Jumat, 11 April 2008

Menginjil dengan Kasih

Amanat Tuhan Yesus bagi kita sekalian untuk membawa kabar baik (Injil) bagi sesama seringkali membuat kita ‘takut.’ Bahkan kita berusaha memberikan penafsiran baru, menganggap ayat ini sudah tergenapi dengan begitu kita akan terbebas dari amanat untuk mengabarkan Injil. Apakah pekabaran Injil begitu mengerikan sehingga membuat banyak umat percaya (Kristen) menjadi gelisah, gentar, bahkan undur?
Pekabaran Injil tidak melulu soal kata-kata, namun bagaimana kita menjadi berkat bagi orang lain (sesama) di manapun kita bertempat tinggal. Pekabaran Injil mengarah pada pencerminan kasih surgawi dari Yesus melalui hidup kita, sebab Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Bentuk-bentuk praktis dari kasih itu merupakan sarana penginjilan yang efektif dalam rangka penjangkauan terhadap jiwa-jiwa yang belum mengenal sang Juruselamat. Oleh karena itu sebagai umat percaya, kita harus mewujudnyatakan kasih Kristus itu dalam perilaku, tutur kata, tindakan, keputusan kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu kita menjadi Alkitab yang terbuka dan terbaca oleh orang lain, dan pada gilirannya kita berdoa dan bertindak supaya Roh Kudus menyentuh hati mereka untuk mempercayakan hidup pada sang Juruselamat sejati.
Sebagai umat percaya apakah kita sudah melaksanakan kasih tersebut? Apakah orang lain merasa sukacita apabila kita ada di sampingnya?atau malah sebaliknya. Apakah ada perubahan positif sejak kita ada di tengah-tengah masyarakat di mana kita tinggal saat ini?atau malah sebaliknya. Mari kita memberitakan Injil Kristus dengan doa, kata-kata dan perbuatan, sehingga terwujud sinergi yang indah, yaitu kasih dalam perbuatan. Tidak perlu muluk-muluk, kita bisa memulainya dengan memberikan senyum, salam, sapa yang termanis dan tulus bagi sesama kita, niscaya damai Kristus akan mulai menaungi orang-orang di sekeliling kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar