Biasanya banyak guru yang mengeluhkan hal ini, kenapa karena setiap anak memiliki keragaman karakter dan keragaman perilaku. Keragaman perilaku ini mulai dari yang pendiam, baik, pendengar yang baik, penanya yang baik, penjawab yang baik, sampai perusak suasana pun ada di setiap kelas. guru-guru banyak yang mengeluh dengan fenomena ini. saya mau cerita sebentar, dengarkan ya....
hal yang sama terjadi di sekolah tempat saya ngajar Character Building, anak-anak yang saya ajar memiliki keragaman karakter dari yang luar biasa pintarnya sampai yang luar biasa nakalnya. obrolan guru di kantor tak habis-habis membahas hal ini, setiap hari adalah pencarian solusi, tetapi tetap belum ditemukan cara yang tepat. ada anak yang setiap hari membuat onar dan mengganggu teman, mulai dari mengganggu dengan kata-kata sampai ke arah pelecehan dan kekerasan. saya sendiri sebagai guru CB berusaha untuk terus membimbing mereka, tetapi ya tidak semudah membalikkan telapak tangan tentunya.
ada cerita menarik, satu kali kepala sekolah kami pergi ke salah satu SD Muhamadiyah ternama di Jogja. secara kualitas pengajaran kami setara, secara fasilitas kami juga tidak kalah, tapi jujur dari nilai kesopanan kami(yang meskipun SD di bawah naungan Gereja) kalah jauh. Bu Kepsek sewaktu datang ke sana langsung disapa dan disalami oleh para murid, mereka sopan-sopan, mungkin sudah terjalin sinergi dan pembagian tanggung jawab yang baik antara guru di sekolah dengan orang tua di rumah. sementara di sekolah kami,,,,,,,,,,,,,,,,saya gak mau komentar lah hehehehehe....pamali.
intinya inilah masalah kami, yang mungkin juga masalah sekolah lain. murid-muridnya kurang memiliki karaker dan nilai-nilai hidup yang baik, dan justru itu saya menjadi guru CB di sini, sebab diharapkan mampu membawa mereka ke arah karakter Kristus. langkah-langkah yang kami lakukan antara lain, menegur secara lisan, mengajak mereka berdiskusi tentang masalah yang dialami 'empat mata', mengontrol keberadaan mereka selama di sekolah, memberikan teguran tertulis sampai kepada sanksi skorsing dan ancaman akan dikeluarkan. apakah hal ini berhasil? sejauh ini saya secara jujur mengakui, bahwa hal ini kurang efektif. saya masih memikirkan dan kalau anda mau sumbang saran saya sangat senang sekali. kebijakan terbaru yang diambil sekolah adalah dengan memecah mereka untuk disatukan dengan kelas yang lain, jadi semacam penciutan kelas. kenapa hal ini dipilih, pertama, supaya mereka memiliki lingkungan yang baru dan diharapkan mampu membawa ke arah perubahan positip, kedua, supaya 'kekuatan' mereka yang terkenal sebagai perusak suasana menjadi terpecah, dan ketiga, karena setiap ruangan hanya dihuni tak lebih dari 20 anak alias kelas kecil. saya berharap hal ini membawa dampak positip bagi guru dan anak didik.
kalau berbicara tentang anak didik, tak akan habis-habisnya. yang menjadi penekanan saya adalah, setiap anak berhak untuk menjadi diri mereka sendiri dan tugas seorang guru adalah mengarahkan mereka menjadi anak yang sanggup bertanggung jawab atas kehidupan dan perilakunya. kalau murid kita susah diatur jangan langsung memvonis kalau mereka anak nakal, bandel dan tak bisa diatur, tapi carilah dahulu akar permasalahan mereka, bagaimana hubungan mereka dengan orang tua di rumah, dengan teman-teman di sekolah, bagaimana kehidupan rohani mereka, dan bermacam ragam hal lainnya. selamat mendidik anak dan jangan pernah menyerah TUHAN Yesus pasti menolong kita. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar