Senin, 28 April 2008

SUATU TINJAUAN TENTANG UNGKAPAN “AKU ADALAH”
DI DALAM KRISTOLOGI YOHANES

Pendahuluan
Sangat menarik kita dapat membahas tema yang menarik ini. Kita diperhadapkan pada pengakuan Yesus yang luar biasa tentang siapakah diriNya. Suatu pernyataan yang amat mengejutkan dan menimbukan kemarahan dari banyak pihak pada masaNya. Marilah kita menelaah ungkapan “Aku adalah Aku” ini.
Pembahasan
Dalam Injil Yohanes terdapat jauh lebih banyak penggunaan kata ganti orang(aku) apabila dibandingkan dengan Injil-injil sinoptik. Di dalam Injil Yohanes, istilah aku (ego) dipergunakan sebanyak 134 kali, sedangkan dalam Injil Matius dipergunakan 29 kali, dalam Injil Markus 17 kali, dan dalam Injil Lukas dipergunakan sebanyak 23 kali.
Pernyataan tegas dari Yesus Kristus, Aku adalah Aku(ego eimi) misalnya dalam Yoh. 8:58 merupakan pengungkapan dari keunikan diriNya yang tak terbatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Latar belakang ungkapan “Akulah” ini terutama dipergunakan secara absolute, tidak ditemukan dalam dunia Helenistik, tetapi dalam PL. Allah menyatakan diriNya kepada Musa dengan “Aku adalah Aku(Kel. 3:14)” dan dalam Kitab Yesaya, Allah dikenal sebagai “Aku(Yes. 21:4; 43:10; 46:4, dst)”. Hal ini inilah yang memberikan pengertian khusus Ilahi pada ungkapan “Aku adalah” tersebut.
Kesadaran Yesus akan ke-IlahianNya dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan tentang kesatuanNya dengan Allah Bapa, terutama dengan ungkapan “Akulah.” Hal ini muncul dalam dua bentuk, “Akulah” dengan predikat dan “Akulah” dalam bentuk absolut. Stauffer menegaskan bahwa ungkapan ini adalah penegasan yang paling autentik, paling berani, dan paling mendasar dari Yesus tentang siapakah Dia. Dengan idiom ini, Yesus mengangkat diriNya jauh lebih tinggi dari semua pengharapan Mesianik kontemporer dan mengklaim bahwa di dalam hidupNya terjadi sejarah penjelmaan Allah dengan kata lain Allah telah menjadi manusia, lebih manusia dari pada manusia sepanjang sejarah.
Yesus dalam beberapa pengertian memang terlihat menyamakan diriNya dengan Yahweh dalam Perjanjian Lama. Dalam uraian Yohanes, hal ini menjadi lengkap setelah kebangkitan Yesus melalui pengakuan rasul Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku”(Yoh. 20:28). Tujuh kali dalam Injil Yohanes, Yesus menggunakan bentuk “Aku adalah” untuk menggambarkan diriNya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemakaian kata kiasan yang amat luas, yaitu:
Akulah (Aku adalah) roti (Yohanes 6:35, 41,48)
Dalam nats ini, Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal apabila mau datang kepadaNya.
Akulah (Aku adalah) terang (Yohanes 8:12)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai terang dunia. Ini berarti Dia sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
Akulah (Aku adalah) pintu (Yohanes 10:7,9)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai pintu. Ini berarti hanya dalam Dia sajalah seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Sorga).
Akulah (Aku adalah) gembala (Yohanes 10:11, 14)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai gembala yang baik. Hal ini berarti hanya Tuhan Yesus saja yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
Akulah (Aku adalah) kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai kebangkitan dan hidup. Hal ini memiliki implikasi di dalam diriNya kematian telah ditaklukkan, dan kita akan menaklukkannya pula bila berada dalam lindungan Tuhan Yesus.
Akulah (Aku adalah) jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai jalan, kebenaran dan hidup. Hal ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah jalan satu-satunya adalah melalui Tuhan Yesus Kristus.
Akulah (Aku adalah) pokok anggur (Yohanes 15:1)
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai pokok anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus Kristus.
Melalui perkatan “Aku adalah” Yesus membuat hal-hal yang masih abstrak dalam pendahuluan Alkitab menjadi nyata dalam pribadi. Hal ini menyangkut kebenaran, hidup, dan terang. Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus menyatakan diri sebagai perwujudan dari semua cita-cita tinggi yang pernah dicari manusia. Tetapi, pentingnya ucapan “Aku adalah” itu bisa saja dianggap sekedar pengenalan diri yang tegas, seandainya tidak ada ucapan yang menakjubkan dalam Yohanes 8:58, yang diterjemahkan LAI “Kata Yesus kepada mereka: “sebelum Abraham jadi, aku telah ada”.” ungkapan yang lebih kuat ada dalam bahasa Yunani, yaitu: “…sebelum Abraham dilahirkan(genesthai), aku ada(ego eimi).”
Dr. Chris Marantika menjelaskan hal ini sebagai berikut: ungkapan “kata Yesus kepada mereka” adalah cara mengajar yang yang memiliki kuasa, kepastian, dan ketegasan. Ungkapan “sebelum” menunjukkan kepada periode tertentu yaitu masa pra- eksistensi Abraham. Kata “jadi” merupakan kata kerja dengan keterangan waktu aorist, yang menerangkan sesuatu yang terjadi secara pasti di suatu saat di masa lampau, dalam hal ini eksistensi dari Abraham. Yang amat menarik perhatian adalah ungkapan “Aku ada”(kurang akurat diterjemahkan Aku telah ada). Yesus menggunakan waktu “present” di sini, ini berarti suatu kebiasaan selalu ada. Jadi, di sini Yesus Kristus dengan penuh kuasa, ketegasan dan kepastian beralaskan atas kebenaranNya, menandaskan Ia lebih kuat dari Bapak Abraham, sebab Yesus dulu ada, sekarang ada, selalu ada dan tidak pernah tidak ada. Ia sangat sempurna(tiada celah) dan kekal adanya, satu-satunya pribadi yang kekal adalah Tuhan Allah, kesimpulannya Yesus adalah Tuhan.
Kesimpualan
Ungkapan “Aku adalah” dalam kristologi Yohanes sangat berkaitan dengan pernyataan yang serupa dalam Perjanjian Lama, terutama di dalam Keluaran 3:14 (Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.") Hal ini memiliki akibat, yaitu Yesus dapat disamakan dengan YAHWEH dalam Perjanjian Lama. Identifikasi ini belumlah lengkap, sebab Yesus secara tetap membedakan diriNya dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Anak telah diutus oleh Bapa, Ia menaati perintah-perintah Bapa(Yohanes 15:10), Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri(Yohanes 14:20,24; 17:8), Bapa itu lebih besar daripada Anak(Yohanes 14:28).
Kesimpulannya, Yohanes memberitakan ke-Ilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang kekal dan sekaligus membedakan Anak dengan Bapa dengan lebih tegas dan bersungguh-sungguh daripada penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Inti kristologisnya adalah Yesus selalu ada di kekekalan masa lampau, Ia kini ada, dan Ia akan selalu ada sampai di kekekalan masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar