Senin, 28 April 2008

UJIAN NASIONAL DAN KRISIS KEJUJURAN
Tak berapa lama lagi para peserta didik dari tingkat SD hingga SMA akan menghadapi ujian nasional(UN). Ujian nasional dimaksudkan untuk mengukur dan mengevaluasi hasil dari proses belajar mengajar yang telah diikuti peserta didik. Pula, ujian nasional dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Meskipun berbagai keberatan maupun kecaman muncul, pemerintah tetap melenggang mulus. Kritikan dan komentar para ahli pendidikan diabaikan begitu saja. Memang masih dipertanyakan apakan UN efektif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan prestasi pendidikan di Indonesia.
UN juga memunculkan permasalahan baru, yaitu krisis kejujuran. Krisis tersebut muncul tatkala hasil UN menjadi acuan utama dalam kelulusan peserta didik. Peserta didik takut tak lulus, guru takut anak didiknya tak lulus, demikian pula aparat-aparat pendidikan di atasnya. Karena hal ini, maka dicarilah berbagai cara untuk meluluskan diri atau anak didiknya. Yang positif ya peserta didik mengikuti les, bimbingan belajar yang diadakan sekolah maupun yang di luar sekolah. Namun yang belakangan ditakutkan(dan itu nyata terjadi) adalah terjadi kebohongan sistemik dalam menghadapi UN. Sekolah menjual soal-soal kepada peserta didiknya!!! Kalau bukan sekolah yang oknumnya, misalnya kepala sekolah, guru, dll. apa sebabnya? Apalagi kalau bukan ketakutan apabila banyak dari peserta didik tak lulu.
Hal ini bukan isapan jempol semata, sebab penulis mengalami sendiri, tahun 2004 di SMA 1 Rambah, Pasir Pengarayan, Riau ada oknum guru secara sistemik dan terang-terangan memberikan jawaban ujian nasional. Yang paling mengejutkan dan hot adalah kabar dari Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara dimana kepala sekolah dibantu dengan belasan guru merubah jawaban peserta didik hanya karena kuatir anak didiknya tak lulus. Ditambah lagi berbagai pengaduan masyarakat atas ulah oknum pendidikan yang tak bertanggun jawab tersebut. Apakah perilaku seperti ini yang akan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
UN memang memberikan harapan bagi kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi beresiko besar dalam meningkatkan kebohongan dan ketidakjujuran yang sistemik. Apabila pemerintah masih mempercayai eksistensi UN, maka menjadi tugas kita untuk bertanggungjawab menjaga keterbukaan dan kejujuran UN. Yang penting adalah menanamkan sikap dalam diri kita masing-masing adalah lebih terhormat dan bersahaja apabila kita mampu bersikap jujur. Mengutip pernyataan Tuhan Yesus, apakah bedanya kita dengan orang lain bila kita tak mampu bersikap jujur? Maka, bagi para peserta UN bersikaplah jujur dan berbesar hati. Semoga
Percayalah adik-adikku peserta ujian nasional, bila kalian mau berusaha dan berserah pada Tuhan Yesus maka pasti ia akan memberikan yang terbaik bagi kalian!!! Pun bila kalian kelak tak lulus, itu bukanlah akhir dari perjuangan apalagi kehidupan! Itu hanya satu dari banyak pengalaman yang akan kalian alami. Percayalah! Tuhan memberikan masa depan cerah bagi kalian tidak perduli bagaimana keadaan kalian saat ini. Ora et labora. Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar