Jumat, 11 April 2008

MAKNA KATA "MENAKLUKKAN BUMI" (Kej. 1:28) PADA MASA KINI

“MENAKLUKKAN BUMI”(KEJADIAN 1:28) DAN TANGGUNG
JAWAB TERHADAP LINGKUNGAN

Pasal 1-2 dari kitab Kejadian berbicara tentang permulaan/ penciptaan alam semesta. Pemaparan dalam pasal ini mengundang berbagai komentar dan penafsiran. Dalam artikel ini kita akan fokus pada pemaknaan kata ‘menaklukkan bumi’ dalam konteks kekinian. Kita menyadari ada krisis lingkungan yang dahsyat akhir-akhir ini, mulai dari lapisan ozon yang semakin menipis, longsornya sebagian beting es Wilkins di Antartika akhir Februari lalu hingga bancana alam yang melanda berbagai penjuru negeri. Seringkali umat Kristen Injili atau konservatif dituduh sebagai biang keladi kejahatan lingkungan, sebagai akibat dari penerimaan terhadap ideologi dalam Kejadian 1:28.
Menaklukkan bumi dalam konteks Kejadian 1:28 menurut hemat penulis memang harus ditafsirkan sejara wajar, yaitu penaklukan akan segala ciptaan Tuhan. penaklukan di sini bisa berarti penguasaan, pengendalian, dan pemanfaatan. Penaklukan juga membuktikan bahwa hanya manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah(imago dei) sehingga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari ciptaan lainnya. Manusia itu memiliki kuasa untuk menaklukkan seluruh ciptaan Allah. Masa itu manusia hidup berdampingan dengan harimau, singa, beruang, buaya, dan hewan buas lainnya. Hal ini terbukti bahwa manusialah yang memberikan nama bagi setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan(lih. Kej. 19-20). Ini dimungkinkan sebab manusia masih dalam masa pra dosa sehingga seluruh ciptaan Tuhan hidup dalam perdamaian dan kasih.
Pokok berikutnya yang harus dimengerti adalah, setelah memberikan kuasa pada manusia(Adam), Allah membuat sebuah taman di Eden, di sebelah timur bagi manusia dan ciptaan lainnya dengan tanggung jawab untuk mengusahakan dan menjaga taman itu(Kej.1:15). Disamping itu manusia bertanggung jawab untuk le ‘obdah ûlešomrah “menyembah atau beribadah kepada Allah dan mematuhi-Nya”(Kej. 2;15). Kehidupan manusia di taman itu dikarakterkan dengan ibadah dan kepatuhan; ia adalah seorang imam, bukan sekedar pekerja dan penjaga taman. Jadi, jelas bagi kita bahwa dalam konteks Adam, istilah kabash atau menaklukkan memiliki makna ganda, sebab penguasaan, pemanfaatan, dan penggunaan ciptaan Tuhan bagi kepentingan manusia disertai dengan tanggung jawab untuk menjaganya.
Saat ini eksploitasi terhadap lingkungan bertanggung jawab atas berbagai bencana yang melanda sebagian penduduk dunia. Banjir, tanah longsor, kekeringan, gagal panen, cuaca yang tak menentu, suhu bumi yang meningat serta banyak hal lain disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan terhadap alam. Hal ini terjadi karena manusia sudah melupakan hakekat makna ‘menaklukkan’ alam dan segala ciptaan Tuhan Allah. Manusia terlena untuk selalu mengusahakan ‘taman’ tetapi lupa akan tanggungjawabnya dalam menjaga ‘taman’ ciptaan Tuhan, yaitu lingkungan sekitar kita.
Jadi, kata Ibrani kabash(menaklukkan) dan radah(berkuasa) di dalam Kejadian 1:28 dapat dipahami sebagai mandat untuk mengeksploitasi alam dalam arti mengusahakan atau mengelola dan menjaga serta memelihara alam. Mandat yang disampaikan Tuhan Allah bagi Adam masih sangat relevan bagi kita di masa kini. Sampai berapa lama lagi kita akan berbuat nista dengan menghancurkan alam sekitar kita? apakah anak cucu kita tak memiliki hak untuk mewarisi lingkungan yang sehat? Mari kita bangkitkan tanggung jawab untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan dimulai dari halaman rumah kita.
Save Environment Save Your Life
Stop Global Warming with Global Responsbility

Tidak ada komentar:

Posting Komentar