Minggu, 04 Mei 2008

BERTEOLOGIA DALAM IMAN ATAU BERIMAN TEOLOGI?
Istilah teologi bukanlah istilah Alkitab. Theologia mula-mula dipahami secara sempit, merujuk pada pemahaman tentang Allah (Clement of Alexandria dan Eusebius of Caesarea). Pengertian modern tentang theologia sebagai disiplin/ilmu tentang hal-hal yang sakral baru muncul pada abad XII-XIII, seiring dengan berkembangnya University of Paris. Selanjutnya istilah ini dipahami dalam konteks kehidupan yang praktis. Teologi tidak lagi menjadi konsumsi intelektual seperti pada zaman skholastik.
Istilah iman merunut pernyataan Alkitab berarti dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Iman adalah dasar kita untuk mempercayai sesuatu yang tidak pernah atau belum kita sentuh menggunakan panca indera. Kita mempercayai Allah yang tak kelihatan berarti kita mengimani keberadaan dan kedaulatan dan kekuasaan Allah terhadap manusia dan alam semesta.
Berteologia dalam Iman
Teologia sebagai bidang ilmu telah memaksa beberapa pihak untuk meninggalkan keyakinannya terhadap beberapa hal pokok. Teologia telah menancapkan kekuasaannya dalam kehidupan gereja masa kini. Akankah tetap relevan apabila kita memaksakan diri untuk berteologi dengan iman?
Berteologi dengan iman, menurut penulis berarti menaruh telogi di dalam pengawasan iman akan Allah yang benar. Kebenaran Allah menunjukkan jalan, sebagai kompas bagi gerak dan arah teologia iman. Berteologia dalam iman berarti mengakui adanya hal-hal supranatural yang terjadi di luar kemampuan dan kekuasaan akaliah kita sebagai manusia terbatas, ini berarti mengakui adanya kuasa adikodrati yang mengendalikan hidup kita. Akhirnya kita melihat bahwa berteologia dalam iman haruslah menyalibkan seluruh kesombongan kita sebagai makhluk yang merasa hebat di depan sang Pencipta.
Iman dalam pengertian makalah ini adalah iman kepada Allah Pencipta langit dan bumi, Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Iman ini berarti pengakuan terhadap eksistensi Alkitab sebagai firman Allah sepenuhnya dan tanpa salah dalam naskah aslinya serta mengakui bahwa naskah yang kita miliki saat ini sekurang-kurangnya tidak berbeda makna dan arti dengan naskah asli Alkitab.
Hal ini memang membawa berbagai konsekuensi, antara lain kita harus berhadapan dengan teologia-teologia kontemporer, pula dengan keyakinan para ilmuwan terhadap teori evolusi dan teori turunannya. Akan tetapi kita yang berpegang pada berteologia dalam iman akan dengan tegar hati dan pertolongan Roh Kudus tetap mempertahankan konsep konservatif Injili dalam setiap pengajaran.
Beriman Teologi
Beriman teologi memberikan ruang yang amat besar, bahkan amat sangat besar bagi pemakaian hasil penelitian ilmuwan-ilmuwan evolusionist. Konsep mengenai berbagai kejadian dalam Alkitab mengalami perubahan dan pergeseran. Hal ini berakibat pada menurunnya kewibawaan dan otoritas Alkitab terhadap teologia mereka. Beriman teologi memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita untuk mengkritisi kebenaran Alkitab dari berbagai sudut pandang. Hal ini membuat ilmu teologia sebagai alat ukur bagi kewibawaan suatu teks dalam Alkitab.
Dalam dunia post modernisme saat ini, banyak teolog-teolog kontemporer yang mempresentasikan beriman teologi dalam setiap pengajaran, khitbah, buku-buku, dan makalah-makalahnya. Orang dibawa untuk menjauh dari keberadaan teologi masa lalu yang dianggap terlalu konservatif dan ketinggalan zaman.
Seluruh kepercayaan dan ketakutannya akan kehendak, kebesaran dan kedaulatan Allah telah dibuang dan diremukkan demi pembelaan atas iman yang didasarkan pada teologi tertentu. Setiap gerakan diperhitungkan atas kebenaran teologi yang dipercayainya,kebenaran merupakan sesuatu hal yang relatif tanpa ada tolok ukur yang pasti dan jelas. Beriman teologi mempercayai manusia mampu untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan apapun yang ia mau. Allah hanyalah pencipta dunia dan bukan penggerak atau penjaganya, kitalah yang sekarang memiliki hak untuk menjaga ciptaan Allah.
Intinya, beriman teologi berarti mempergunakan seluruh hasil pemikiran manusia sebagai dasar kepercayaan dan falsafah hidupnya. Setiap manusia benar menurut pandangannya sendiri.
Apa yang kulakukan?
Tak perlu bersusah hati, saat ini zaman akhir sehingga seperti yang dituliskan dalam Alkitab, akan ada banyak guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu, karena itu berhati-hatilah. Alkitab adalah sumber pengajaran dan sumber kebenaran satu-satunya yang tanpa salah dan cela. Apabila kita bersandar pada kebenaran sejati ini, maka tiada hal yang salah dari kita. Meskipun ada banyak orang yang mulai berimankan teologi dengan menggeser Alkitab baiklah kita tidak mengikutinya. Sebaliknya kita harus berteologia dalam terang firman Allah, yaitu Alkitab. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar