Mazmur 133:1-3
133:1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Dalam sebuah keluarga yang terdiri dari orang tua dan dua orang anaknya, sedang terjadi perbincangan. Sang ayah sedang menegur anaknya yang sulung karena selalu mengganggu dan membuat adiknya menangis, sang ayah berkata supaya mereka meniru sikap tetangga mereka yang memiliki sembilan anak, namun selalu rukun dan tidak pernah terdengar adanya keributan. Ia meminta anaknya untuk saling mengasihi dan rukun satu sama lain.
Kerukunan bukan berarti tidak pernah mengalami konflik atau tidak pernah ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Konflik dan perbedaan bisa saja tetap terjadi, namun dalam ruang lingkup kerukunan, konflik dan perbedaan pandangan adalah ‘bumbu penyedap’ sebuah hubungan. Artinya, jangan sampai perbedaan pendapat membuat kita kehilangan kasih terhadap sesama.
Kita semua tentu saja mendambakan hubungan yang rukun, ayem tentrem. Bayangkanlah bila keluarga kita rukun, gereja kita rukun, sekolah tempat kita bekerja rukun, masyarakat tempat kita tinggal saling menjaga kerukunan satu sama lain; betapa indah dan baiknya keadaan ini bukan?
Namun kerukunan tidak datang sendiri, ia harus diusahakan setiap hari. Caranya adalah dengan menanamkan sikap saling menghargai, menghormati, mengasihi, berpikir positif, dan menjauhkan diri dari niat buruk satu sama lain.
Kerukunan tidak mungkin datang dari langit secara tiba-tiba namun
buah dari usaha keras untuk saling mengasihi dan menghargai satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar