberatan dijawab
E xxiv 17
Akan tetapi, demikian saudara akan berkata, jika memang begitu, kita tidak dapat percaya benar pada janji-janji Injil. (Seperti mis. dalam I Tim. 2:4) Sebab janji-janji itu, apabila memberitakan kehendak Tuhan, akan menyatakan bahwa Ia menghendaki apa yang bertentangan dengan keputusanNya yang tak dapat diubah-ubah itu. Sama sekali tidak demikian halnya; sebab walaupun bersifat umum, namun janji-janji keselamatan itu sama sekali tidak ada yang bertentangan dengan predestinasi orang-orang yang ditolak, asal saja kita mengarahkan pikiran kita pada akibatnya. Kita mengetahui bahwa janji-janji itu baru mempunyai akibat bagi kita, apabila kita menerimanya dengan iman; akan tetapi bila iman itu disia-siakan, maka janji itu serta merta terhapuskan. Kalau itulah sifat janji-janji, marilah kita lihat apakah ada pertentangan. Di satu pihak dikatakan bahwa sudah dari sejak kekal ditetapkan oleh Allah orang-orang yang hendak dirangkulNya dengan kasihNya, dan orang-orang yang hendak ditimpaNya dengan murkaNya; dan di pihak lain bahwa kepada semuanya tanpa pilih kasih Ia mengabarkan keselamatan. Saya berkata bahwa keduanya cocok benar. Sebab apabila Ia berjanji demikian, tak lain yang hendak dikatakanNya ialah bahwa belas kasihanNya tersedia bagi semua orang, asal saja mereka menginginkannya dan memohonnya. Tetapi hal itu hanya dilakukan oleh mereka yang diterangi olehNya. Dan yang diterangi olehNya ialah mereka yang telah ditentukanNya akan memperoleh keselamatan. Bagi mereka, kata saya, kebenaran ialah janji-janji itu kokoh dan tak tergoyahkan, sehingga tak dapatlah orang berkata bahwa ada sedikitpun pertentangan antara pemilihan Allah yang kekal dan pernyataan tentang rahmatNya yang ditawarkanNya kepada orang-orang percaya.
Tetapi apa sebab Ia berkata: “semua orang”? (bdk. mis. I Tim. 2:4) Ia berkata begitu, supaya hati kecil orang-orang saleh dapat lebih tenteram karena mereka mengerti bahwa tak ada sedikit pun perbedaan antara orang-orang berdosa, asal saja ada iman (Maksudnya: Karena ada tertulis: “semua orang”, mereka akan mengerti bahwa mereka tidak akan ditolak karena misalnya lebih banyak berdosa daripada orang-orang lain – asal saja mereka beriman). Dan Ia berkata pula begitu, supaya mereka yang fasik tidak akan berdalih bahwa mereka tidak mempunyai tempat berlindung yang dapat mereka datangi bila mau meloloskan diri dari perbudakan oleh dosa – karena mereka meremehkan tempat perlindungan yang ditawarkan kepada mereka itu, sebab tidak tahu bersyukur. Oleh karena kepada kedua-duanya ditawarkan belas kasihan Tuhan melalui Injil, maka imanlah, yaitu penerangan oleh Allah, yang membedakan antara yang beriman dan yang fasik; sehingga yang pertama merasakan keampuhan Injil, yang lain sebaliknya sekali-kali tidak memetik buahnya. Penerangan itupun diatur oleh pemilihan Allah yang kekal.
E 986-35
Mereka menyanggah pula bahwa dari barang yang dibuatNya, tak ada yang dibenci oleh Allah. Sekalipun saya mengakuinya, namun tak berubahlah yang telah saya ajarkan, yaitu bahwa orang-orang yang ditolak itu dibenci Allah, dan benar alasannya, karena mereka tidak menerima karunia RohNya, jadi tidak dapat menghasilkan apa-apa selain hal-hal yang menjadi kutukan. Mereka menambahkan bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang kafir, dan bahwa itu berarti rahmat Tuhan ditawarkan kepada semua orang tanpa pilih kasih: memang benar, asal saja mereka mengakui bahwa, seperti yang dinyatakan Paulus, Allah memanggil dari antara orang Yahudi maupun dari antara orang kafir menurut perkenananNya (Roma 9:24), sehingga Ia tidak terikat kepada siapapun.
Dengan cara demikian dialahkan pula apa yang mereka kutip dari tempat lain (Roma 11:32), yaitu bahwa Allah telah mengurung semuanya dalam dosa supaya Ia dapat menunjukkan belas-kasihan kepada mereka semua (bdk. Gal. 3:22); artinya, karena Ia menghendaki supaya keselamatan semua orang yang diselamatkan dianggap berasal dari belas kasihanNya, meskipun kebaikan ini tidak berlaku umum untuk semua orang.
Selanjutnya, setelah dari kedua belah pihak sudah banyak yang dikemukakan, biarlah ini menjadi penutup; bersama Paulus kita gentar karena melihat kedalaman yang securam itu; dan jika ada lidah yang dengan gampangan berbantah, maka janganlah kita malu berseru bersamanya: “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?” (Roma 9:20). Sebab benarlah perkataan Augustinus, bahwa mereka yang mengukur keadilan Allah menurut ukuran keadilan manusia, membalikkan norma (Pseudo-Augustinus, Mengenai Predestinasi dan Rahmat, 2.).
Disalin dari:
John Calvin, INSTITUTIO, Pengajaran Agama Kristen, p. 193-212
__________________
Nabi Obaja, "Tolok Ukur Hubungan" dari ALLAH
Oleh : Pdt. Hallie Jonathans
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Nubuatan ini terdatum pada abad ke 9 atau delapan SM. Inilah Obaja yang sam
a dengan yang tertera dalam 2 Raja-raja, PL. Di sana Obaja digambarkan sebagai Nabi semasa pelayanan Raja Ahab dan berjumpa dengan Nabi Elia. Perseteruan antara Raja Ahab dan Nabi Elia tentu amat kita kenal. They are famous enemies. Ahab dan Istrinya Izebel membinasakan Para Nabi Israel. Nabi Elia melawan mereka. Suatu zaman yang menggemparkan, dan waktu yang berbahaya untuk loyal kepada Tuhan. Obaja meskipun berada dalam pelayanan Raja Ahab tadi tetapi ia memperlihatkan takut akan Tuhan yang luar biasa. Ia amat hormat kepada Tuhan dan sesama nabinya, termasuk terhadap Elia. Nabi Obaja menyembunyikan ratusan nabi Israel di gua-gua persembunyian dan memberikan kepada mereka makanan dan minuman, dan dengan berbuat demikian sebenarnya membahayakan kedudukannya sendiri sebagai Nabi Istana. Dulu ada Hawaian Band bernama Suara Istana. Zamannya Cok de Fretes dan Rudy Wairata. Itu semua indah. Tetapi bagi Nabi Istana ini siap menanggung semua risiko bahaya dari pekerjaannya.Dengan menyelamat -kan nyawa para Nabi itu, Nabi Obaja membahaya-kan nyawanya sendiri.
Obaja yakin bahwa Allah adalah penguasa atas segala sesuatu yang berlaku di di dunia ini. Karena keyakinan ini, Obaja menjalankan kehidupannya dengan taat akan Tuhan, dengan tidak memperdulikan harapan-harapan zaman semasanya. Obaja tahu bahwa pemerintahan Raja Ahab akan sementara saja. Tetapi penghakiman Tuhan akan permanent atau tetap. Bahaya dari dalam Israel adalah diperintah oleh Raja yang Tidak Ber-Tuhan atau tak taat kepada Tuhan. Bahaya dari luar adalah bangsa-bangsa yang kejam di sekitarnya. Saat itu berbahaya menjadi orang Israel. Obaja bahkan memperingatkan Edom bahwa mereka justru akan memahkamahkan diri mereka dengan tidak mau tahu akan klaim Tuhan Allah atas Israel. Nubuat Obaja dapat terdengar sebagai nubuat pembalasan dan nubuat yang amat nasionalistik. Tetapi ada hal yang lebih dari sekedar fakta itu. Allah yang Transenden atau transcendent above human affairs, adalah Allah yang involved secara intim dengam manusia. (intimately involved with them). Allah Langit adalah juga Allah Bumi , dan segenap manusia bertanggung jawab terhadap-Nya. Edom dan Israel merupakan Negara-Negara Bersaudara. Nagara Basudara. Brother Nations. Keduanya keturunan Abraham, Bapa orang Beriman. Israel adalah keturunan bersaudara yang lebih muda, Yakub. Edom dari Esau. Keduanya tak pernah akur, demikian bangsa-bangsa keturunan mereka. Sepanjang zaman kita melihat bahwa hubungan atara mereka diliputi oleh pendirian yang bertolak belakang, saling tidak percaya, dan perbantahan atau bahkan perselisihan dan percekcokan. Bila kita membaca Obaja, maka kita membaca lebih dari hanya dakwaan nasional atau national indictment. Kita justru membaca suatu tuntutan yang diperhadapkan , a charge levied , pada Saudara Yang Saling Bertengkar. A Sibling Fight,once and continued. Pertengkaran Antar Saudara, adalah kenyataan yang dapat juga terus terjadi. Edom bukan saja telah melakukan kesalahan terhadap suatu bangsa, tetapi terhadap saudaranya sendiri. Diserang oleh suatu Negara musuh adalah hal yang biasa. Diserang oleh Negara Bersaudara, atau Negara Jiran atau Negara Sesama Famili, atau oleh Anggota Famili atau Keluarga sendiri atau oleh Sahabat adalah suatu hal yang yang tak terperikan deritanya. Lihat ayat-ayat sejak ayat 11-14, suatu gambaran yang yang amat memalukan, amat tragis, amat ironis.
As we wept, you gloated and laughed.
When we fled, you slew us in the street.
If we escaped you handed us over to our enemies. Garis dasarnya adalah: Edom telah melakukan kekerasan terhadap Israel. Englau tidak seharusnya melakukannya. Obaja tahu bahwa Israel bukanlah tanpa salah dalam hal ini. Israel telah melakukan keselahannya. Israel telah menyimpang dari patuh akan Tuhan untuk masa yang lama. Raja Ahab dan Ratu Izebel telah menghancurkan Ibadah yang Patut terhadap-Nya. Obaja tahu bahwa penghakiman Allah terhadap Israel termasuk juga penderitaan Israel karena tekanan musuhnya. Tetapi penghakiman Tuhan juga bukanlah suatu pembenaran terhadap sikap Edom terhadap Umat Allah ini. Edom bersalah atas kesombongannya. (Pride). Bukankah Tuhan telah memberikan tanah kepada Edom untuk hidup? Di Selatan Israel. Tanah yang diberikan kepada Edom itu bergunung dan berbatu. Kotanya di tempat tinggi yang amat terjal, sehingga tak mudah diserang (virtulally unassailable). Edom merasa aman dan tak akan tersentuh, (untouchable). Tetapi menurut Obaja, mereka membodohi dirinya sendiri. Kesombongan hati mereka telah menipu mereka sendiri. “Engkau yang tinggal di celah bukit batu, di ketinggian kediamanmu, yang berkata dalam hatimu, siapakah yang akan membawa kami turun ke bumi? Tuhanlah yang akan membawamu turun. The Lord will bring you down. Meskipun engkau membangun tempat tinggalmu di ketinggian bersarangnya rajawali. engkau akan dijatuhkan, engkau akan digulingkan”. Obaja berjanji bahwa Edom akan dihukum oleh Tuhan karena kesombongan mereka. Ia akan mengembalikan kepada mereka kejahatan mereka sendiri. Seperti yang dilakukannya terhadap Israel, demikian juga akan dialami Edom atas dirinya. Tuhan akan mengembalikan kejahatan mereka terhadap Edom sendiri. Pada waktu pencuri datang, mereka membawa apa yang dapat dibawanya pergi. Lihat ayat 4,5, 6,7, itulah penderitaan Edom. Semua akan dipotong. Disembelih, Ini hari Korban. Ayat 8 dan 9 memperli-hatkan penghukuman Tuhan. Mari baca Amsal 16:18:”Kecongkakah mendahu -lui kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”. Jangan ada yang merasa aman seperti Edom. Dalam hal apapun, politik, keamanan, ekonomi dll. Obaja hendak menyampaikankepada kita bahwa Ia mempunyai SOR, Standard Of Relationship. SOR senantiasa berada di atas semua hal yang kita sendiri alami. God’s SOR is above Our Circumstances.(OC). Betapa kejamnya Edom yang melihat Israel menderita karena musuhnya, malahan melakukan kerja sama menggalang kekuatan dengan para Musuh Israel Joint Forces dengan para musuh Israel tidak diperbolehkan. It is not permissible to join the attacks, to join foreign nations to attack Israel. Other nations are not the standard for good and evil. God is standard of it, regardless of the circumstances, God’s standard stays in effect. Kita hidup dalam dunia yang yang mengingkari kebenaran dasar. Bahkan orang menaruh keprihatinan kecil terhadap apa yang benar dan salah. Janganlah tentang apa yang saleh atau kehendak Tuhan. Yang ada hanya apa yang legal dan apa yang illegal. Lihat saja praktek korupsi di negeri kita, di mana para pelakuknya bahkan mengalami pembebasan. Atau masalahnya dibonsai atau dikerdilkan. Lihat kasus Gayus Tambunan. Masalah Pajak, Bank Century, dll. Bandingkan dengan nasib para Pekerja Migran yang hanya pergi untuk mendapatkan upah, bahkan tidak dibayar gajinya oleh para majikan, dianiaya karena ternyata tak mampu bekerja seperti yang dijanjikan. Perlakuan terhadap Sumiyati dan warga Negara lainnya yang bahkan trerbunuh dan dilempar ketempat sampah, sungguh tragis. Sungguh biadab. Bagaimana kita akan berdiam saja? Masalah ini harus diatasi dengan bentuk moratorium yang jelas melakukan penghentian pengiriman tenaga kerja perempuan ke Negara-negara sedemikian. Lebih lanjut tentunya menciptakan UU yang mengatur dan melindungi serta mengawasi keberadaan kerja dan keselamatan jiwa dan kesejahteraan mereka.
Lihat ayat 15, “seperti yang engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan terhadapmu. Perbuatanmu akan menimpa kepalamu sendiri”.
Buatlah Daftar dari Mereka yang Membuat Ketidak-adilan terhadapmu.
Di samping KDRT biasa ada juga Ketidak-Adilan Dalam Rumah Tangga. Bayangkan banyak perseteruan dalam antara anggota Keluarga. Bayangkan andaikata kita mempunyai kuasa, maka kita biasanya berpikir bahwa kita dapat berbuat apa saja dengan kuasa yang ada pada kita. Bayangkan kalau kita kaya dan berkedudukan tinggi, maka kita cenderung menjadikan orang lain hamba kita.
Pada zaman Obaja banyak orang menyembah ilah-ilah. Itu adalah karena roh zaman berkata bahwa praktek demikian itu baik adanya. Kita hadapi peristiwa Bius Gayus, Pelbagai Ketidak Adilan dan Penyelewengan yang kasusnya tetap tertutup. Pertandingan yang sangat disukai adalah Ping-Pong.Artinya, terjadi terus satu instnsi menyalahkan lainnya serta satu pejabat menyalahkan lainnya, timbale balik dan menerus demikian. Tak ada yang mau mengaku bersalah. Instansi lainlah yang bersalah.
Kesombongan tetap menjadi modal kita. Bahaya itulah yang harus kita hindari. Kerendahan hati akan dapat menjadi bagian kita dalam hubungan dengan orang lain apabila kita takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak-Nya. Manusia lupa akan Perjanjian Allah. Umat manusia atau seorang manusia harus sadar bahwa ia berada dalam suatu Perjanjian dengan Allah. Isreal adalah Umat Perjanjian. Seluruh umat manusia berada dalam perjanjian itu. Dari mana kita tahu? Dari Firman Tuhan atau Alkitab. Dari mana dunia tahu? Dari kata perjanjian yang sesungguhnya berasal dari kata berith, covenant atau verbond itu. Tak ada hubungan antar Negara tanpa perjanjian. Bukankah perjanjian itu merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Tuhan? Katakanlah ada orang yang tak percaya kepada Tuhan. Dari mana ia tahu? Ia tahu dari dunia sekitar, alam akan berbicara kepadanya dan hati nuraninya akan membisikkannya.
Jangan lupa bahwa kita adalah Umat Perjanjian. Agar kita patuh terhadap Tuhan dan tidak menyengsarakan sesama atau saudara kita.
Agar kita ,menghormati perjanjian dengan Tuhan,mulai dari Perjanjian Tuhan dengan Abraham sampai Perjanjian Tuhan dalam Memberikan Anak-Nya yang Tunggal bagi penebusan seluruh umat manusia. Kristus telah disalibkan bagi kita. Dia yang begitu tinggi dibuat menjadi begitu rendah. Bukankah dengan demikian kita juga harus saling melayani , jangan saling menghabiskan? Api Elia menghanguskan , itu dulu. Kini Salib Kristus. Salib itu harus jadi tolok ukur kita dalam melayani dan bekerja di dunia ini. Di sana ada Tolok Ukur Kekal dari Allah terhadap semua perilaku kita, siapapun kita. Demikian berbedanya perilaku yang harus kita hadirkan sehingga Rasul Paulus berkata:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.(Roma 12:2). Not to be conformed to the world, but utterly transformed by the renewing of our minds. Semua hubungan kita akan dihakimi, Bukan oleh kebaikan orang lain, Bukan pula apakah kita menyukai mereka atau tidak menyukai mereka, Bukan oleh situasi di mana mereka berada, Tetapi sesuai dengan siapakah Tuhan itu. Kita harus adil, sebab Allah adalah adil. Kita harus mengasihi, karena Allah mengasihi kita, Kita harus saling berkorban, sebab Allah telah mengorbankan Diri-Nya bagi kita. Kita harus merendahkan diri,berdamai dengan sesama, saling memberanikan, saling mendoakan, saling memberkati, sebab Allah melakukan semuanya itu bagi kita.
Bukanlah karena kita layak menerimanya, tidak
sama sekali. Sebab utamanya adalah karena
Itulah Standard of Relationship designed by
God, atau Tolok Ukur Tuhan.
Lihatlah kepada Kristus Tuhan yang tak pernah melanggar Standard of Relationship dari Allah tetapi justru melampauinya sedemikian , sehingga Ia mau mati bagi kita. Keselamatan adalah maksud utama Allah bagi kita semua. Mulailah terapkan Standard Hubungan dan Keselamatan , Standard For Relationship and Salvation (SORS) dalam semua tata hubungan kita. Stop lakukan kekerasan terhadap sesama, utamanya Pekerja Perempuan di Negeri Jiran dan Tetangga, Asia dan , Arab Saudi, Timur Tengah dan di manapun. Bukan saja sebangsa kita bersaudara, tetapi Sedunia kitapun bersaudara. Amin
*God’s Standard of Relationship” by Jason Hefner; translated and adapted by HJ.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Nubuatan ini terdatum pada abad ke 9 atau delapan SM. Inilah Obaja yang sam
a dengan yang tertera dalam 2 Raja-raja, PL. Di sana Obaja digambarkan sebagai Nabi semasa pelayanan Raja Ahab dan berjumpa dengan Nabi Elia. Perseteruan antara Raja Ahab dan Nabi Elia tentu amat kita kenal. They are famous enemies. Ahab dan Istrinya Izebel membinasakan Para Nabi Israel. Nabi Elia melawan mereka. Suatu zaman yang menggemparkan, dan waktu yang berbahaya untuk loyal kepada Tuhan. Obaja meskipun berada dalam pelayanan Raja Ahab tadi tetapi ia memperlihatkan takut akan Tuhan yang luar biasa. Ia amat hormat kepada Tuhan dan sesama nabinya, termasuk terhadap Elia. Nabi Obaja menyembunyikan ratusan nabi Israel di gua-gua persembunyian dan memberikan kepada mereka makanan dan minuman, dan dengan berbuat demikian sebenarnya membahayakan kedudukannya sendiri sebagai Nabi Istana. Dulu ada Hawaian Band bernama Suara Istana. Zamannya Cok de Fretes dan Rudy Wairata. Itu semua indah. Tetapi bagi Nabi Istana ini siap menanggung semua risiko bahaya dari pekerjaannya.Dengan menyelamat -kan nyawa para Nabi itu, Nabi Obaja membahaya-kan nyawanya sendiri.
Obaja yakin bahwa Allah adalah penguasa atas segala sesuatu yang berlaku di di dunia ini. Karena keyakinan ini, Obaja menjalankan kehidupannya dengan taat akan Tuhan, dengan tidak memperdulikan harapan-harapan zaman semasanya. Obaja tahu bahwa pemerintahan Raja Ahab akan sementara saja. Tetapi penghakiman Tuhan akan permanent atau tetap. Bahaya dari dalam Israel adalah diperintah oleh Raja yang Tidak Ber-Tuhan atau tak taat kepada Tuhan. Bahaya dari luar adalah bangsa-bangsa yang kejam di sekitarnya. Saat itu berbahaya menjadi orang Israel. Obaja bahkan memperingatkan Edom bahwa mereka justru akan memahkamahkan diri mereka dengan tidak mau tahu akan klaim Tuhan Allah atas Israel. Nubuat Obaja dapat terdengar sebagai nubuat pembalasan dan nubuat yang amat nasionalistik. Tetapi ada hal yang lebih dari sekedar fakta itu. Allah yang Transenden atau transcendent above human affairs, adalah Allah yang involved secara intim dengam manusia. (intimately involved with them). Allah Langit adalah juga Allah Bumi , dan segenap manusia bertanggung jawab terhadap-Nya. Edom dan Israel merupakan Negara-Negara Bersaudara. Nagara Basudara. Brother Nations. Keduanya keturunan Abraham, Bapa orang Beriman. Israel adalah keturunan bersaudara yang lebih muda, Yakub. Edom dari Esau. Keduanya tak pernah akur, demikian bangsa-bangsa keturunan mereka. Sepanjang zaman kita melihat bahwa hubungan atara mereka diliputi oleh pendirian yang bertolak belakang, saling tidak percaya, dan perbantahan atau bahkan perselisihan dan percekcokan. Bila kita membaca Obaja, maka kita membaca lebih dari hanya dakwaan nasional atau national indictment. Kita justru membaca suatu tuntutan yang diperhadapkan , a charge levied , pada Saudara Yang Saling Bertengkar. A Sibling Fight,once and continued. Pertengkaran Antar Saudara, adalah kenyataan yang dapat juga terus terjadi. Edom bukan saja telah melakukan kesalahan terhadap suatu bangsa, tetapi terhadap saudaranya sendiri. Diserang oleh suatu Negara musuh adalah hal yang biasa. Diserang oleh Negara Bersaudara, atau Negara Jiran atau Negara Sesama Famili, atau oleh Anggota Famili atau Keluarga sendiri atau oleh Sahabat adalah suatu hal yang yang tak terperikan deritanya. Lihat ayat-ayat sejak ayat 11-14, suatu gambaran yang yang amat memalukan, amat tragis, amat ironis.
As we wept, you gloated and laughed.
When we fled, you slew us in the street.
If we escaped you handed us over to our enemies. Garis dasarnya adalah: Edom telah melakukan kekerasan terhadap Israel. Englau tidak seharusnya melakukannya. Obaja tahu bahwa Israel bukanlah tanpa salah dalam hal ini. Israel telah melakukan keselahannya. Israel telah menyimpang dari patuh akan Tuhan untuk masa yang lama. Raja Ahab dan Ratu Izebel telah menghancurkan Ibadah yang Patut terhadap-Nya. Obaja tahu bahwa penghakiman Allah terhadap Israel termasuk juga penderitaan Israel karena tekanan musuhnya. Tetapi penghakiman Tuhan juga bukanlah suatu pembenaran terhadap sikap Edom terhadap Umat Allah ini. Edom bersalah atas kesombongannya. (Pride). Bukankah Tuhan telah memberikan tanah kepada Edom untuk hidup? Di Selatan Israel. Tanah yang diberikan kepada Edom itu bergunung dan berbatu. Kotanya di tempat tinggi yang amat terjal, sehingga tak mudah diserang (virtulally unassailable). Edom merasa aman dan tak akan tersentuh, (untouchable). Tetapi menurut Obaja, mereka membodohi dirinya sendiri. Kesombongan hati mereka telah menipu mereka sendiri. “Engkau yang tinggal di celah bukit batu, di ketinggian kediamanmu, yang berkata dalam hatimu, siapakah yang akan membawa kami turun ke bumi? Tuhanlah yang akan membawamu turun. The Lord will bring you down. Meskipun engkau membangun tempat tinggalmu di ketinggian bersarangnya rajawali. engkau akan dijatuhkan, engkau akan digulingkan”. Obaja berjanji bahwa Edom akan dihukum oleh Tuhan karena kesombongan mereka. Ia akan mengembalikan kepada mereka kejahatan mereka sendiri. Seperti yang dilakukannya terhadap Israel, demikian juga akan dialami Edom atas dirinya. Tuhan akan mengembalikan kejahatan mereka terhadap Edom sendiri. Pada waktu pencuri datang, mereka membawa apa yang dapat dibawanya pergi. Lihat ayat 4,5, 6,7, itulah penderitaan Edom. Semua akan dipotong. Disembelih, Ini hari Korban. Ayat 8 dan 9 memperli-hatkan penghukuman Tuhan. Mari baca Amsal 16:18:”Kecongkakah mendahu -lui kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”. Jangan ada yang merasa aman seperti Edom. Dalam hal apapun, politik, keamanan, ekonomi dll. Obaja hendak menyampaikankepada kita bahwa Ia mempunyai SOR, Standard Of Relationship. SOR senantiasa berada di atas semua hal yang kita sendiri alami. God’s SOR is above Our Circumstances.(OC). Betapa kejamnya Edom yang melihat Israel menderita karena musuhnya, malahan melakukan kerja sama menggalang kekuatan dengan para Musuh Israel Joint Forces dengan para musuh Israel tidak diperbolehkan. It is not permissible to join the attacks, to join foreign nations to attack Israel. Other nations are not the standard for good and evil. God is standard of it, regardless of the circumstances, God’s standard stays in effect. Kita hidup dalam dunia yang yang mengingkari kebenaran dasar. Bahkan orang menaruh keprihatinan kecil terhadap apa yang benar dan salah. Janganlah tentang apa yang saleh atau kehendak Tuhan. Yang ada hanya apa yang legal dan apa yang illegal. Lihat saja praktek korupsi di negeri kita, di mana para pelakuknya bahkan mengalami pembebasan. Atau masalahnya dibonsai atau dikerdilkan. Lihat kasus Gayus Tambunan. Masalah Pajak, Bank Century, dll. Bandingkan dengan nasib para Pekerja Migran yang hanya pergi untuk mendapatkan upah, bahkan tidak dibayar gajinya oleh para majikan, dianiaya karena ternyata tak mampu bekerja seperti yang dijanjikan. Perlakuan terhadap Sumiyati dan warga Negara lainnya yang bahkan trerbunuh dan dilempar ketempat sampah, sungguh tragis. Sungguh biadab. Bagaimana kita akan berdiam saja? Masalah ini harus diatasi dengan bentuk moratorium yang jelas melakukan penghentian pengiriman tenaga kerja perempuan ke Negara-negara sedemikian. Lebih lanjut tentunya menciptakan UU yang mengatur dan melindungi serta mengawasi keberadaan kerja dan keselamatan jiwa dan kesejahteraan mereka.
Lihat ayat 15, “seperti yang engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan terhadapmu. Perbuatanmu akan menimpa kepalamu sendiri”.
Buatlah Daftar dari Mereka yang Membuat Ketidak-adilan terhadapmu.
Di samping KDRT biasa ada juga Ketidak-Adilan Dalam Rumah Tangga. Bayangkan banyak perseteruan dalam antara anggota Keluarga. Bayangkan andaikata kita mempunyai kuasa, maka kita biasanya berpikir bahwa kita dapat berbuat apa saja dengan kuasa yang ada pada kita. Bayangkan kalau kita kaya dan berkedudukan tinggi, maka kita cenderung menjadikan orang lain hamba kita.
Pada zaman Obaja banyak orang menyembah ilah-ilah. Itu adalah karena roh zaman berkata bahwa praktek demikian itu baik adanya. Kita hadapi peristiwa Bius Gayus, Pelbagai Ketidak Adilan dan Penyelewengan yang kasusnya tetap tertutup. Pertandingan yang sangat disukai adalah Ping-Pong.Artinya, terjadi terus satu instnsi menyalahkan lainnya serta satu pejabat menyalahkan lainnya, timbale balik dan menerus demikian. Tak ada yang mau mengaku bersalah. Instansi lainlah yang bersalah.
Kesombongan tetap menjadi modal kita. Bahaya itulah yang harus kita hindari. Kerendahan hati akan dapat menjadi bagian kita dalam hubungan dengan orang lain apabila kita takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak-Nya. Manusia lupa akan Perjanjian Allah. Umat manusia atau seorang manusia harus sadar bahwa ia berada dalam suatu Perjanjian dengan Allah. Isreal adalah Umat Perjanjian. Seluruh umat manusia berada dalam perjanjian itu. Dari mana kita tahu? Dari Firman Tuhan atau Alkitab. Dari mana dunia tahu? Dari kata perjanjian yang sesungguhnya berasal dari kata berith, covenant atau verbond itu. Tak ada hubungan antar Negara tanpa perjanjian. Bukankah perjanjian itu merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Tuhan? Katakanlah ada orang yang tak percaya kepada Tuhan. Dari mana ia tahu? Ia tahu dari dunia sekitar, alam akan berbicara kepadanya dan hati nuraninya akan membisikkannya.
Jangan lupa bahwa kita adalah Umat Perjanjian. Agar kita patuh terhadap Tuhan dan tidak menyengsarakan sesama atau saudara kita.
Agar kita ,menghormati perjanjian dengan Tuhan,mulai dari Perjanjian Tuhan dengan Abraham sampai Perjanjian Tuhan dalam Memberikan Anak-Nya yang Tunggal bagi penebusan seluruh umat manusia. Kristus telah disalibkan bagi kita. Dia yang begitu tinggi dibuat menjadi begitu rendah. Bukankah dengan demikian kita juga harus saling melayani , jangan saling menghabiskan? Api Elia menghanguskan , itu dulu. Kini Salib Kristus. Salib itu harus jadi tolok ukur kita dalam melayani dan bekerja di dunia ini. Di sana ada Tolok Ukur Kekal dari Allah terhadap semua perilaku kita, siapapun kita. Demikian berbedanya perilaku yang harus kita hadirkan sehingga Rasul Paulus berkata:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.(Roma 12:2). Not to be conformed to the world, but utterly transformed by the renewing of our minds. Semua hubungan kita akan dihakimi, Bukan oleh kebaikan orang lain, Bukan pula apakah kita menyukai mereka atau tidak menyukai mereka, Bukan oleh situasi di mana mereka berada, Tetapi sesuai dengan siapakah Tuhan itu. Kita harus adil, sebab Allah adalah adil. Kita harus mengasihi, karena Allah mengasihi kita, Kita harus saling berkorban, sebab Allah telah mengorbankan Diri-Nya bagi kita. Kita harus merendahkan diri,berdamai dengan sesama, saling memberanikan, saling mendoakan, saling memberkati, sebab Allah melakukan semuanya itu bagi kita.
Bukanlah karena kita layak menerimanya, tidak
sama sekali. Sebab utamanya adalah karena
Itulah Standard of Relationship designed by
God, atau Tolok Ukur Tuhan.
Lihatlah kepada Kristus Tuhan yang tak pernah melanggar Standard of Relationship dari Allah tetapi justru melampauinya sedemikian , sehingga Ia mau mati bagi kita. Keselamatan adalah maksud utama Allah bagi kita semua. Mulailah terapkan Standard Hubungan dan Keselamatan , Standard For Relationship and Salvation (SORS) dalam semua tata hubungan kita. Stop lakukan kekerasan terhadap sesama, utamanya Pekerja Perempuan di Negeri Jiran dan Tetangga, Asia dan , Arab Saudi, Timur Tengah dan di manapun. Bukan saja sebangsa kita bersaudara, tetapi Sedunia kitapun bersaudara. Amin
*God’s Standard of Relationship” by Jason Hefner; translated and adapted by HJ.
Rabu, 01 Desember 2010
Bosan berbuah Lagu Pujian
“Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mazmur 98:4). "Gembira" atau "Joy" adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati orang Kristen pada masa Adven (menyongsong Natal). Selama masa Adven, gereja di Eropa pada abad ke-17 memiliki tradisi membaca kitab Mazmur. Isaac Watts (18 tahun) merasa bosan dengan cara jemaat menyanyikan ayat-ayat Mazmur.
Ayahnya melihat hal ini. Maka dia memberikan tantangan kepada Watts: "Anak muda, kalau kamu bosan dengan lagu Mazmur ini, mengapa kamu tidak menciptakan lagu yang lebih baik?" Tertantang oleh ucapan ayahnya, bocah Inggris yang sejak usia tahun sudah fasih bahasa Latin ini segera membuka Mazmur 98:4-9. Maka terciptalah lagu yang aslinya berjudul "The Messiah's Coming and Kingdom". Untuk melodinya, Lawol Mason, seorang musisi dari Amerika mengadaptasikannya dari komposisi George Frederick Handel, dari Jerman. Lagu ini kemudian populer dengan judul “Joy to the World" atau "Hai Dunia, Gembiralah".
Perikop dalam Mazmur 98:4-9 menceritakan janji Tuhan yang akan memulihkan dan melindungi umat-Nya. Janji itu sudah digenapi dengan kedatangan Yesus ke dunia ini.
Waktu remaja, saya mendapat janji dibelikan sepeda balap. Saya begitu menantikan janji itu digenapi. Dan ketika orang tua membelikan sepeda balap itu, hati saya meluap sukacita.
Selama berabad-abad Allah menjanjikan keselamatan kepada manusia. Allah telah menggenapi janji itu. Maka, layaknyalah kita bergembira dan bersorak-sorai dalam memperingati penggenapan janji Allah itu.
dari: www.purnawan.web.id
Ayahnya melihat hal ini. Maka dia memberikan tantangan kepada Watts: "Anak muda, kalau kamu bosan dengan lagu Mazmur ini, mengapa kamu tidak menciptakan lagu yang lebih baik?" Tertantang oleh ucapan ayahnya, bocah Inggris yang sejak usia tahun sudah fasih bahasa Latin ini segera membuka Mazmur 98:4-9. Maka terciptalah lagu yang aslinya berjudul "The Messiah's Coming and Kingdom". Untuk melodinya, Lawol Mason, seorang musisi dari Amerika mengadaptasikannya dari komposisi George Frederick Handel, dari Jerman. Lagu ini kemudian populer dengan judul “Joy to the World" atau "Hai Dunia, Gembiralah".
Perikop dalam Mazmur 98:4-9 menceritakan janji Tuhan yang akan memulihkan dan melindungi umat-Nya. Janji itu sudah digenapi dengan kedatangan Yesus ke dunia ini.
Waktu remaja, saya mendapat janji dibelikan sepeda balap. Saya begitu menantikan janji itu digenapi. Dan ketika orang tua membelikan sepeda balap itu, hati saya meluap sukacita.
Selama berabad-abad Allah menjanjikan keselamatan kepada manusia. Allah telah menggenapi janji itu. Maka, layaknyalah kita bergembira dan bersorak-sorai dalam memperingati penggenapan janji Allah itu.
dari: www.purnawan.web.id
Pohon Natal untuk Keluarga Obama
Gedung Putih menerima kehadiran “anggota baru”. Anggota baru yang datang menjelang Natal itu adalah pohon cemara Douglas setinggi 5,63 meter. Pohon pemberian seorang petani dari Pennsylvania ini dinobatkan sebagai Pohon Natal Gedung Putih untuk Natal tahun ini. Dalam sebuah upacara, Ibu Negara Michelle Obama dan dua putrinya, Malia dan Sasha menerima pohon cemara tersebut diiringi lagu “Oh Christmas Tree” dari band militer, Jumat pekan lalu.
Pohon dibawa dengan kereta kuda melewati gerbang Gedung Putih. Adalah seorang petani, Christopher Botek, yang mempersembahkannya untuk keluarga Obama. Dia menanam pohon cemara tipe Douglas itu di peternakan miliknya di Lehighton. Botek, yang membawa istri dan dua putrinya ke Gedung Putih mengatakan, dia merasa terhormat menyerahkan pohon cemara tersebut. "Tidak ada yang lebih besar daripada hal ini, sebagai petani pohon Natal," katanya, seperti dikutip Reuters. Ini merupakan kali kedua pertanian Botek memasok pohon Natal untuk Gedung Putih. Pada 2006, orangtua Botek mempersembahkan pohon untuk Presiden George W Bush.
Pohon itu akan dipamerkan di Ruang Biru. Biasanya, ruang ini menjadi daya tarik utama ribuan orang yang berlalu-lalang untuk liburan dan wisata umum sepanjang Desember. Botek berhak menyumbangkan sebuah pohon setelah memenangkan kontes Asosiasi Pohon Natal Nasional. Staf Gedung Putih mengunjungi peternakan pemenang untuk memilih pohon resmi.
Pohon dibawa dengan kereta kuda melewati gerbang Gedung Putih. Adalah seorang petani, Christopher Botek, yang mempersembahkannya untuk keluarga Obama. Dia menanam pohon cemara tipe Douglas itu di peternakan miliknya di Lehighton. Botek, yang membawa istri dan dua putrinya ke Gedung Putih mengatakan, dia merasa terhormat menyerahkan pohon cemara tersebut. "Tidak ada yang lebih besar daripada hal ini, sebagai petani pohon Natal," katanya, seperti dikutip Reuters. Ini merupakan kali kedua pertanian Botek memasok pohon Natal untuk Gedung Putih. Pada 2006, orangtua Botek mempersembahkan pohon untuk Presiden George W Bush.
Pohon itu akan dipamerkan di Ruang Biru. Biasanya, ruang ini menjadi daya tarik utama ribuan orang yang berlalu-lalang untuk liburan dan wisata umum sepanjang Desember. Botek berhak menyumbangkan sebuah pohon setelah memenangkan kontes Asosiasi Pohon Natal Nasional. Staf Gedung Putih mengunjungi peternakan pemenang untuk memilih pohon resmi.
Selasa, 30 November 2010
Zwarte Piet, Sang Penolong Santa Claus
KETIKA Santa Claus muncul untuk membagikan hadiah bagi anak-anak menjelang Natal, ada asistennya yang selalu siap membantu. Adalah Zwarte Piet, atau yang biasa disebut Piet Hitam. Di beberapa kisah, Piet Hitam digambarkan dengan sosok seorang budak hitam. Tugasnya, menghukum anak yang nakal dengan sebuah tongkat dan memasukkan mereka ke dalam karung. Mereka kemudian dibawa ke Spanyol.
Legenda Zwarte Piet sempat dianggap rasis karena merujuk kalau Santo Nikolas atau Santa Claus memanfaatkan budak Afrika untuk membantunya dalam hari sebelum pakjesavond, saat anak-anak membuka kado Natal pada 5 Desember. Namun kini, Zwarte Piet tidak digambarkan sebagai budak. Zwarte Piet, kala itu tidak tahu harus kemana, karena dia terpisah dari rekannya dan dia tidak memiliki pekerjaan.
Akhirnya Santa Claus menawarkannya pekerjaan. Beberapa kisah mengatakan kalau dia bertugas menulis daftar hal yang diingini oleh anak-anak, yang lain mengatakan kalau Zwarte Piet mengikuti jejak semua anak nakal untuk memasukannya kedalam karung.
Beberapa dasawarsa lalu, cerita ini telah diubah dan budak itu telah menjadi “budak modern” yang mempunyai muka hitam karena mereka memanjat cerobong asap dan menjadi hitam karena jelaga atau arang dari api. Sinterklaas memakai baju mirip dengan uskup. Dia memakai mitra merah dengan salib emas dan membawa tongkat uskup. Kemiripannya dengan uskup dari Myra terlihat jelas disini.
