Jumat, 11 April 2008

KASIH DALAM PERBUATAN

KASIH MENGALAHKAN DOSA
Syalom
Sepuluh tahun lalu saya hidup berkeluarga dengan suami dan keempat anak kami dalam kebahagiaan. Namun, ketika bisnis yang dirintis suami saya semakin berkembang, saya merasakan ada yang berubahdarinya bahkan akhirnya ketahuan memiliki seorang wanita simpanan, sebagai seorang istri saya marah. Tetapi, saya masih mau menerima dia asalkan meninggalkan wanita itu dan kembali pada keluarga serta berjanji tak akan mengulangi perbuatannya kembali. Yang membuat saya kaget adalah ia lebih memilih hidup bersama dengan wanita itu. Sebagai manusia, saya marah, kecewa, sedih, putus asa, sakit hati, stress tidak kepalang dan memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua saya bersama keempat anak kami. Saya besarkan sendiri keempat anak saya itu selama kira-kira sepuluh tahun, sedangkan suami saya tak pernah pulang ke rumah ataupun menjenguk kami. Masalahnya beberapa waktu lalu, saya kaget dan geram saat melihat suami saya itu datang ke rumah orang tua saya dan memohon ampun atas kesalahannya dan meminta kami kembali padanya. Sebagai manusia biasa saya tak dapat memaafkannya, namun saya tau itu tidak diperbolehkan Tuhan. lantas apa yang harus saya lakukan?
Saudara, masalah di atas apabila kita lihat dari kacamata duniawi amatlah rumit, dan kompleks. Si bapak awalnya memiki karakter yang baik, namun kekayaan telah membutakan matanya sehingga melupakan Tuhan, keluarga dan nama baiknya, namun akhirnya ia menyesal dan meminta ampun atas kesalahannya. Si istri merupakan seorang yang amat menyayangi keluarga, terbukti dari kesediaannya untuk meminta supaya suaminya kembali, juga ia ibu yang amat bijak dalam mendidik anak-anaknya. Namun, ia menaruh rasa sakit hati(akar pahit) yang mendalam pada suaminya sehingga tidak mampu untuk mengampuni.
Mengampuni merupakan momok bagi sebagian kita yang telah mengalami masa-masa sulit penuh penderitaan yang diakibatkan seseorang. Pengampunan adalah hal yang mustahil apabila kita mengandalkan kemampuan, kekuatan dan egoisme kedagingan kita, oleh sebab itu sebelum mengampuni kita harus terlebih dahulu diampuni. Kita harus terlebih dahulu menerima pengampunan dari dosa oleh darah Yesus yang telah tercurah di atas kayu salib menggantikan korban penebus dosa, puasa penebus dosa, perbuatan baik penebus dosa.
Kita manusia berdosa yang kelak harus menjalani penderitaan, siksaan, dan kematian kekal dalam lautan api(neraka), tetapi karena KASIH ALLAH yang diwujudkan dalam Yesus Kristus, kita telah di tebus pada saat kita masih dalam keadaan berdosa. Cobalah hitung sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat seumur hidup kita hingga saat ini? rasanya kita tak mungkin sanggup menghitungnya. Rekonsiliasi yang dilakukan oleh Allah juga berdampak pada kehidupan kita,sebab kita wajib meneladani apa yang telah Allah lakukan pada kita. Allah mengasihi kita, kitapun harus mengasihi orang lain, Allah mengampuni segala dosa kita, kita pun harus rela hati mengampuni orang lain.
Pengampunan tidak akan membuat kita penyakitan, sebaliknya akan menyehatkan jasmani maupun rohani kita, sebab sakit hati, dendam kesumat menguras banyak energi, menyebabkan stress, tekanan pikiran yang berlebihan, tindakan yang diluar kehendak, dan kelainan lainnya, melalui pengampunan kita seakan melepaskan beban berat yang selama menghimpit kehidupan kita, mencerahkan kembali senyuman kita, dan memulihkan hubungan dengan orang lain. Ingatlah cuplikan Doa Bapa Kami ini “…dan ampunilah kami atas segala kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Pengampunan kita tidak didasarkan pada besar kecilnya kesalahan, namun niatan tulus kita untuk mewujudnyatakan kehendak Allah bagi dunia. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar