Selasa, 27 Mei 2008

PANDANGAN IMAN KRISTEN TERHADAP ASTROLOGI
Penulis akan menyajikan beberapa pembahasan yang meliputi pengertian astrologi, sejarah perkembangan astrologi, daya tarik astrologi, bahaya dari astrologi dan pandangan kekristenan terhadap astrologi. Adapun penjelasan dari hal tersebut, akan dijelaskan penulis sebagai berikut:
Pengertian Astrologi
Kegiatan okultisme secara garis besar dibagi tiga, yaitu ramalan nasib, magic dan spiritisme. Ramalan nasib sendiri dibagi menjadi lima jenis, yaitu radiasthesia (menggunakan cabang kayu atau bandulan), astrology (biasanya dihubungkan dengan horoskop, astromantik dan kosmobiologi), palmistry (nujum atau rajah tangan), ramal kartu (biasanya menggunakan kartu tarot) dan psychometric clairvoyance (ahli nujum atau tenung). Dari kelima jenis ramalan tersebut, yang paling populer adalah astrologi.
Kata astrologi atau ilmu perbintangan diserap dari bahasa Yunani, dimana berdasarkan letak posisinya dari berbagai benda langit mereka bisa meramalkan nasib seseorang.
Astrologi adalah ilmu yan mempelajari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang, yang dipercayai memberi dampak atau pengaruh kepada kehidupan seseorang dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia. Astrologi juga merupakan bentuk ramalan kuno yang masih banyak dipraktikkan oleh penyihir-penyihir yang mencoba mendapatkan informasi tentang orang-orang atau kejadian-kejadian dan juga mencoba meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan.
Astrologi ini berkaitan dengan yang namanya ramalan dan tenung. Di sini pengertian ramalan itu sendiri adalah usaha untuk mendapatkan informasi tentang masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang dengan sarana okultisme. Sedangkan tenung berarti mencoba mengetahui sebelumnya atau dari jauh suatu peristiwa yang tak dapat dilihat dengan cara biasa saja. Tenung terdapat dalam banyak bentuk yang digolongkan menjadi dua, yaitu tenaga batin dan dengan memakai alat.
Sejarah Perkembangan Astrologi
Ilmu perbintangan atau astrologi ini berasal dari Mesopotamia, daratan di antara sungai Tigris dan Efrat, daerah asal orang Babel kuno. Astrologi ini berkembang sejak zaman pemerintahan Babel kuno, kira-kira tahun 2000 sebelum Masehi. Waktu itu para astrolog hanya mengenal lima planet, yaitu Yupiter, Mars, Merkurius, Bumi dan Venus. Tahap demi tahap ilmu semakin berkembang dan ramalan zodiak ini merupakan bukti perkembangan ilmu tersebut. Dari Mesopotamia (Babilonia) penaruh astrologi mulai menyusup ke tanah Yunani. Dan di sana berkembanglah astrologi semasa kebudayaan Yunani mencapai puncak perkembangannya.
Awalnya zodiak ini dikembangkan di Mesir dan kemudian diambil ahli oleh orang Babel. Para astrolog mengembangkan suatu sistim yang menghubungkan perubahan musim dengan kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Padahal awalnya para astrolog mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan. Kemudian mereka mengembangkan menjadi suatu sistim untuk menggambarkan horoskop seseorang. Orang Yunani dan Romawi mempunyai andil besar dalam perkembangan astrologi, bahkan sampai sekarang nama-nama Romawi bagi planet-planet itu masih digunakan.
Sejarah juga mencatat bahwa bangsa Cina telah mengenal ilmu perbintangan sejak abad keduapuluh sebelum Masehi. Mereka menganggap bintang kutub sebagai pusat alam dan negeri Cina sebagai pusat bumi. Pada tahun 700 sebelum Masehi, pencatatan tentang meteor, komet dan meteorit sudah dilakukan dengan seksama di negeri Cina ini. Dan sampai saat ini masih dapat diamati bekasnya, yaitu sebentuk kabut yang merupakan bekas bintang yang meledak.
Jadi astrologi, baik dulu maupun sekarang, menghitung ramalan mereka berdasarkan pandangan geosentris yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat sedankan planet-planet lain berputar mengelilinginya.
Daya Tarik Astrologi
Astrologi menunjukkan kepada para penggemarnya suatu dunia yang berbeda, dimana mampu menawarkan sejumlah informasi-informasi mengenai nasib atau keberuntungan di masa depan, yang sebenarnya bukanlah merupakan suatu kebenaran. Astrologi adalah kepercayaan yang sia-sia, sebab astrologi aslinya adalah agama perbintangan. Orang-orang yang mempercayai astrologi terjebak dalam keyakinan yang bodoh. Namun karena manusia cenderung memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, maka mereka mempercayainya. Apalagi bila informasi yang diberikan adalah hal yang menyenangkan yang bakal terjadi dalam hidup mereka. Astrologi bermaksud mempelajari sifat-sifat bintang serta pengaruhnya pada kehidupan manusia yang disebut nasib.
Astrologi mengajarkan masalah-masalah kejiwaan tanpa tuntutan moral dan juga menjelaskan kebiasaan-kebiasaan khusus dari kepribadian kita. Hal lain yang menjadi daya tarik dari astrologi sehingga membuatnya semakin berkembang pesat ialah karena penyingkapan-penyingkapannya yang akurat. Namun penyingkapan ini berbeda dengan apa yang kita pikirkan, seperti yang dilakukan juga oleh para psikiater atau konselor. Penyingkapan secara astrologi tidak membutuhkan informasi-informasi yang penting pada kliennya dan juga mereka tidak terlalu penting untuk mengenal siapa kliennya. Tetapi astrolog dapat menyingkapkan rahasia diri seseorang. Ini merupakan kejadian yang mengherankan dan memikat perhatian banyak orang. Di balik hal yang menyenangkan dan daya tarik astrologi yang mempesona, banyak orang yang beralih ke astrologi karena mereka percaya bahwa mereka akan menemukan pertolongan rohani melalui astrologi.
Bahaya dari Astrologi
Daya tarik yang datang dari dalam astrologi ini justru sangat membahayakan. Bahaya terbesar dari astrologi ini adalah jika orang-orang sudah mempercayainya. Mereka akan menjadi sangat tergantung kepada astrologi dan mulai melihat arah hidupnya menurut pandangan astrologi. Kita juga mengetahui bahwa dalam astrologi hari dan tanggal kelahiran seseorang mempengaruhi peruntungan dalam kehidupannya. Bintang-bintanglah yang nasib dan peruntungan manusia, sehingga takdir manusia berada dalam kuasa dan pengaruh bintang tersebut. Hal ini merupakan letak daripada strategi astrologi dan pada akhirnya Tuhan bukan lagi berkuasa dan menjadi sumber pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Astrologi tidak memprediksi segalanya tentang kehidupan manusia. Astrologi hanya menunjukkan kecenderungan psikis yang telah dikembangkan orang tersebut sebagai hasil dari lingkungan di mana ia lahir. Kecenderungan-kecenderungan ini mendorongnya untuk bertindak dalam cara-cara tertentu, mengembangkan pola-pola berpikir tertentu, dan menaruh minat pada beberapa jenis pekerjaan, orang, hiburan, dll.
Astrologi menunjukkan bakat pribadi orang tersebut selain juga pola yang menyimpang di dalam tindakan dan cara berpikirnya, yang bisa mengakibatkan masalah bagi dirinya jika tidak diwaspadai. Namun, astrologi tidak dapat menunjukkan apakah seseorang akan sukses atau gagal dalam hidup, apakah anda akan menjadi kaya atau miskin, atau akankah anda mati muda atau setelah tua. Bahkan bila para astrolog memperkirakan masa depan seseorang, mereka hanya dapat menentukan gambaran umum dari keadaan-keadaan yang akan muncul dan menawarkan bermacam-macam skenario berdasarkan pada jenis kehidupan yang telah dijalani orang tersebut selama ini.
Hal lain yang menjadi bahaya astrologi adalah astrologi tidak dapat diandalkan kebenarannya. Ramalan horoskop berubah-ubah atau tidak tetap, sehingga besar kemungkinan untuk salah. Ramalan astrologi tidak tepat, maka tidak mungkin ada penyingkapan diri astrologi. Selain itu dalam astrologi ada kesalahan dalam memberi nama unsur-unsur dasar dari sistem astrologi itu, bahkan sekalipun unsur-unsur itu tepat, kita juga tidak dapat melihat bahwa unsur-unsur itu ada.