Menurut tradisi, Piet bertugas untuk berbagai macam hal, navigasi untuk keretanya dari Spanyol menuju Belanda, atau Piet untuk memanjat atap untuk memasukan hadiah ke dalam cerobong asap. Dalam beberapa tahun, banyak cerita telah muncul. Paling banyak dibuat oleh orang tua untuk membuat anak-anak tetap percaya kepada Santa Claus dalam kebijaksanaan dan untuk menghilangkan kelakuan yang buruk. Dalam beberapa kasus, Piet agak ceroboh dalam pekerjaan, seperti Piet sebagai navigasi menunjuk ke arah yang salah. Ini lebih sering digunakan untuk memberikan komedi kecil dalam parade tahunan saat Santa Claus datang ke Belanda.
Legenda Zwarte Piet sempat dianggap rasis karena merujuk kalau Santo Nikolas atau Santa Claus memanfaatkan budak Afrika untuk membantunya dalam hari sebelum pakjesavond, saat anak-anak membuka kado Natal pada 5 Desember. Namun kini, Zwarte Piet tidak digambarkan sebagai budak. Zwarte Piet, kala itu tidak tahu harus kemana, karena dia terpisah dari rekannya dan dia tidak memiliki pekerjaan.
Akhirnya Santa Claus menawarkannya pekerjaan. Beberapa kisah mengatakan kalau dia bertugas menulis daftar hal yang diingini oleh anak-anak, yang lain mengatakan kalau Zwarte Piet mengikuti jejak semua anak nakal untuk memasukannya kedalam karung.
Beberapa dasawarsa lalu, cerita ini telah diubah dan budak itu telah menjadi “budak modern” yang mempunyai muka hitam karena mereka memanjat cerobong asap dan menjadi hitam karena jelaga atau arang dari api. Sinterklaas memakai baju mirip dengan uskup. Dia memakai mitra merah dengan salib emas dan membawa tongkat uskup. Kemiripannya dengan uskup dari Myra terlihat jelas disini.
Menurut tradisi, Piet bertugas untuk berbagai macam hal, navigasi untuk keretanya dari Spanyol menuju Belanda, atau Piet untuk memanjat atap untuk memasukan hadiah ke dalam cerobong asap. Dalam beberapa tahun, banyak cerita telah muncul. Paling banyak dibuat oleh orang tua untuk membuat anak-anak tetap percaya kepada Santa Claus dalam kebijaksanaan dan untuk menghilangkan kelakuan yang buruk. Dalam beberapa kasus, Piet agak ceroboh dalam pekerjaan, seperti Piet sebagai navigasi menunjuk ke arah yang salah. Ini lebih sering digunakan untuk memberikan komedi kecil dalam parade tahunan saat Santa Claus datang ke Belanda.
Senin, 29 November 2010
Advent, Minggu Penantian
PADA Minggu 28 November 2010, kita akan memasuki Minggu Adven Pertama. Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas, antara tanggal 27 November dan 3 Desember, dan berlangsung sampai Malam Natal 24 Desember. Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal. Nama Adven diambil dari kata Latin Adventus yang artinya adalah Kedatangan.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Adven diduga mulai dirayakan dikalangan umat Kristen sejak abad keempat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat. Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524). Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir.
Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: “Bapa di surga… tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.
Pendeta atau pastur biasanya mengenakan toga (kasula) yang berwarna ungu kerajaan atau biru kerajaan pada masa-masa ini. Banyak gereja juga menempatkan sebuah rangkaian daun Adven pada misa atau kebaktian-kebaktian Adven mereka. Karangan daun itu terdiri atas empat batang lilin (tiga ungu dan satu berwarna merah jambu) yang ditata di sebuah lingkaran yang berwarna hijau yang melambangkan kehidupan yang kekal.
Lilin-lilin itu dinyalakan sebagai berikut:
Minggu Pertama: sebatang lilin ungu
Minggu Kedua: dua batang lilin ungu
Minggu Ketiga: dua batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu
Minggu Keempat: keempat lilin
Lilin dan warna liturgis ungu melambangkan warna pertobatan dan penyesalan yang ditandai oleh masa puasa. Lilin merah jambu dinamai juga lilin "Sukacita" (Gaudete) dan lilin ini berasal dari sejarah Adven. Puasa pada masa Adven dibuka pada hari Minggu yang ketiga sebagai penantian akan peristiwa besar yang akan datang. Seringkali sebatang lilin putih dinyalakan di tengah lingkaran. Ini adalah Lilin Kristus, yang melambangkan kelahiran Kristus. Lilin ini dinyalakan pada Malam Natal atau pada hari Natal itu sendiri.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Adven diduga mulai dirayakan dikalangan umat Kristen sejak abad keempat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat. Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524). Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir.
Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: “Bapa di surga… tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.
Pendeta atau pastur biasanya mengenakan toga (kasula) yang berwarna ungu kerajaan atau biru kerajaan pada masa-masa ini. Banyak gereja juga menempatkan sebuah rangkaian daun Adven pada misa atau kebaktian-kebaktian Adven mereka. Karangan daun itu terdiri atas empat batang lilin (tiga ungu dan satu berwarna merah jambu) yang ditata di sebuah lingkaran yang berwarna hijau yang melambangkan kehidupan yang kekal.
Lilin-lilin itu dinyalakan sebagai berikut:
Minggu Pertama: sebatang lilin ungu
Minggu Kedua: dua batang lilin ungu
Minggu Ketiga: dua batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu
Minggu Keempat: keempat lilin
Lilin dan warna liturgis ungu melambangkan warna pertobatan dan penyesalan yang ditandai oleh masa puasa. Lilin merah jambu dinamai juga lilin "Sukacita" (Gaudete) dan lilin ini berasal dari sejarah Adven. Puasa pada masa Adven dibuka pada hari Minggu yang ketiga sebagai penantian akan peristiwa besar yang akan datang. Seringkali sebatang lilin putih dinyalakan di tengah lingkaran. Ini adalah Lilin Kristus, yang melambangkan kelahiran Kristus. Lilin ini dinyalakan pada Malam Natal atau pada hari Natal itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)