Jadi sebelumnya kita telah mengetahui bahwa astrologi mendasarkan sistemnya pada sifat planet-planet, padahal sesungguhnya astrologi mendasarkan pada dewa-dewa mitologis. Nomenklatur yang menyesatkan ini menunjukkan adanya ketidakterpaduan. Khayalan mengenai dewa-dewa membatalkan kepercayaan kita terhadap astrologi. Dewa-dewa yang tidak ada itu tidak dapat memberikan jawaban-jawaban yang dapat dipercayai atas problema dalam kehidupan nyata dan pokok.
Pandangan Kekristenan terhadap Astrologi
Pandangan hidup Alkitabiah tentang peranan alam semesta dan ciptaan bertentangan dengan pandangan hidup persihiran atau ramalan. Alkitab memang menyatakan bahwa alam itu bagus dan indah. Namun alam bukanlah allah atau bersifat illahi. Menurut Alkitab, manusia adalah penatalayan atas bumi dan segala sumber alam dan diminta untuk mempertanggungjawabkan kepercayaan ini (Kej.1:28-30). Alkitab juga sangat menghargai alam karena alam semesta adalah ciptaan Allah juga. Tetapi bukan berarti alam semesta dapat didewakan atau menjadi pemujaan.
Terang Alkitab menyatakan bahwa, “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada.... Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...” (Kel. 20:3-5) Dari ayat ini, Tuhan menghendaki supaya kita jangan menduakan Tuhan, sebab hanya Ialah yang memiliki kekuasaan atas langit dan bumi.
Alkitab juga jelas menyatakan penolakkannya terhadap ramalan-ramalan. “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.” (Im. 19:31). Selain itu juga dikatakan bahwa, “Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya.” (Im. 20:6).
Perintah yang paling jelas menentang astrologi terdapat dalam Ulangan 18 mulai ayat kesembilan, dimana ketika itu bangsa Israel hendak memasuki tanah perjanjian dan Allah memberi peringatan keras melawan praktik-praktik para penyembah berhala di daerah itu. Salah satu peringatannya adalah agar bangsa Israel tidak menjadi seorang peramal, yaitu seorang astrolog.
Mereka yang mencari keterangan dari astrologi menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan. Mereka tidak menyakini bahwa Allah adalah berkuasa yang mengetahui segala rancangan-rancangan dalam hidup umat-Nya. Kekristenan mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa kehidupan ditentukan oleh kemahakuasaan Tuhan dan pilihan moral pribadi manusia. Allah adalah Maha Kuasa, sebab Ia mengatahui rancangan-rancangan mengenai kita, yaitu rancangan-rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2000.
“Astrologi dan Ramalan.” http://www.kristen.online.com. Diakses pada tanggal 25 September 2006.

Atiyanto, Sridadi. Pandangan Iman Kristen terhadap Astrologi. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1986.

Harlim, Ricky. “Ramalan Bintang.” http://www.jawaban.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2007.

Strohmer, Charles. Rahasia di Balik Astrologi. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995.

“Gagasan Dasar Astrologi.” http://arkana.xentana.com. Diakses pada tanggal 22 Mei 2008.

Hawkins, Chaig S. Seluk Beluk Sihir. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2004.

Pranata, Xavier Quentin. “Berawal dari Menara Babel.” Bahana. November 1992.

________. “Ilmu yang Amat Tua.” Bahana. November 1992.

Strohmer, Charles. Rahasia di Balik Astrologi. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998.

Verkuly, J. “Kapita Selekta.” Dalam Etika Kristen. Diterjemahkan oleh Soegiarto. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Widyawan, Luluk.“ Ramalan dalam Hukum Gereja Katolik.” www.lulukwidyawanpr.blogspot.com. Diakses pada 6 Juni 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar